Kerangka Pikir Konseptual PENDAHULUAN

11

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Kajian ini dilakukan pada kawasan transmigrasi yang telah terbangun dan memerlukan pengembangan lanjutan second stage development. Penelitian mencakup kajian terhadap kondisi dan potensi internal dalam satu kawasan transmigrasi, dengan kasus Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya, Kabupaten Pontianak. Kajian ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, serta hukum dan kelembagaan dalam kawasan transmigrasi dilakukan untuk mengidentifikasi atributindikator yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat keberlanjutan pengembangan kawasan transmigrasi yang selanjutnya disebut Indeks Keberlanjutan Kawasan Transmigrasi IKKTrans. Tinjauan kebijakan hanya dilakukan pada aspek prosedur dalam kajian kebijakan dan substansi kebijakan yang terkait dengan pengembangan kawasan. Penelitian difokuskan pada model prosedur analisis kebijakan pengembangan kawasan transmigrasi secara partisipatif yang menghasilkan arahan kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan semua pihak yang berkepentingan terhadap kawasan transmigrasi, yaitu masyarakat, pengusaha, pemerintah Kabupaten Pontianak, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, dan pemerintah yang diwakili oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi melalui suatu model analisis kebijakan yang menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan.

1.6 Kerangka Pikir Konseptual

Pengembangan kawasan transmigrasi perlu dikelola dengan baik agar mencapai tujuan pembangunan yang telah ditetapkan. Pada konsep pembangunan berkelanjutan ini tujuan ekonominya adalah dengan meningkatkan pendapatan masyarakat transmigran dan masyarakat lokal, tujuan sosialnya adalah mencegah terjadinya berbagai konflik dan kesenjangan dan menciptakan keadilan dalam kehidupan masyarakat, tujuan aspek lingkungan adalah menjaga keanekaragaman hayati, konservasi lahan dan air, tujuan aspek teknologi adalah aplikasi dan inovasi teknologi tepat guna, serta tujuan aspek hukum dan kelembagaan adalah pematuhan hukum dan berfungsinya kelembagaan. Tujuan-tujuan tersebut dapat 12 dicapai jika semua stakeholder yang terlibat dapat bersinerji secara optimal dalam setiap langkah dalam pengembangan kawasan transmigrasi. Kondisi kawasan transmigrasi saat ini merupakan hasil dari pengelolaan kawasan yang telah dilakukan sebelumnya. Pengelolaan kawasan didasarkan pada berbagai kebijakan pembangunan yang ditetapkan baik dari pemerintah maupun pemerintah daerah secara kontinu. Hasil pemantauan dan laporan berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak kawasan transmigrasi saat ini relatif belum berkembang secara optimal. Hal ini merupakan permasalahan yang perlu dikaji lebih lanjut terkait dengan keberlanjutan pembangunan. Prinsip pembangunan berkelanjutan menjadi relevan untuk diterapkan agar dapat memberikan solusi optimal terhadap konflik antara kepentingan pembangunan dengan pelestarian lingkungan hidup. Keberlanjutan pembangunan di suatu wilayah atau daerah dapat diketahui dari indikator pembangunan berkelanjutan yang mencakup berbagai aspek. Indikator yang digunakan mencakup lima dimensi yaitu ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, serta hukum dan kelembagaan. Dimensi teknologi digunakan karena kawasan transmigrasi berbasis pengelolaan lahan yang pada umumnya masih dilakukan dengan cara-cara tradisional. Pengelolaan lahan dalam pengembangan pertanian dan usaha lainnya di kawasan transmigrasi memerlukan penerapan dan inovasi teknologi secara berkelanjutan untuk mencapai tingkat perkembangan yang diinginkan. Inovasi teknologi akan meningkatkan efisiensi, nilai tambah ekonomi dan kualitas sosial masyarakat, serta pada gilirannya akan dapat meningkatkan daya tampung lingkungan di atas daya dukung alam yang tidak berubah. Dimensi hukum dan kelembagaan digunakan karena masyarakat di kawasan transmigrasi pada umumnya memerlukan regulasi dan penegakan hukum yang dapat dijadikan acuan norma dalam pengembangan kawasan khususnya terkait dengan keragaman budaya dan perilaku masyarakatnya. Implementasinya adalah dalam bentuk disiplinkomitmen atas pengelolaan lingkungan yang baik, fragmentasi sosial yang harmonis, dan persaingan usaha yang sehat. Hal ini berkaitan pula dengan kelembagaan yang telah mendominasi perkembangan dimensi ekologi, ekonomi, sosial, dan teknologi. Kelima dimensi tersebut secara 13 simultan akan mempengaruhi keberlanjutan pengembangan kawasan transmigrasi. Masing-masing dimensi tersebut memiliki atribut dan kriteria tersendiri yang mencerminkan pengaruh terhadap keberlanjutan dimensi yang bersangkutan. Berbagai atribut serta kriteria yang digunakan ditentukan berdasarkan hasil kajian pustaka dan preferensi pakar. Informasi kondisi kawasan pada setiap atribut didapatkan dari data sekunder, penyebaran kuesioner serta dari para stakeholder. Untuk menilai keberlanjutan dari sistem pengembangan kawasan saat ini yang merupakan hasil pelaksanaan kebijakan pembangunan transmigrasi, proyek P4S dan ISDP, dan kebijakan regional dan lokal di masa lalu di kawasan Rasau Jaya, dilakukan dengan cara menghitung Indeks Keberlanjutan kawasan transmigrasi IKKTrans dengan menggunakan metode multi variabel non parametrik yang disebut multidimensional scalling MDS. Jika penilaian menghasilkan IKKTrans termasuk dalam kategori berkelanjutan maka hal tersebut menunjukkan bahwa pengembangan kawasan transmigrasi aktual telah dilaksanakan secara baik dan benar yang dilandasi, diarahkan dan diatur oleh kebijakan yang baik dan benar juga, dengan menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan. Langkah selanjutnya adalah memberikan rekomendasi agar kebijakan yang ada terus digunakan dan memberikan penguatan pada faktor-faktor pengungkit utama atau faktor kunci yang telah teridentifikasi mampu memberikan pengaruh besar agar tingkat keberlanjutan pengembangan kawasan transmigrasi dapat terus meningkat. Jika penilaian menghasilkan IKKTrans termasuk dalam katagori belum berkelanjutan, maka perlu dikenali permasalahan yang ada di dalam sistem pengembangan kawasan transmigrasi serta mengidentifikasi kebutuhan stakeholder. Dalam kerangka pengembangan kawasan transmigrasi, kebutuhan yang didasarkan atas preferensi stakeholder dalam pengembangan kawasan di masa mendatang perlu diperhatikan dalam penyusunan kebijakan pengembangan kawasan. Dengan menggunakan metode analisis prospektif dapat dirumuskan faktor-faktor pemenuhan kebutuhan stakeholder serta faktor dominan atau faktor kunci yang akan memberikan pengaruh besar terhadap pencapaian tujuan sistem pengembangan kawasan transmigrasi. 14 Faktor-faktor kunci pengembangan kawasan transmigrasi merupakan masukan dalam penyusunan skenario pengembangan Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya. Penyusunan skenario pengembangan kawasan perlu melibatkan semua pihak terutama stakeholder utama dan pakar. Skenario ini diharapkan memberikan gambaran masa depan kawasan transmigrasi dalam kaitan dengan keberlanjutan dimensi-dimensi yang dikaji. Skenario pengembangan kawasan transmigrasi dapat disimulasikan untuk melihat kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada masa depan dengan menggunakan analisis prospektif. Hasil analisis prospektif sistem pengembangan kawasan transmigrasi tersebut akan menghasilkan alternatif skenario pengembangan kawasan pada masa datang. Skenario optimal yang dihasilkan merupakan gambaran masa depan yang akan diwujudkan oleh sistem. Selanjutnya, intervensi yang dapat mewujudkan tercapainya skenario optimal dalam mencapai tujuan sistem merupakan rekomendasi arahan kebijakan yang dapat disarankan untuk diadopsi oleh semua pihak yang berkepentingan dalam sistem untuk diimplementasikan dengan memperhatikan kemampuan sumberdaya yang dimiliki oleh sistem tersebut. Hasil ini merupakan masukan untuk pelaksanaan kebijakan yang saat ini telah ada yakni kebijakan pengembangan kawasan KTM Rasau Jaya, RTRW Kabupaten Pontianak, dan RTR Kawasan Pesisir Kabupaten Pontianak. Secara skematis, kerangka pikir penelitian disajikan pada Gambar 1.

1.7 Kebaruan Penelitian