Kondisi Fisik KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1 Kondisi Fisik

4.1.1. Iklim dan curah hujan Stasiun iklim terdekat dari kawasan transmigrasi Rasau Jaya adalah stasiun Lapangan Udara Supadio di Kota Pontianak. Stasiun ini berjarak ± 19 km dari kawasan transmigrasi Rasau Jaya dan berada dalam isohyet yang sama. Temperatur tahunan rata-rata sebesar 26,5°C. Temperatur udara rata-rata tertinggi 27,1°C terjadi pada bulan Juni dan terendah 26,1°C terjadi pada bulan November, Desember dan Januari lampiran 3. Tingkat kelembaban nisbi tergolong tinggi. Total rata-rata kelembaban nisbi adalah 84,8 dengan variasi 82,7 pada bulan Juli dan Agustus dan 86,7 pada bulan Januari. Lama penyinaran matahari bervariasi antara 42,9 pada bulan Desember hingga 63,0 pada bulan Juli. Kecepatan angin tergolong rendah dengan rata-rata tahunan sebesar 3,7 knot, sedangkan rata-rata bulanannya bervariasi dari 3,4 knot hingga 4,0 knot. Nilai variabel iklim tersebut merupakan ciri-ciri daerah lembab, daerah tropis di sekitar garis khatulistiwa, daerah yang hanya mempunyai sedikit variasi musim, kelembaban nisbi yang tinggi serta mempunyai kisaran temperatur yang rendah lampiran 3. Berdasarkan klasifikasi agroklimat dari Oldeman, iklim di kawasan transmigrasi tergolong ke dalam zona iklim agroklimat B1. Tipe iklim ini dicirikan dengan terjadinya bulan basah P 200 mm selama 8 bulan berturut- turut tanpa adanya bulan kering. Tipe iklim ini, sesuai untuk tanaman padi diselingi dengan palawija ISDP, 1999. Curah hujan rata-rata tahunan adalah 2.597 mm. Bulan basah dapat dijumpai lebih dari 8 bulan, akan tetapi waktu dan kuantitas hujan dari tahun ke tahun sangat bervariasi. Dari analisis data curah hujan selama 10 tahun terakhir diperoleh bahwa rata-rata curah hujan tahunan sebesar 3.489 mm per tahun dan rata-rata bulanan sebesar 291 mm per bulan. Rata-rata curah hujan bulanan maksimum terjadi pada bulan Nopember yaitu sebesar 517 mm dan minimum pada bulan Agustus yaitu sebesar 189 mm. Jumlah hari hujan per tahun sebesar 189 hari dengan rata-rata tiap bulannya sebesar 16 hari. Berdasarkan hasil analisis 68 curah hujan selama 10 tahun diperoleh bahwa pada bulan basah berpeluang terjadi pada bulan September hingga Januari, sedangkan bulan kering terjadi pada bulan Juni sampai dengan Agustus ISDP, 1999. Curah hujan yang tinggi ini menunjang dalam pemanfaatan lahan pertanian terutama untuk pengembangan tanaman palawija dan sayuran. Kondisi Rasau Jaya yang merupakan dataran rendah secara umum mempunyai temperatur yang optimal untuk pengembangan padi, palawija, sayuran dataran rendah, dan tanaman buah-buahan serta komoditi perkebunan berupa tanaman karet, kelapa dan lada, serta kelapa sawit. Keadaan temperatur dan fluktuasi curah hujan yang berbeda, selain mempengaruhi jenis tanaman yang sesuai juga dapat dimanfaatkan untuk pengaturan pola pertanaman. 4.1.2. Hidrologi Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya dilalui oleh sungai besar yaitu Sungai Punggur Besar. Kawasan yang dilalui oleh sungai Punggur Besar meliputi Desa Sungai Bulan, Rasau Jaya Umum, Rasau Jaya I, Bintang Mas dan Pematang Tujuh di sebelah utara dan disebelah selatan meliputi kawasan Desa Jangkang I, Pinang Luar, Arus Deras, Sungai Deras, Sungai Nipah. Kawasan ini dipengaruhi pasang-surut Sungai Punggur Besar sehingga menyebabkan kawasan Rasau Jaya umumnya merupakan wilayah pasang-surut. Pada saat curah hujan tinggi Desember – Januari terjadi pasang yang besar sehingga terjadi banjir. Namun pada bulan Juni-Agustus dimana curah hujan paling rendah, air pasang tidak sampai melalui saluran drainase, ke areal pertanian. Walaupun ada air yang sampai ke lokasi pertanian salinitasnya tinggi sehingga tidak dapat digunakan untuk sumber pengairan bagi tanaman ISDP, 1999. Kondisi air permukaan pada umumnya sangat dipengaruhi oleh keberadaan sungai-sungai dan saluran drainase baik primer, sekunder maupun tersier. Sampai saat ini, kondisi pasang surut air sungai, fluktuasi debit air dimusim penghujan dan dimusim kemarau yang cukup besar, pendangkalan dan tumbuhnya gulma pada saluran drainase merupakan beberapa faktor pembatas pengembangan pertanian di wilayah ini terutama untuk kegiatan pertanian dengan sumber pengairan yang berasal dari sungai maupun irigasi. 69 Pada umumnya permukaan air tanah di wilayah ini sangat dangkal. Pada wilayah dengan fisiografi gambut rawa belakang sungai yang belum terdapat saluran drainase yang baik umumnya mempunyai kondisi lahan yang tergenang dengan tingkat kemasaman tanah dan air yang tinggi sehingga untuk kegiatan budidaya pertanian masih memerlukan penerapan teknologi baik melalui pembuatan maupun normalisasi saluran drainase, pengapuran dan pemupukan ISDP, 1999. Di Desa Bintang Mas dan Pematang Tujuh permukaan air tanah sekitar 10 cm hingga 45 cm di bawah permukaan tanah. Di wilayah desa-desa yang telah dibuat saluran sekunder dan tersier menunjukkan bahwa permukaan air tanah berkisar lebih dari 20 cm dari permukaan tanah. Dimensi saluran tersier di wilayah ini adalah lebar 3 m, dalam sekitar 3 m dan jarak antar saluran 200 m. Pada areal yang saluran tersiernya tidak terpelihara terlihat bahwa permukaan air tanah sekitar 5 cm di bawah permukaan tanah hingga tergenang sekitar 5 cm. Di beberapa desa saluran sekunder dan tersiernya sudah mengalami pendangkalan, bahkan pinggirannya sudah banyak yang ditumbuhi gulma. Dimensi saluran tersiernya lebar 3 m, dalam 3 m dan jarak antar saluran 400 m serta kurang terpelihara, sehingga terjadi banjir di wilayah tersebut dan tidak dapat ditanami Dinas LH Kabupaten Pontianak, 2005. Dengan demikian genangan merupakan pembatas utama pengembangan lahan di wilayah ini dan saluran drainase merupakan masukan kunci yang diperlukan. Fungsi utama sungai dan saluran air selain sebagai sumber pengairan untuk kegiatan pertanian juga merupakan sarana transportasi untuk menunjang aksesibilitas dari dan ke wilayah Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya. Berdasarkan kondisi hidrologi yang ada, di Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya beberapa bagian wilayahnya sangat berpotensi terjadinya banjir, hal ini akibat dari bentuk topografi yang datar, sehingga mempunyai perbedaan tinggi yang rendah antara bagian hulu dan hilir akibatnya aliran air akan terhambat. Selain itu, pada beberapa beberapa sungai dan saluran air tanggulnya sudah mengalami pengikisan dan di beberapa bagiannya terjadi penyempitan akibat banyaknya gulma dan semak-semak yang tumbuh. 70 Kondisi lainnya mayoritas kawasan transmigrasi Rasau Jaya dipengaruhi pasang surut terutama pada wilayah-wilayah sekitar pesisir sungai. Akibatnya beberapa wilayah kawasan transmigrasi dengan kondisi drainase yang jelek selalu tergenang air, bahkan pada pasang tertinggi air dapat mengenai badan jalan diantaranya jalan yang menghubungkan Mempawah dengan Rasau Jaya sehingga selain mengganggu kegiatan pertanian juga menghambat aksesibilitas menuju dan ke luar Rasau Jaya. Sumber air yang ada di Kawasan Rasau Jaya adalah air permukaan, air tanah dangkal dan air hujan. Air permukaan di kawasan ini sangat dipengaruhi oleh kondisi air sungai Punggur Besar. Air pasang di kawasan ini mulai terjadi pada pukul 15.00 dan air surut mulai pukul 24.00. Debit air pada saat pasang di saluran sekunder sebesar 3,5 m 3 detik dan pada saat surut sebesar 1.46 m 3 detik. Debit air pada saluran tersier pada saat pasang adalah 0.31 m 3 detik, sedangkan pada saat surut sekitar 0.11 m 3 detik. Debit rata-rata air tanah dangkal sekitar 0.015 ltrdetik ISDP, 1999. Kondisi ketersediaan air permukaan maupun air tanah dangkal terlihat sangat mencukupi sebagai sumber air baku, namun kualitas tidak memenuhi persyaratan. Hasil analisis laboratorium sampel air yang diambil di saluran maupun sumur dangkal menunjukkan bahwa tidak memenuhi persyaratan sebagai air bersih, walaupun masih memenuhi persyaratan sebagai sumber air untuk kegiatan pertanian Dinas LH Kabupaten Pontianak, 2005. Baku mutu SK Men-Kes No. 146Men-KesPERIX1990, kualitas air sumur tergolong dalam kualitas C1. Kualitas tersebut tidak untuk digunakan sebagai sumber air bersih terutama untuk masak dan air minum dengan faktor pembatas utama adalah kekeruhan, warna, padatan total terlarut dan pH. Air di saluran drainase maupun air tanah dangkal menunjukkan bahwa kedua sumber air tersebut tidak layak sebagai sumber air bersih baik untuk memasak maupun air minum. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga di kawasan ini umumnya menggunakan air hujan. Curah hujan di wilayah ini cukup melimpah sekitar 3.489 mm per tahun dan rata-rata bulanan sebesar 291 mm dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih keluarga. Dari perhitungan dengan mengasumsikan atap 71 rumah setiap keluarga seluas 49 m 2 , penguapan dan kebocoran sebesar 25 serta curah hujan rata-rata sebesar 290,71 mm diperoleh air yang dapat ditampung setiap bulan sebesar 10.684 liter. Apabila diasumsikan kebutuhan air setiap keluarga sebesar 300 literkeluargahari atau sebanyak 9.000 literbulan, air yang dapat ditampung setiap rumah dapat memenuhi kebutuhan air bersih keluarga di wilayah ini. Namun dalam jangka panjang diperlukan suatu pengelolaan sumberdaya air yang ada guna memenuhi kebutuhan air bersih sehingga tidak selalu tergantung curah hujan Dinas LH Kabupaten Pontianak, 2005. 4.1.3. Penggunaan lahan Kawasan transmigrasi Rasau Jaya meliputi wilayah seluas 21.760 ha merupakan daerah potensial untuk dapat dikembangkan. Hal ini ditunjukkan dengan beragamnya kegiatan pertanian yang diusahakan penduduknya yang mengakibatkan telah terbentuknya lahan perkotaan, pertanian, perdagangan, permukiman dan lain-lain sebagai akibat adanya program transmigrasi yang dilaksanakan dari tahun 1971 sampai tahun 2001. Situasi penggunaan lahan di kawasan transmigrasi Rasau Jaya berdasarkan Master Plan Kawasan KTM Rasau Jaya Tahun 2006 sebagian besar adalah areal pertanian lahan sawah dan tegalanladang. Penggunaan lahan di kawasan transmigrasi jelasnya dapat di lihat pada Gambar 8. Gambar 8. Penggunaan lahan di kawasan transmigrasi Rasau Jaya tahun 2004 72

4.2 Kependudukan dan Sosial