77
4.3 Perekonomian
Struktur perekonomian Kabupaten Pontianak sampai dengan tahun 2003 masih didominasi sektor industri pengolahan dengan kontribusinya sebesar 38,62
persen. Tingginya peran sektor industri pengolahan didukung pula oleh sektor pertanian serta sektor perdagangan, hotel dan restoran yang juga cukup tinggi,
dengan peranannya terhadap perekonomian kabupaten Pontianak masing-masing sebesar 22,19 dan 18,97. Peranan sektor pengangkutan dan komunikasi
sebesar 5,71, sektor jasa-jasa 8,82, sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan 3,04, sektor bangunan 1,76, dan sektor pertambangan dan
penggalian 0,58. Pertumbuhan PDRB di Kabupaten Pontianak disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. PDRB Kabupaten Pontianak per sektor atas dasar harga berlaku tahun 2001 dan 2003
Lapangan UsahaSektor PDRB jutaan rupiah
2001 2003
Pertanian 938.199,32
21,68 1.062.470,60
22,19 Pertambangan dan penggalian
25.253,06 0,51
31.944,33 0,58
Industri pengolahan 1.975.140,94
41,12 2.223.482,36
38,62 Listrik, gas dan air bersih
11.955,82 0,29
16.065,03 0,31
Bangunan 62.094,42
1,56 79.021,63
1,76 Perdagangan hotel dan restoran
934.120,61 19,90
1.023.790,65 18,97
Pengangkutan dan komunikasi 147.364,44
5,45 166.493,92
5,71 Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan
101.549,88 2,78
127.299,64 3,04
Jasa-jasa 271.995,88
6,72 419.717,43
8,82 Jumlah
4.467.674,37 100,0
5.150.285,59 100,0
Sumber: BPS Kabupaten Pontianak 2004
Pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan, pada tahun 2003 sebesar 1,27 persen merupakan gabungan dari pertumbuhan sektor dan sub sektor. Laju
pertumbuhan ekonomi pada tahun 2003 disebabkan karena pertumbuhan yang tinggi di sektor jasa-jasa 15,82, sektor listrik, gas dan air bersih 5,86,
sektor bangunan 6,95, sektor keuangan 6,13, sektor pengangkutan dan komunikasi 3,16 dan sektor pertanian 3,04. Sektor pertambangan dan
penggalian pertumbuhannya hanya 0,82, bahkan untuk sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami penurunan masing-masing
2,33 dan 0,87. Perkembangan perekonomian kawasan pengembangan transmigrasi Rasau
Jaya sangat dipengaruhi oleh kota disekitarnya yaitu Kota Pontianak. Beberapa
78 kegiatan perekonomian Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya meliputi aspek-aspek
perdagangan, industri, jasa, pertanian, perkebunan, dan peternakan. Kegiatan perdagangan di Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya secara dominan terpusat di
Rasau Jaya I dan Rasau Jaya Umum. Secara umum kegiatan perdagangan yang terjadi di Kawasan Transmigrasi
Rasau Jaya adalah saling keterkaitan dengan kegiatan perdagangan yang ada di Pusat Kota Pontianak. Sebagian besar ketersediaan barang konsumsi dan komoditi
lainnya untuk memenuhi kebutuhan wilayah pengembangannya dilayani oleh Kota Pontianak sebagai pusat perdagangan. Perdagangan skala lokal umumnya
dilayani oleh kegiatan pasar, toko, dan warung yang ada di setiap desa dalam kecamatan. Selain melayani perdagangan lokal, kegiatan perdagangan di Rasau
Jaya juga melayani kegiatan perdagangan antar pulau melalui Pelabuhan Rasau Jaya. Komoditi perdagangan umumnya bahan makanan, bahan bakar, sabun,
semen, kertas dan lain-lain. Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya memiliki kondisi lahan yang
mendukung pengembangan beberapa komoditi pertanian unggulan yang dapat mendorong pertumbuhan Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya seperti pertanian
padi, jagung, ubi kayu, kacang-kacangan, sayur-sayuran, buah-buahan dan komoditi perkebunan serta peternakan.
Perkembangan komoditi pertanian padi sawah di Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya bila dibandingkan pada tahun 2003 dengan tahun 2005, terjadi
peningkatan, terutama dalam hal rata-rata produksi yang dihasilkannya. Pada tahun 2003 produksi rata-rata 3,23 tonha, pada tahun 2005 rata-rata produksinya
mencapai 3,37 tonha Tabel 9. Tabel 9. Luas panen dan produksi komoditi padi di kawasan Rasau Jaya
Desa Tahun 2003
Tahun 2005 Luas
Panen Produksi
ton Rata-rata
tonha Luas
Panen Produksi
ton Rata-rata
tonha Rasau Jaya Umum
Bintang Mas Rasau Jaya III
Rasau Jaya I Rasau Jaya II
Pematang Tujuh 714
280 582
528 511
556 2.350
940 1.800
1.690 1.560
1.910 3,29
3,36 3,09
3,20 3,05
3,43 722
310 586
543 514
570 2.436
1.071 1.911
1.831 1.648
2.037 3,37
3,45 3,26
3,37 3,21
3,57
Sumber: BPS Kabupaten Pontianak 2006
79 Produksi jagung di kawasan transmigrasi pada tahun 2003 hanya mencapai
luasan panen 1.614 ha, sedangkan pada tahun 2005 luasan panen meningkat menjadi 1.783 ha. Peningkatan luasan penanaman jagung ini lebih disebabkan
karena intensifnya penanaman jagung akibat adanya kerjasama kemitraan antara petani dengan pengusaha. Disamping peningkatan luas panen terjadi juga
peningkatan rata-rata produksi per hektar. Bila pada tahun 2003, rata-rata produksi mencapai 21,73 kwha, pada tahun 2005 produksinya mencapai 22,01
kwha Tabel 10.
Tabel 10. Luas panen dan produksi jagung di kawasan Rasau Jaya
Desa Tahun 2003
Tahun 2005 Luas
Panen Produksi
ton Rata-rata
kwha Luas
Panen Produksi
ton Rata-rata
kwha Rasau Jaya Umum
Bintang Mas Rasau Jaya III
Rasau Jaya I Rasau Jaya II
Pematang Tujuh 714
108 83
170 233
306 1.700
216 195
340 475
759 23,81
20,00 23,49
20,00 20,38
24,80 826
108 101
170 245
333 1.905
220 245
345 496
830 23,06
20,37 24,25
20,29 20,24
24,92
Sumber: BPS Kabupaten Pontianak 2006 Komoditi lain yang juga diusahakan masyarakat di kawasan transmigrasi
ini adalah komoditi ubi kayu dan kacang tanah. Pada Tahun 2003, luas panen komoditi ubi kayu yang ada adalah 91 ha, dengan jumlah produksi rata-rata per ha
nya mencapai 127,25 kw. Selain itu, terdapat juga komoditi buah-buahan dan sayur-sayuran. Untuk produksi buah-buahan dan sayuran ini umumnya ditanam di
semua wilayah desa. Selain produksi pertanian hortikultura, di kawasan transmigrasi juga terdapat kegiatan perkebunan. Jenis perkebunan yang relatif luas
di kawasan ini adalah perkebunan karet. Perkebunan kelapa yang relatif menyebar terdapat di seluruh kawasan.
Pengembangan usaha jagung memiliki prospek yang baik karena permintaan pasar cenderung meningkat. Melihat potensinya yang besar maka
upaya pengembangan usaha perlu didukung dengan memperhatikan beberapa faktor antara lain harga jual yang rendah menyebabkan masyarakat belum terlalu
antusias dalam pengembangan usaha jagung dibandingkan dengan pengembangan komoditi yang lain. Saat ini belum ada pabrik pengolahan jagung di wilayah
80 Rasau Jaya sehingga jagung ini mesti dikirim keluar daerah sebagai bahan baku
dan bukan hasil olahan sehingga nilai ekonomisnya rendah. Ketersediaan alat dan mesin pertanian masih terbatas, selain itu jaringan
pengairan belum memadai, hal ini terkait dengan kondisi lahan yang bergambut sehingga membutuhkan penanganan yang khusus dalam hal pengelolaan air. Salah
satu faktor yang perlu diperhitungkan terkait dengan kondisi lahan adalah fakta bahwa lahan gambut yang baru dibuka memiliki tingkat produktivitas yang
rendah. Hal ini kemudian menjadi pertimbangan dalam pemilihan jenis varietas jagung unggulan yang bisa dikembangkan di lahan tersebut.
Usaha peternakan dapat menjadi pekerjaan utama ataupun pekerjaan sampingan masyarakat. Usaha ini memiliki prospek yang bagus, karena kebutuhan
terhadap protein hewani masih cukup tinggi dan pemasarannya bukan hanya terbatas ditingkat lokal tapi juga ke tingkat regional. Populasi ternak yang terdapat
di Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya diantaranya adalah ternak sapi, kambing, babi, ayam buras, ayam ras, ayam petelur dan itik. Khusus untuk peternakan ayam
ras pedaging dan ayam petelur telah diproduksi secara besar-besaran oleh pihak swasta terutama yang terdapat di Rasau Jaya.
Ketersediaan lahan diperlukan sebagai tempat pemeliharaan ternak serta menjadi sumber hijauan pakan ternak. Faktor ini perlu diperhitungkan karena
diperlukan pasokan pakan dalam jumlah yang besar dan kontinu. Salah satu masalah yang perlu diperhatikan adalah jenis varietas sapi yang masih terbatas
dan tidak tersedia bibit lokal. Dengan demikian, akan dibutuhkan modal yang cukup besar untuk mendatangkan sapi induk dari luar pulau ke Rasau Jaya. Selain
itu, tingkat keamanan ternak sapi yang dipelihara belum begitu baik karena masih sering terjadi pencurian ternak.
Faktor lain yang menjadi keunggulan wilayah ini adalah lokasinya yang dekat dengan Kota Pontianak, sehingga pemasaran hasil usaha lebih dekat.
Infrastruktur jalan yang menghubungkan kedua wilayah ini cukup mendukung untuk kegiatan pemasaran. Selain itu, nilai ekonomis beternak sapi cukup tinggi
karena limbahnya dapat dijadikan pupuk tanaman. Perusahaan yang beroperasi di wilayah Rasau Jaya berjumlah 21
perusahaan, yang terdiri atas: PT 2 buah, CV 2 buah dan perusahaan perorangan
81 berjumlah 19 buah. Untuk industri, pada tahun 2006 di kecamatan Rasau Jaya
tercatat terdapat 84 kegiatan industri kecil dan satu industri sedang BPS Kabupaten Pontianak, 2007.
4.4 Sarana dan Prasarana