105 Batang. Selain sebagai kota yang posisinya strategis, Rasau Jaya perlu
dikembangkan sebagai kawasan pertanian terpadu yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai dengan pengelolaan secara terpadu.
Berkaitan dengan konsep Revisi RTRW Kabupaten Pontianak Tahun 2014, perlu dikembangkan wilayah inti baru yang secara struktur tata ruang wilayah
sangat strategis dan berpotensi relatif tinggi untuk menjadi Pusat Pertumbuhan Wilayah bagian Selatan guna pemerataan pertumbuhan wilayah. Rasau Jaya
merupakan pusat kegiatan regional Orde II. Sub-Pusat Pengembangan adalah semua ibukota kecamatan lainnya beserta desa-desa pusat pertumbuhan potensial.
5.2 Status Keberlanjutan Kawasan
Analisis keberlanjutan pengelolaan Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya, menggunakan metode MDS menghasilkan nilai indeks keberlanjutan pengelolaan
kawasan transmigrasi IKKTrans. Secara multidimensi diperoleh nilai indeks keberlanjutan sebesar 45,85 pada skala keberlanjutan 0
– 100 Gambar 11. Nilai IKKTrans yang diperoleh berdasarkan penilaian terhadap 65 atribut yang tercakup
dalam lima dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, hukum dan kelembagaan termasuk ke dalam kategori kurang berkelanjutan.
Gambar 11. Nilai indeks keberlanjutan multidimensi pengelolaan Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya
45,85
106 Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa kegiatan pembangunan yang
dilaksanakan di Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya selama ini kurang memperhatikan aspek-aspek ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, hukum dan
kelembagaan secara terpadu. Untuk mengetahui dimensi pengelolaan yang masih lemah dan memerlukan perbaikan maka dilakukan analisis MDS pada setiap
dimensi. Analisis dilakukan untuk penentuan indeks keberlanjutan dan atribut yang paling sensitif dalam pengelolaan kawasan transmigrasi.
Nilai indeks keberlanjutan untuk setiap dimensi berbeda-beda Gambar 12. Dalam konsep pembangunan berkelanjutan bukan berarti semua nilai indeks
dari setiap dimensi harus memiliki nilai yang sama besar akan tetapi dalam berbagai kondisi daerahwilayah tentu memiliki prioritas dimensi apa yang lebih
dominan untuk menjadi perhatian, namun prinsipnya adalah bagaimana supaya setiap dimensi tersebut berada pada kategori “baik” status keberlanjutannya.
45.46
49.60
55.60 40.69
50.55
- 20.00
40.00 60.00
80.00 100.00
Ekologi
Ekonomi
Sosial Teknologi
Hukum dan Kelembagaan
Status Keberlanjutan Pengembangan Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya Saat Ini
Gambar 12. Diagram layang-layang nilai IKKTrans Rasau Jaya
Parameter statistik yang diperoleh dari analisis MDS yang berfungsi sebagai standar untuk menentukan kelayakan terhadap hasil kajian yang
dilakukan di wilayah studi adalah nilai stress dan r
2
koefisien determinasi untuk
107 setiap dimensi maupun multidimensi. Nilai tersebut berfungsi untuk menentukan
perlu tidaknya penambahan atribut untuk mencerminkan dimensi yang dikaji secara akurat mendekati kondisi sebenarnya. Hasil analisis dua parameter
statistik MDS berkelanjutan pengembangan kawasan transmigrasi tertera pada tabel 15.
Tabel 15. Hasil analisis dua parameter statistik MDS keberlanjutan pengelolaan kawasan transmigrasi
Nilai Statistik
Multi Dimensi
Ekologi Ekonomi Sosial
Teknologi Hukum dan
kelembagaan Stress
0,15 0,13
0,13 0,13
0,14 0,13
r
2
0,96 0,95
0,95 0,95
0,95 0,95
Jumlah iterasi
2 2
2 2
2 2
Sumber: Hasil analisis 2007 Berdasarkan Tabel 15, nampak bahwa setiap dimensi maupun
multidimensi memiliki nilai stress yang lebih kecil dari 0,25. Nilai tersebut menunjukkan bahwa nilai stress pada analisis dengan metode MDS sudah cukup
memadai. Semakin kecil nilai stress yang diperoleh berarti semakin baik kualitas hasil analisis yang dilakukan. Berbeda dengan nilai koefisien determinasi r
2
, kualitas hasil analisis semakin baik jika nilai koefisien determinasi semakin besar
mendekati 1. Dengan demikian kedua parameter nilai stress dan r
2
menunjukkan bahwa seluruh atribut yang digunakan pada analisis keberlanjutan pengelolaan Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya sudah cukup baik dalam
menerangkan kelima dimensi pengelolaan yang dianalisis ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, hukum dan kelembagaan.
Untuk menguji tingkat kepercayaan nilai indeks total maupun masing- masing dimensi digunakan analisis Monte Carlo. Analisis ini merupakan analisis
yang berbasis komputer yang dikembangkan pada tahun 1994 dengan menggunakan teknik random number berdasarkan teori statistika untuk
mendapatkan dugaan peluang suatu solusi persamaan atau model matematis. Mekanisme untuk mendapatkan solusi tersebut mencakup perhitungan yang
berulang-ulang.
108 Analisis Monte Carlo sangat membantu dalam analisis IKKTrans untuk
melihat pengaruh kesalahan pembuatan skor pada setiap atribut pada masing- masing dimensi yang disebabkan oleh kesalahan prosedur atau pemahaman
terhadap atribut, variasi pemberian skor karena perbedaan opini atau penilaian oleh peneliti yang berbeda, stabilitas proses analisis MDS, kesalahan memasukan
data atau ada data yang hilang, dan nilai “stress” yang terlalu tinggi. Hasil analisis Monte Carlo dilakukan dengan beberapa kali pengulangan
ternyata mengandung kesalahan yang tidak banyak mengubah nilai indeks total multi dimensi maupun nilai indeks masing-masing dimensi. Berdasarkan Tabel
16, dapat dilihat bahwa nilai status indeks keberlanjutan pengelolaan Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya pada selang kepercayaan 95 memberikan hasil yang
tidak banyak mengalami perbedaan dengan hasil analisis MDS. Kecilnya perbedaan nilai indeks keberlanjutan antara hasil analisis metode MDS dengan
analisis Monte Carlo mengindikasikan hal-hal sebagai berikut: 1 kesalahan dalam pembuatan skor setiap atribut relatif kecil; 2 variasi pemberian skor akibat
perbedaan opini relatif kecil; 3 proses analisis yang dilakukan secara berulang- ulang stabil; 4 kesalahan pemasukan data dan data yang hilang dapat dihindari.
Tabel 16. Hasil analisis Monte Carlo untuk nilai IKKTrans dan masing-masing dimensi pengelolan Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya
Status Indeks Hasil MDS
Hasil Monte Carlo Perbedaan
IKKTrans 45,85
45,76 0,09
Dimensi Ekologi 45,46
45,37 0,09
Dimensi Ekonomi 49,60
49,71 0,11
Dimensi Sosial 55,60
55,43 0,17
Dimensi Teknologi 40,69
41,43 -0,74
Dimensi Hukum dan kelembagaan 50,55
50,67 -0,12
Sumber: Hasil Analisis 2007 Perbedaan hasil analisis yang relatif kecil sebagaimana disajikan pada
Tabel 16 menunjukkan bahwa analisis menggunakan metode MDS untuk menentukan keberlanjutan pengelolaan kawasan transmigrasi yang dikaji
memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi, dan sekaligus dapat disimpulkan bahwa metode yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai salah
satu alat evaluasi untuk menilai secara sistemik, cepat, obyektif, dan terkuantifikasi keberlanjutan pengelolaan kawasan transmigrasi di suatu wilayah.
109 Nilai indeks keberlanjutan untuk dimensi ekologi adalah sebesar 45,46
pada skala sustainabilitas 0 – 100. Jika dibandingkan dengan nilai IKKTrans yang
bersifat multidimensi maka nilai indeks aspek ekologi berada di bawah nilai IKKTrans dan masih termasuk ke dalam kategori kurang berkelanjutan. Ada lima
atribut yang sangat sensitif mempengaruhi nilai keberlanjutan dimensi ekologi, yaitu: tingkat pemanfaatan limbah pertanian oleh masyarakat petani sebagai
pupuk organik, tingkat pemanfaatan lahan untuk mengusahakan berbagai komoditi pertanian, ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan domestik dan
kegiatan usahatani, tingkat penggunaan pestisida kimiawi sebagai pemberantas hama tanaman, dan ketersediaan TPS limbah pertanian Gambar 13.
1.01 0.52
0.05 2.70
0.82 4.40
1.25 4.65
3.67 0.63
0.28 2.52
1.82 0.98
1 2
3 4
5 Agroklimat
Pemanfaatan limbah untuk pakan ternak Penggunaan pupuk anorganik
Penggunaan pestisida kimiawi Lahan Kesuburan tanah
Tingkat pemanfaatan lahan Tingkat kesesuaian lahan
Pemanfaatan limbah untuk pupuk organik Ketersediaan air
Pola pengembangan usahatani Penggunaan bibit untuk usahatani
Ketersediaan TPS Frekuensi musim tanam
Pola tanam
Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100
A ttr
ib u
te
Leverage of Attributes
Gambar 13. Nilai masing-masing atribut dimensi ekologi Tingkat pemanfaatan limbah pertanian dan perkebunan oleh masyarakat
petani sebagai pupuk organik relatif rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 59 petani tidak pernah memanfaatkan limbah pertanian dan peternakan sebagai
pupuk, 34 kadang-kadang, dan hanya 7 yang rutin memanfaatkan limbah pertanian dan peternakan sebagai pupuk. Petani yang menggunakan pupuk
110 anorganik sebesar 16, sedangkan yang menggunakan pupuk organik 2. Petani
yang menggunakan pupuk majemuk mencapai 78. Rendahnya pemanfaatan limbah karena frekuensi penyuluhan masih jarang dilakukan. Pengetahuan
masyarakat dalam memanfaatkan limbah masih rendah. Sepertiga tanah pertanian dunia dilaporkan sudah terdegradasi.
Kerusakan 84 luas tanah pertanian yang terdegradasi disebabkan karena erosi air dan angin, sedangkan selebihnya disebabkan karena degradasi fisik
dan kimia. Beberapa bentuk degradasi tanah disebabkan oleh industrialisasi dan urbanisasi. Akan tetapi kebanyakan kerusakan disebabkan karena pengelolaan
lahan yang tidak benar di semua sistem usahatani, baik yang masih bertaraf subsisten maupun yang sudah bertataran tinggi berupa usahatani bermekanisasi
Hurni, 2000. Tingkat pemanfaatan lahan untuk berbagai komoditi pertanian masih
relatif rendah 25 dari luas lahan yang dimiliki dan 35,2 dari luas lahan pertanian potensial BPS Kabupaten Pontianak, 2005. Kebiasaan cara mengolah
tanah, bercocok tanam di lahan kering berbeda dengan di lahan sawah pasang surut sehingga para transmigran memerlukan waktu untuk dapat mengetahui dan
memahami kondisi dan karakteristik pengelolaan lahan pasang surut. Transmigran di tempat asalnya mempunyai latar belakang keterampilan mengolah dan
mengelola lahan sawah yang mempunyai tingkat kesuburan yang lebih baik dibandingkan dengan lahan gambut pasang surut di lokasi transmigrasi, sehingga
transmigran mengalami kendala dalam mengelola lahan yang dimilikinya. Menurut Sitorus dan Susetio 2000, berbagai kendala tersebut mengakibatkan
tingkat perkembangan UPT menjadi relatif lambat, terlihat antara lain dari tingkat produktivitas lahan yang rendah dan pengusahaan lahan yang kurang optimal
yang mengakibatkan pendapatan para transmigran menjadi rendah. Rendahnya pemanfaatan lahan ini juga disebabkan oleh kemampuan
permodalan petani yang terbatas. Hasil survei menunjukkan bahwa sumber modal yang digunakan oleh petani sebagian besar adalah modal sendiri 93,
sedangkan sebagian besar 80 petani memiliki pendapatan rata-rata kurang dari Rp1.000.000bulan. Faktor lainnya adalah kondisi lahan yang marjinal,
ketersediaan air yang tidak stabil, teknologi pengolahan lahan masih rendah, dan
111 rendahnya permintaan terhadap komoditi pertanian yang dapat dibudidayakan di
Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya. Hasil penelitian Sitorus dan Pribadi 2000, menemukan bahwa pada permukiman transmigrasi pola tanaman pangan lahan
basah rata-rata transmigran hanya mampu mengusahakan lahan seluas 0,76 Hakeluarga pada tahun bina ke-lima. Keterbatasan anggaran pemerintah dalam
penyelenggaraan transmigrasi menyebabkan alokasi luasan lahan 2 haKK hanya 1 HaKK yang diberikan dalam keadaan siap tanamsiap olah LP dan LU-I,
sedangkan 1 ha LU-II diharapkan dapat dibuka sendiri oleh transmigran. Namun demikian, perkembangan luas panen komoditi padi dan jagung relatif tinggi yakni
6,5 per tahun BPS Kabupaten Pontianak, 2005. Berdasarkan hasil survei dalam penelitian ini diketahui bahwa 9 petani
tidak pernah menggunakan pestisida kimia sebagai pemberantas hama tanaman, 52 kadang-kadang, dan 39 yang selalu menggunakan intensif. Penggunaan
pestisida kimia yang kadang-kadang disebabkan oleh faktor harga pestisida yang relatif mahal dan kemampuan daya beli masyarakat petani tidak stabil.
Nilai indeks keberlanjutan untuk dimensi ekonomi adalah sebesar 49,60 pada skala sustainabilitas 0
– 100. Jika dibandingkan dengan nilai dimensi ekologi maka nilai indeks aspek ekonomi berada di atas nilai dimensi ekologi namun
masih termasuk ke dalam kategori kurang berkelanjutan. Ada empat atribut yang sangat sensitif mempengaruhi nilai keberlanjutan dimensi ekonomi, yaitu: harga
komoditi hasil pertanian, tempat menjual hasil pertanian pasar atau pihak lain, besarnya pasar cakupan pemasaran komoditi yang dihasilkan dari kawasan
transmigrasi, dan pihak yang memperoleh transfer keuntungan paling besar dengan keberadaan kawasan transmigrasi Gambar 14.
Agar nilai indeks dimensi ini dapat meningkat pada masa yang akan datang maka perlu diperhatikan keempat atribut tersebut. Sebagian besar 70
petani menjual hasil pertanian kepada pedagang pengumpul dan hanya 22 petani menjual hasil pertanian ke pasar dan 3 menjual hasil pertanian ke koperasi. Hal
ini menunjukkan kurang berfungsinya pasar komoditi pertanian dan kelembagaan ekonomi petani. Kondisi ini pada dasarnya kurang menguntungkan petani karena
harga komoditi akan ditentukan oleh pihak pembeli sehingga keuntungan terbesar diperoleh pedagang pengumpul.
112
0.17 0.57
0.89 2.05
2.58 3.06
1.85 3.42
1.34 0.05
0.05 0.64
1.63 0.23
0.27
1 2
3 4
Keuntungan Kontribusi terhadap PDRB
Rata-rata relatif penghasilan masyarakat transmigran Transf er keuntungan
Besarnya pasar Tempat menjual hasil pertanian
Besarnya subsidi Harga komoditi hasil pertanian
Kemampuan teknis pengelolaan keuangan Akses terhadap sumber modal
Tabungan keluarga Kepemilikan teknologi
Perubahan sarana ekonomi Komoditi unggulan
Perubahan prasarana ekonomi
Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100
A tt
ri b
u te
Leverage of Attributes
Gambar 14. Nilai masing-masing atribut dimensi ekonomi Nilai indeks keberlanjutan untuk dimensi sosial adalah sebesar 55,60 pada
skala keberlanjutan 0 – 100. Jika dibandingkan dengan nilai dimensi ekologi
maupun ekonomi, nilai indeks dimensi sosial berada di atas nilai indeks kedua dimensi tersebut dan sudah termasuk ke dalam kategori cukup berkelanjutan. Ada
empat atribut yang sangat sensitif mempengaruhi nilai keberlanjutan dimensi sosial, yaitu: tingkat pengaruh daerah sekitar kawasan terhadap kawasan
transmigrasi, respon masyarakat lokal terhadap transmigrasi, partisipasi keluarga dalam kegiatan usahatani, dan frekuensi konflik yang terjadi di kawasan
transmigrasi baik antar sesama warga atau dengan warga sekitar kawasan Gambar 15.
113
0.17 0.57
0.89 2.05
2.58 3.06
1.85 3.42
1.34 0.05
0.05 0.64
1.63 0.23
0.27
1 2
3 4
Sosialisasi pekerjaan Pengetahuan terhadap lingkungan
Tingkat pendidikan Frekuensi konflik
Partisipasi keluarga Respon masyarakat lokal
Frekuensi penyuluhan dan pelatihan Pengaruh daerah sekitar
Tokoh masyarakat Kerukunan antar umat beragama
Budaya gotong-royong Status kesehatan masyarakat
Status gizi masyarakat Pertambahan penduduk yang masuk KT
Frekuensi kegiatan mentalspiritual
Root Mea n Square Cha nge in Ordina tion when Selected Attribute Removed on Susta inability sca le 0 to 100
A tt
ri b
u te
Leverage of Attributes
Gambar 15. Nilai masing-masing atribut dimensi sosial Agar nilai indeks dimensi ini dapat meningkat pada masa yang akan
datang maka perlu diperhatikan keempat atribut tersebut. Frekuensi konflik yang terjadi di kawasan transmigrasi baik antar sesama warga atau dengan warga
sekitar kawasan relatif rendah. Hal ini karena suku asal masyarakat transmigran relatif homogen. Hasil survey menunjukkan bahwa 90 masyarakat transmigran
berasal dari suku jawa dan hanya 10 dari suku lainnya termasuk penduduk lokal. Nilai indeks keberlanjutan untuk dimensi teknologi adalah sebesar 40,69
pada skala keberlanjutan 0 – 100. Jika dibandingkan dengan nilai dimensi ekologi,
ekonomi, dan sosial, nilai indeks dimensi teknologi berada di bawah nilai indeks ketiga dimensi tersebut dan termasuk ke dalam kategori kurang berkelanjutan.
Ada enam atribut yang sangat sensitif mempengaruhi nilai keberlanjutan dimensi teknologi, yaitu: teknologi konstruksi bangunan yang sesuai dengan kondisi
kawasan lahan gambut, teknologi pengelolaan air, teknologi pengolahan hasil pertanian, teknologi informasi, teknologi budidaya pertanian, dan teknologi
114 pengolahan lahan Gambar 16. Agar nilai indeks dimensi ini dapat meningkat
pada masa yang akan datang maka perlu memperhatikan keenam atribut tersebut.
2.45 2.54
4.23 2.82
3.04 2.12
3.65 2.24
0.5 1
1.5 2
2.5 3
3.5 4
4.5
Teknologi pengolahan lahan Teknologi budidaya pertanian
Teknologi konstruksi bangunan
Teknologi informasi Teknologi pengolahan hasil
pertanian Basis data sumberdaya lahan
Teknologi pengelolaan air Teknologi pemanfaatan
sumberdaya alam
Root Mea n Square Cha nge in Ordina tion when Selected Attribute Removed on Susta inability sca le 0 to 100 A
tt ri
b u
te
Leverage of Attributes
Gambar 16. Nilai masing-masing atribut dimensi teknologi Teknologi budidaya pertanian yang diterapkan petani masih sederhana
72 dan hanya 25 yang menggunakan teknologi budidaya pertanian intensif. 52 petani menggunakan pola tanam tumpangsari, 37 menggunakan pola
tanam monokultur, dan 9 dengan pola tanam campuran.
Nilai indeks keberlanjutan untuk dimensi hukum dan kelembagaan adalah sebesar 50,55 pada skala keberlanjutan 0
– 100. Nilai indeks dimensi ini termasuk ke dalam kategori cukup berkelanjutan. Ada dua atribut yang sangat
sensitif mempengaruhi nilai keberlanjutan dimensi ini, yaitu: ketersediaan dan optimalisasi fungsi kelembagaan ekonomi kawasan transmigrasi dan ketersediaan
peraturan tentang pengelolaan kawasan transmigrasi Gambar 17. Agar nilai indeks dimensi ini dapat meningkat pada masa yang akan datang maka perlu
memperhatikan kedua atribut tersebut.
115
0.01 0.00
0.11 2.17
0.26 0.18
0.05 2.95
1.01 0.16
0.06 0.33
0.02
0.5 1
1.5 2
2.5 3
3.5
Transparansi dalam kebijakan Penyuluhan hukum tentang pengelolaan KT
Ketersediaan personil penegak hukum Ketersediaan peraturan pengelolaan KT
Ketersediaan aturan adatagama Keadilan dalam hukum
Demokrasi penentuan kebijakan Kelembagaan ekonomi
Kelompok usaha menengeah-kecil Mekanisme kerjasama lintas sektor
Program pemberdayaan masyarakat KT Partisipasi dalam organisasi kemasyarakatan
Kepastian batas administrasi wilayah KT
Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100
A tt
ri b
u te
Leverage of Attributes
Gambar 17. Nilai masing-masing atribut dimensi hukum dan kelembagaan Analisis MDS pada setiap dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi,
hukum dan kelembagaan memperlihatkan bahwa dari kelima dimensi yang dianalisis ternyata aspek sosial memiliki indeks keberlanjutan paling tinggi,
sedangkan yang memiliki indeks keberlanjutan terendah adalah dimensi teknologi. Dari nilai indeks keberlanjutan setiap aspek hasil analisis MDS dapat
disimpulkan bahwa tidak ada satupun dimensi pengelolaan Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya
yang termasuk kategori “baik” atau berkelanjutan dan sebaliknya juga tidak ada satupun dimensi yang termasuk kategori “buruk” atau tidak
berkelanjutan. Berdasarkan
hasil analisis
keberlanjutan pengelolaan
kawasan transmigrasi diatas, terdapat 21 atribut yang sensitif mempengaruhi nilai
IKKTrans Rasau Jaya. Atribut-atribut tersebut merupakan faktor-faktor pengungkit dalam pengembangan Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya pada saat
ini. Atribut-atribut yang menjadi faktor pengungkit dalam pengelolaan pengembangan kawasan transmigrasi Rasau Jaya adalah sebagai berikut:
116 1. Pemanfaatan limbah pertanian untuk pupuk organik
2. Tingkat pemanfaatan lahan 3. Ketersediaan air
4. Penggunaan pestisida kimiawi 5. Ketersediaan TPS limbah pertanian
6. Harga komoditi hasil pertanian 7. Tempat menjual hasil pertanian
8. Besarnya pasar 9. Transfer keuntungan
10. Besarnya pengaruh daerah sekitar 11. Respon masyarakat lokal terhadap masyarakat transmigran
12. Partisipasi keluarga dalam kegiatan usahatani 13. Frekuensi konflik antara masyarakat lokal
– masyarakat transmigran 14. Teknologi konstruksi bangunan
15. Teknologi pengelolaan air 16. Teknologi pengolahan hasil pertanian
17. Teknologi informasi 18. Teknologi budidaya pertanian
19. Teknologi pengolahan lahan 20. Kelembagaan ekonomi
21. Ketersediaan peraturan bidang pengelolaan kawasan transmigrasi. Seluruh faktor pengungkit tersebut dianalisis untuk menentukan faktor
kunci pengelolaan pengembangan kawasan transmigrasi yang berkelanjutan. Penentuan faktor kunci dilakukan dengan melibatkan stakeholder dan pakar. Hasil
analisis menunjukkan bahwa terdapat enam faktor pengungkit yang merupakan faktor kunci pengelolaan pengembangan kawasan transmigrasi yang berkelanjutan
yaitu: 1 tingkat pemanfaatan lahan, 2 penggunaan pestisida kimiawi, 3 pemanfaatan limbah untuk pupuk, 4 ketersediaan air, 5 ketersediaan TPS, dan
6 respon masyarakat lokal. Hasil analisis disajikan pada Gambar 18.
117
Gambaran Tingkat Kepentingan Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Sistem yang Dikaji
---- Kelembagaan ekonomi
Peraturan pengelolaan KT Teknologi pengelolaan air
Teknologi pengolahan hasil Teknologi informasi
Teknologi konstruksi bangunan Pemanfaatan lahan
Pestisida kimiawi Ketersediaan air
Ketersediaan TPS Limbah untuk Pupuk
Transfer keuntungan Besarnya pasar
Pasar hasil pertanian Harga komoditi pertanian
Konflik antar warga Partisipasi keluarga
Respon masyarakat lokal Pengaruh daerah sekitar
Teknologi pengolahan lahan Teknologi budidaya
- 0.50
1.00 1.50
2.00 2.50
3.00
- 0.20
0.40 0.60
0.80 1.00
1.20 1.40
1.60 1.80
2.00
Ketergantungan P
e n
g a
ru h
Gambar 18. Pengaruh dan ketergantungan antar faktor pengungkit pengelolaan pengembangan kawasan transmigrasi berkelanjutan Rasau Jaya
5.3 Permasalahan dan Kebutuhan Stakeholder dalam Pengembangan