Konsep Pemodelan TINJAUAN PUSTAKA

38 pusat-pusat pertumbuhan tersebut akan dibentuk dan berfungsi sesuai hirarkinya. Pusat-pusat tersebut dilengkapi berbagai fasilitas yang mendukungnya, yaitu: pusat desa terdiri dari, gudang pengumpul, kios tani, lantai jemur demplot, KUD, warungtokokios, TK, SD, balai pengobatan, rumah ibadah, listrik, telepon, air bersih, kotak pos dan ruang terbuka hijau. Desa utama terdiri dari : fasilitas perbankan, test farm, seed farm, pasar pengumpul, koperasi, pergudanganpabrikasi barang mentah sampai setengah jadi, tempat pembuangan limbah, industri rumah tangga, kios tani, gudang saprotan, bengkel, toko, pasar, penginapan, puskesmaspustu, TK, SD, SLP, rumah ibadah, sarana olah raga dan ruang terbuka hijau, kantor pos pembantu, listrik, telepon, air bersih, sub terminal, perkantoran dan balai pertemuan. Pusat KTM terdiri atas: pusat penjualan produk, pusat informasi, galeri, ruang pamer, perbankan, terminal umum dan terminal agribisnis, industri pengolahan, pergudangan, tempat pembuangan limbah, perbengkelan, pertokoan, pasar grosir, pasar harian, hotelpenginapan, puskesmasrumah sakit tipe C, TK, SD, SLP, SLA, balai latihan dan perpustakaan umum, listrik, telepon, rumah ibadah, sarana air bersih sarana, olah raga dan ruang terbuka hijau, perkantoran, ruang rapat dan balai pertemuan. Proses pemberdayaan kawasan, akan terlaksana secara bertahap dengan mengintegrasikan desa setempat yang berada di dalam kawasan yang diarahkan kepada pengembangan komoditi unggulan yang memiliki skala ekonomi, serta mengembangkan keterkaitan dari hulu sampai hilir.

2.4 Konsep Pemodelan

Model adalah representasi suatu realitas dari seorang pemodel. Model adalah jembatan antara dunia nyata dengan dunia berpikir untuk memecahkan suatu masalah. Proses penjabaran atau merepresentasikan ini disebut pemodelan modelling. Model dirancang bukan untuk menyelesaikan masalah sekali untuk selamanya atau memecahkan semua masalah. Pemodelan dapat dikatakan sebagai proses menerima, memformulasikan, dan menampilkan kembali persepsi dunia luar Fauzi dan Anna, 2005. Dalam proses interpretasi dunia nyata ke dalam dunia model, berbagai proses transformasi atau bentuk model bisa dilakukan. Ada model yang lebih 39 mengembangkan interpretasi verbal, ada yang diterjemahkan ke dalam bahasa simbolik seperti bahasa matematika sehingga menghasilkan model kuantitatif. Untuk menjembatani dunia nyata yang dalam persepsi manusia bersifat kualitatif menjadi model yang bersifat kuantitatif diperlukan proses transformasi berupa alat pengukuran dan proses pengambilan keputusan. Tanpa pengukuran yang jelas, tidak mungkin dibangun model kuantitatif yang kokoh. Model adalah suatu penggambaran abstrak dari sistem dunia nyata, yang akan bertindak seperti dunia nyata untuk aspek-aspek tertentu. Model dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu model kuantitatif, kualitatif dan ikonik Aminullah, 2003. Model yang baik akan memberikan gambaran perilaku dunia nyata sesuai dengan permasalahan dan akan meminimalkan perilaku yang tidak signifikan dari sistem yang dimodelkan. Konsep sistem merupakan suatu metodologi penyelesaian masalah yang dimulai dengan secara tentatif mendefinisikan atau merumuskan tujuan dan hasilnya adalah suatu sistem operasi yang secara efektif dapat dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan. Permasalahan tersebut dapat dalam bentuk perbedaan kepentingan conflict of interest atau keterbatasan sumberdaya Eriyatno, 1998. Sebagai suatu pendekatan, sistem memberikan penyelesaian masalah dengan metode dan alat yang mampu mengidentifikasi, menganalisis, mensimulasi dan mendesain sistem dengan komponen-komponen yang saling terkait, yang diformulasikan secara lintas-disiplin dan komplementer untuk mencapai tujuan yang sama Eriyatno, 2002. Identifikasi masalah merupakan langkah yang menentukan dalam analisis sistem. Permasalahan dibentuk oleh pemahaman tentang keterkaitan dan interaksi antara komponen pembentuk sistem. Model mental tradisional pada masa lalu hanya menekankan satu atau sekelompok subsistem secara sekuensial. Keterkaitan dan interaksi antar komponen tersebut dipandang sebagai suatu proses berurutan dari masukan input dan keluaran output yang membentuk sebuah model prediktif tentang bagaimana suatu sumberdaya beroperasi. Hal ini mengarahkan pengembangan suatu pendekatan terpisah-pisah dari permasalahan, dan seringkali hanya menekankan pada salah satu entitas. 40 Manetch dan Park 1977 mendefinisikan sistem sebagai suatu gugus atau kumpulan dari elemen yang berinteraksi dan terorganisir untuk mencapai tujuan. O’Brien 1999 mendefinisikan sistem sebagai suatu bentuk atau struktur yang memiliki lebih dari dua komponen yang saling berinteraksi secara fungsional. Dengan demikian, berarti setiap sistem harus memiliki komponen atau elemen yang saling berinteraksi terkait dan terorganisir dengan suatu tujuan atau fungsi tertentu. Lucas 1993 menyatakan bahwa, secara teoritis komponen-komponen dalam suatu sistem saling berhubungan dan memiliki ketergantungan antara komponen. Sistem harus dipandang secara keseluruhan holistik dan akan bersifat sebagai pengejar sasaran goal seeking sehingga terjadi sebuah keseimbangan untuk pencapaian tujuan. Sebuah sistem mempunyai masukan input yang akan berproses untuk menghasilkan keluaran. Pada sebuah sistem ada umpan balik yang berfungsi sebagai pengatur komponen-komponen sistem yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan, dan sistem yang lebih besar dapat terdiri atas beberapa sistem kecil subsistem yang akan membentuk suatu hirarki. Manetch dan Park 1977 menyatakan bahwa suatu pendekatan sistem akan dapat berjalan dengan baik jika terpenuhi kondisi-kondisi: 1 tujuan sistem didefinisikan dengan baik dan dapat dikenali jika tidak dapat dikuantifikasikan; 2 prosedur pembuatan keputusan dalam sistem riil adalah tersentralisasi atau cukup jelas batasannya; dan 3 dalam perencanaan jangka panjang memungkinkan untuk dilakukan. Terdapat beberapa tahapan yang perlu dilakukan dalam pendekatan sistem untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks, yaitu; 1 analisis kebutuhan, yang bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan dari semua stakeholders dalam sistem; 2 formulasi permasalahan, yang merupakan kombinasi dari semua permasalahan yang ada dalam sistem; 3 identifikasi sistem, bertujuan untuk menentukan variabel-variabel sistem dalam rangka memenuhi kebutuhan semua stakeholders dalam sistem; 4 pemodelan abstrak, pada tahap ini mencakup suatu proses interaktif antara analisis sistem dengan pembuat keputusan, yang menggunakan model untuk mengeksplorasi dampak dari berbagai alternatif dan variabel keputusan terhadap berbagai kriteria sistem; 5 implementasi, tujuan 41 utamanya adalah untuk memberikan wujud fisik dari sistem yang diinginkan; dan 6 operasi, pada tahap ini akan dilakukan validasi sistem dan seringkali pada tahap ini terjadi modifikasi-modifikasi tambahan karena cepatnya perubahan lingkungan dimana sistem tersebut berfungsi Manetch dan Park, 1977. Dalam ilmu manajemen pengelolaan secara sederhana sistem digambarkan sebagai satu kesatuan antara input, proses dan output. Sistem akan membentuk suatu siklus yang berjalan secara terus-menerus dan dikendalikan oleh suatu fungsi kontrol atau umpan balik. Prinsip sistem ini dapat digunakan sebagai dasar untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks yang sering kita hadapi atau menyusun merangkai berbagai elemen sehingga menghasilkan sesuatu yang lebih bermanfaat Midgley, 2000. Untuk menyelesaikan permasalahan melalui pendekatan sistem harus dapat mengidentifikasi semua komponen yang terdapat dalam sistem dan menentukan hubungan dari masing-masing komponen tersebut. Perubahan pada satu komponen dari suatu sistem akan mempengaruhi komponen lain dan biasanya akan menghasilkan umpan balik pada periode yang sama atau pada periode berikutnya. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh faktor internal dari dalam sistem maupun faktor eksternal dari luar sistem. Misalnya, jika terjadi perubahan luas lahan pertanian pada sistem pengelolaan kawasan transmigrasi karena adanya konversi lahan pertanian ke peruntukkan lainnya fasilitas umum dan fasilitas sosial maka akan mempengaruhi perilaku sistem. Dalam hal ini intervensi pemerintah terhadap aktivitas konversi lahan pertanian ke peruntukkan lainnya merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku sistem.

2.5 Analisis Kebijakan