72
4.2 Kependudukan dan Sosial
4.2.1 Penduduk Penduduk Kabupaten Pontianak tahun 2006 berjumlah 725.662 jiwa yang
terdiri atas penduduk laki-laki 371.273 jiwa 51,16 dan penduduk perempuan 354.389 jiwa 48,84 . Penyebaran penduduk di Kabupaten Pontianak tidak
merata. Kecamatan Sungai Raya memiliki jumlah penduduk terbanyak yaitu 205.216 jiwa. Jumlah penduduk yang besar ini karena berbatasan langsung
dengan Kota Pontianak serta dijumpai banyak perusahaan industri kayu yang berkategori industri besar dan sedang yang banyak menyerap tenaga kerja BPS
Kabupaten Pontianak, 2007. Penduduk Kecamatan Rasau Jaya 25.371 jiwa dengan laju pertumbuhan
penduduk Rasau Jaya kurun waktu tahun 1990 – 2000 sebesar 2,33 persen per
tahun. Angka ini lebih besar dari angka Kabupaten Pontianak yaitu 1,95 persen. Jumlah penduduk setiap desa dan kepadatannya disajikan pada Tabel 5.
Sebaran jumlah penduduk menurut umur menunjukkan bahwa penduduk usia kerja 15-59 tahun berjumlah 18.651 jiwa atau 73,515 dari seluruh
penduduk. Usia non produktif usia 0-14 tahun dan usia 60 tahun lebih berjumlah 6.720 jiwa atau 26,49 lampiran 1. Ini berarti bahwa sebagian besar penduduk
Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya merupakan potensi angkatan kerja. Tabel 5.
Jumlah KK dan penduduk di kawasan transmigrasi Rasau Jaya
No. Lokasi
Jumlah Keluarga
Jumlah Penduduk Jiwa Kepadatan
jiwakm
2
Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Rasau Jaya Umum 1.385
2.817 2.701
5.518 101
2. Rasau Jaya I 1.670
3.315 3.306
6.621 476
3. Rasau Jaya II 936
1.936 1.807
3.743 244
4. Rasau Jaya III 752
1.948 1.795
3.743 175
5. Bintang Mas 204
1.940 1.782
3.722 200
6. Pematang Tujuh 500
1.014 1.010
2.024 49
Jumlah 5.447
12.919 12.452
25.371 207
Sumber: BPS Kabupaten Pontianak 2007 Tingkat ketergantungan penduduk Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya
sebesar 0,36 artinya setiap 100 orang penduduk berusia produktif menanggung 36 orang penduduk yang tidak produktif. Rendahnya tingkat ketergantungan
penduduk diidentifikasi disebabkan oleh dua faktor utama. Pertama, terbatasnya jumlah penduduk yang mencapai usia lanjut yakni baru mencapai 8,99 persen dari
73 total jumlah penduduk di kawasan transmigrasi. Kedua jumlah penduduk
golongan usia kurang dari 15 tahun juga belum menjadi bagian populasi terbesar. Penduduk di kawasan transmigrasi sebagian besar mempunyai tingkat
pendidikan tidak tamat Sekolah Dasar dengan jumlah 9.873 jiwa, penduduk dengan tingkat pendidikan SD berjumlah 7.657 jiwa. Tingkat pendidikan SLTP
berjumlah 3.257 jiwa, SLTA berjumlah 1.554 jiwa dan tingkat pendidikan Diploma dan Sarjana berjumlah 490 jiwa BPS Kabupaten Pontianak, 2007.
4.2.2. Struktur mata pencaharian Data survei sosial ekonomi nasional SUSENAS tahun 2005
menunjukkan jumlah angkatan kerja di Kabupaten Pontianak sebanyak 341.534 jiwa. Sebanyak 300.938 jiwa diantaranya bekerja 88,11 dan sisanya mencari
pekerjaan 11,89. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengangguran terbuka sebesar 11,89. Angka partisipasi angkatan kerja Kabupaten Pontianak adalah
sebesar 61,59. Kategori bukan angkatan kerja berjumlah 212.960 jiwa dengan rincian yang sedang bersekolah 43,78, mengurus rumah tangga 41,34 dan
lainnya 14,88 BPS Kabupaten Pontianak, 2007. Jumlah penduduk Kabupaten Pontianak yang bekerja di sektor pertanian
adalah 162.010 jiwa 53,84 sedangkan sektor yang paling sedikit jumlah tenaga kerjanya adalah pertambangan dan penggalian yakni 228 jiwa 0,08.
Berdasarkan status pekerjaan utama, golongan buruh dan karyawan memiliki jumlah yang paling banyak yaitu 96.694 jiwa 32,13 dan yang paling sedikit
adalah yang bekerja dengan status berusaha \ dibantu buruh tetap sebanyak 6.310 jiwa 2,10.
Penduduk yang mencari pekerjaan dan terdaftar di Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Pontianak pada tahun 2005 mencapai 4.872
jiwa. Penduduk yang memiliki pendidikan SMA merupakan pencari kerja terbesar 52,27, diikuti oleh tamatan universitas sebanyak 22,27, akademi sebanyak
12,05, diploma III 5,19, SLTP 2,11 dan sekolah dasar 1,11 BPS Kabupaten Pontianak, 2006.
Pelatihan yang dilaksanakan oleh Loka Latihan Kerja Usaha Kecil dan Menengah LLK-UKM Mempawah untuk tahun 2005 sebanyak 17 jenis
74 pelatihan. Peserta yang dilatih dan lulus sebanyak 366 orang. Jenis pelatihan
yang paling banyak peserta dari kelulusannya adalah menjahit 13,11, diikuti oleh jenis latihan pengelasan 11,48 dan peternakan 8,74 Bappeda Kab
Pontianak, 2005. Sebaran jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Kawasan
Transmigrasi Rasau Jaya sebagian besar penduduk 67,94 bermata pencaharian utama sebagai petani. Penduduk yang bekerja pada sektor dagang dan jasa
masing-masing 13,41 dan 14,23 BPS Kabupaten Pontianak, 2006. Data ini memberikan petunjuk bahwa sektor kegiatan usaha perdagangan dan jasa
merupakan potensi yang dapat dikembangkan sebagai bagian dari pengembangan sub sistem agribisnis pada Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya. Jumlah penduduk
berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Sebaran jumlah penduduk jiwa berdasarkan mata pencaharian di
kawasan transmigrasi Rasau Jaya tahun 2005
Desa Mata Pencaharian
Pertanian Dagang Jasa Angkutan
Lain-lain Jumlah Rasau Jaya Umum
2.523 235
174 51
153 3.136
Rasau Jaya I 3.085
287 212
62 187
3.835 Rasau Jaya II
1.945 181
134 39
118 2.417
Rasau Jaya III 1.928
180 133
39 117
2.396 Bintang Mas
583 54
40 12
35 724
Pematang Tujuh 1.038
97 71
21 63
1.290 Jumlah
11.101 1.034
764 225
674 13.798
Sumber: BPS Kabupaten Pontianak 2006
4.2.3. Sosial budaya Hubungan kekerabatan maupun hubungan antar etnis di wilayah
pengembangan cukup erat, yang terwujud dengan beragam etnis berusaha pada sektor pertanian dan agrobisnis di dalam wilayah yang sama. Wujud hubungan
kekerabatan yang demikian memberi peluang dalam penyediaan tenaga kerja maupun pihak yang menyediakan lapangan kerja dalam kegiatan usaha tani. Jika
dikaitkan dengan pengembangan kawasan sebagai suatu kawasan agribisnis, maka
75 potensi hubungan kekerabatan memberikan sumbangan dalam memenuhi
lapangan pekerjaan yang dibutuhkan. Di Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya dapat ditemui adanya usaha tani dan
peternakan terpadu yang dilakukan secara perorangan dan telah memberikan peluang dan kesempatan kerja serta telah menjadi tumpuan masyarakat sekitarnya.
Sehubungan dengan pengembangan kawasan ini sebagai kawasan agribisnis, apabila dilihat dari potensi komoditi yang ada di wilayah pengamatan seperti padi,
jagung, ketela pohon, ternak, dsb, maka kemungkinan pengembangan dan perluasan perlu dilakukan. Banyaknya para pemilik modal yang melakukan
kegiatan agribisnis di kawasan ini akan lebih meningkatkan hubungan kekerabatan di wilayah tersebut.
Perluasan dan pengembangan usaha ke arah yang lebih besar merupakan pemikiran yang positif bagi setiap pelaksana usahatani sehingga skala usaha yang
dijalankan dapat berkembang, dan akan berdampak lanjut pada produksi serta pendapatan yang di peroleh petani dan pemilik lahan. Berdasarkan hasil
pengamatan, ditemui adanya keharmonisan hubungan antar petani, pemilik lahan dan pengusaha agribisnis. Keharmonisan hubungan tersebut ditandai dengan
adanya kemitraan antara petani, pemilik lahan dan pengusahapemilik modal tersebut bahkan pembangunan infrastruktur seperti jaringan jalan, irigasi tidak
harus mengandalkan pemerintah. Adanya keharmonisan hubungan antar petani, pemilik lahan dan pemilik
modal tersebut, berdampak positif terhadap meningkatnya ekonomi masyarakat petani, bahkan telah menjadi andalan PAD Rasau Jaya. Pola pikir dan sifat petani,
pemilik lahan dan pemilik modal tersebut merupakan faktor pendorong yang perlu diperhatikan guna menunjang pengembangan Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya.
Hubungan keharmonisan juga terwujud dalam kegiatan transaksi jual beli produk pertanian khususnya komoditi jagung. Masyarakat di wilayah pengamatan
menjual jagung melalui pedagang pengumpul atau secara pribadi-pribadi untuk dijual ke perusahaan pakanpeternak yang ada di Kawasan Transmigrasi Rasau
Jaya. Dalam transaksi yang dilakukan, pedagang tidak mempersoalkan kualitas maupun kuantitas produk yang dijual petani, namun senantiasa siap untuk
menampung semua produk yang diperdagangkan. Ketergantungan antar petani
76 dan pedagang serta pengusaha pakan ternak, memberikan keuntungan bersama
dimana petani dapat memperoleh uang tunai yang dibutuhkan, disisi lain pedagang memperoleh keuntungan dan pengusaha pakan ternak memperoleh
bahan baku produksinya. Hubungan saling ketergantungan antar petani dan pedagang maupun
petani dan pengusaha pakan sangat berpotensi untuk pengembangan kegiatan agribisnis komoditi jagung karena telah tercipta saluran tataniaga produk jagung,
sehingga tidak menimbulkan penumpukan produk di tingkat petani produsen.
4.2.4. Transmigrasi Penempatan transmigrasi di Kabupaten Pontianak telah dimulai di Sungai
Durian Kecamatan Sungai Raya tahun 1955 sebanyak 224 keluarga yang meliputi 1.114 jiwa. Pada tahun 1957 ditempatkan sebanyak 349 keluarga yang meliputi
705 jiwa di daerah Olak-Olak Kubu I Kecamatan Kubu. Pada tahun-tahun berikutnya program transmigrasi juga tersebar di beberapa kecamatan lain seperti
Batu Ampar, Terentang, Sungai Kakap. Sampai dengan tahun 2001, realisasi penempatan transmigrasi umum di Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya mencapai
2.141 keluarga yang meliputi 9.065 jiwa. Selain itu, terdapat pula pola transmigrasi swakarsa mandiri yang ditempatkan di Rasau Jaya mencapai 420
keluarga yang meliputi 1.797 jiwa. Realisasi penempatan transmigrasi di Rasau Jaya menurut lokasi penempatan disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Realisasi penempatan transmigrasi di Rasau Jaya menurut lokasi
penempatan
Lokasi Penempatan Umum
TSM Keluarga
Jiwa Tahun
Penempatan Keluarga Jiwa
Tahun Penempatan
Rasau Jaya I 444
2.053 7172 – 7475
75 295
9596 Rasau Jaya II
506 2.141 7273 - 7475
25 85
9596 Rasau Jaya III
641 2.564 7576 - 76 77
100 495
9899 Bintang Mas
200 858
77 78 70
345 2001
Pematang Tujuh 100
377 93 94
- -
- Rasau Jaya Umum
250 1.072
77 78 150
577 9495
Sumber: BPS Kabupaten Pontianak 2004
77
4.3 Perekonomian