Analisis Data METODE PENELITIAN

53 Penentuan faktor kunci pengelolaan pengembangan kawasan transmigrasi berkelanjutan dilakukan dengan analisis prospektif berdasarkan judgement pakar dan stakeholder. Penentuan skenario dan strategi implementasi kebijakan dilakukan dengan FGD. Responden yang terlibat dalam penentuan faktor kunci dan penentuan skenario dan strategi sebanyak 15 orang yang mewakili: Depnakertrans, Dinas Nakertrans Kalbar, Dinas Sosnakertrans Kabupaten Pontianak, Dinas PU Kabupaten Pontianak, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pontianak, Dinas Pertanian Kalbar, LPKM Universitas Tanjungpura, Dinas Sosial dan Pengembangan Masyarakat Kalbar, Bappeda Kalbar, Bappeda Kabupaten Pontianak, Bapedalda Kalbar, dan Dinas PU Kalbar.

3.5 Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis kondisi keberlanjutan menggunakan multi dimensional scaling MDS dan analisis prospektif untuk menentukan faktor kunci dan skenario pengelolaan pengembangan kawasan transmigrasi. 3.5.1 Analisis Keberlanjutan Perumusan kebijakan dan strategi pengelolaan pengembangan kawasan transmigrasi berkelanjutan memerlukan data dan informasi tentang kinerja pengelolaan kawasan transmigrasi yang ada saat ini. Kinerja pengelolaan tersebut ditunjukkan dalam bentuk nilai indeks keberlanjutan IKKTrans. Analisis keberlanjutan pengelolaan kawasan transmigrasi dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu tahap penentuan atribut sistem pengelolaan kawasan transmigrasi berkelanjutan yang mencakup lima dimensi dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, hukum dan kelembagaan, tahap penilaian setiap atribut dalam skala ordinal berdasarkan kriteria keberlanjutan setiap dimensi, tahap analisis ordinasi yang berbasis metode “multidimensional scaling” MDS, dan tahap penyusunan indeks dan status keberlanjutan pengelolaan kawasan transmigrasi existing condition yang dikaji baik secara umum maupun 54 pada setiap dimensi Fauzi dan Anna, 2002. Secara lengkap tahapan analisis keberlanjutan pengelolaan kawasan transmigrasi disajikan pada Gambar 5. Penentuan Atribut meliputi berbagai kategori MULAI Kondisi Pengelolaan Kawasan Transmigrasi Saat Ini Skoring Kawasan Transmigrasi mengkonstruksi angka referensi untuk good, bad, dan anchor Multidimensional Scaling Ordination untuk setiap atribut Simulasi Monte Carlo Analisis ketidakpastian Leveraging Factor Analisis anomali Analisis Keberlanjutan Gambar 5. Tahapan analisis keberlanjutan menggunakan MDS Keberlanjutan pembangunan di suatu wilayah atau daerah dapat diketahui dari indikator pembangunan berkelanjutan yang mencakup berbagai aspek. Pada penelitian indikator yang digunakan mencakup lima dimensi yaitu ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, serta hukum dan kelembagaan. Konsep pembangunan berkelanjutan didekati dari tiga dimensi yaitu ekologi, ekonomi dan sosial Munasinghe, 1993, namun dalam penelitian ini aspek teknologi serta hukum dan kelembagaan diangkat sebagai dimensi tersendiri. Dimensi teknologi digunakan karena kawasan transmigrasi berbasis pengelolaan lahan yang pada umumnya masih dengan cara-cara tradisional. Pengelolaan lahan dalam pengembangan pertanian dan usaha lainnya di kawasan transmigrasi memerlukan penerapan teknologi untuk mencapai tingkat perkembangan yang diinginkan secara berkelanjutan. Dimensi hukum dan kelembagaan digunakan karena masyarakat pada kawasan transmigrasi pada umumnya memerlukan regulasi dan penegakan 55 hukum yang dapat dijadikan acuan norma dalam pengembangan kawasan khususnya terkait dengan keragaman budaya dan perilaku masyarakatnya. Hal ini pula berkaitan dengan kelembagaan yang telah mendominasi perkembangan dimensi ekologi, ekonomi, sosial, dan teknologi. Kelima dimensi tersebut secara simultan akan mempengaruhi keberlanjutan pengelolaan pengembangan kawasan transmigrasi. Masing-masing dimensi tersebut memiliki atribut dan kriteria tersendiri yang mencerminkan pengaruh terhadap keberlanjutan dimensi yang bersangkutan. Berbagai atribut serta kriteria yang digunakan ditentukan berdasarkan indikator keberlanjutan pembangunan kawasan dari berbagai referensi dan preferensi pakar. Metode MDS dapat menunjukkan tingkat keberlanjutan pengembangan kawasan transmigrasi pada saat ini existing condition yang dilihat dari semua dimensi pembangunan. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, hasil perhitungananalisis ataupun data sekunder yang tersedia maka setiap atribut diberikan skor atau peringkat yang mencerminkan keberlanjutan dari dimensi pembangunan yang bersangkutan. Skor ini menunjukkan nilai yang “buruk” di satu ujung dan nilai “baik” di ujung yang lain Alder et al., 2000. Nilai “buruk” mencerminkan kondisi yang paling tidak menguntungkan bagi sistem pengelolaan kawasan transmigrasi berkelanjutan. Sebaliknya, nilai “baik” mencerminkan kondisi yang paling menguntungkan. Di antara dua ekstrim nilai ini terdapat satu atau lebih nilai antara tergantung dari jumlah peringkat pada setiap atribut. Jumlah peringkat pada setiap atribut ditentukan oleh tersedia tidaknya literatur yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah peringkat Susilo, 2003. Keberlanjutan dimensi ekologi adalah stabilitas global untuk seluruh ekosistem, khususnya sistem fisik dan biologi Perrings, 1991. Dalam kaitan dengan pengembangan kawasan transmigrasi, keberlanjutan ekologi adalah menjaga keanekaragaman hayati, konservasi lahan dan air, tidak melakukan eksploitasi berlebih terhadap sumberdaya alam dan tidak terjadi pembuangan limbah yang melebihi kapasitas asimilasi lingkungan. Atribut dimensi ekologi keberlanjutan pengembangan Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya adalah: pemanfaatan limbah pertanian untuk pupuk organik, pemanfaatan limbah 56 pertanian untuk pakan ternak, penggunaan pupuk anorganik, penggunaan pestisida kimiawi, lahan kesuburan tanah, tingkat pemanfaatan lahan, tingkat kesesuaian penggunaan lahan, agroklimat, ketersediaan tempat pembuangan sementara TPS limbah pertanian, pola pengembangan usahatani, penggunaan bibit untuk kegiatan usahatani, ketersediaan air, frekuensi musim tanam, dan pola tanam. Keberlanjutan ekonomi adalah arus maksimum pendapatan yang dapat diciptakan dari asset modal yang minimal dengan manfaat yang optimal Maler, 1990. Dalam kaitan dengan pengembangan kawasan transmigrasi, keberlanjutan dimensi ekonomi adalah meningkatkan pendapatan masyarakat transmigran dan masyarakat lokal, menghasilkan produksi secara berkesinambungan, peningkatan ekonomi daerah, dan penyerapan tenaga kerja. Atribut dimensi ekonomi keberlanjutan pengembangan Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya adalah: keuntungan, kontribusi terhadap pajak bumi dan bangunan PBB terhadap desa sekitar, rata-rata penghasilan masyarakat transmigran relatif terhadap UMR upah minimum regional Provinsi Kalimantan Barat, transfer keuntungan, besarnya pasar, tempat menjual hasil pertanian, besarnya subsidi, harga komoditi hasil pertanian, kemampuan teknis pengelolaan keuangan, akses masyarakat transmigran terhadap sumber modal, tabungan keluarga, kepemilikan teknologi untuk kegiatan usahatani, komoditi unggulan, perubahan prasarana ekonomi 10 tahun terakhir, dan perubahan jumlah sarana ekonomi 10 tahun terakhir. Keberlanjutan dimensi sosial adalah terjaganya stabilitas sistem sosial dan budaya, termasuk reduksi konflik yang merusak UNEP et al., 1991. Dalam kaitan dengan pengembangan kawasan transmigrasi, keberlanjutan dimensi sosial adalah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia pangan, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, mencegah terjadinya berbagai konflik, menciptakan keadilan dalam kehidupan masyarakat, terjadinya pemerataan pendapatan, terbukanya kesempatan berusaha, dan partisipasi masyarakat. Atribut dimensi sosial keberlanjutan pengembangan Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya adalah: sosialisasi pekerjaan individual atau kelompok, pengetahuan terhadap lingkungan, tingkat pendidikan relatif terhadap pendidikan tingkat provinsi, 57 frekuensi konflik antara masyarakat lokal –transmigran, partisipasi keluarga dalam kegiatan usahatani, respon masyarakat lokal terhadap masyarakat transmigran, frekuensi penyuluhan dan pelatihan tentang lingkungan, besarnya pengaruh daerah sekitar, adanya tokoh panutan yang disegani, kerukunan hidup antar umat beragama, budaya gotong-royong, status kesehatan masyarakat, status gizi masyarakat, pertambahan penduduk yang masuk di kawasan transmigrasi, frekuensi kegiatan mentalspiritual. Keberlanjutan dimensi teknologi adalah aplikasi dan inovasi teknologi tepat guna sesuai dengan kondisi sosial-budaya masyarakatnya, pengembangan dan penggunaan teknologi dapat meningkatkan produktivitas dan nilai tambah usaha dan meminimumkan kemungkinan dampak yang dapat merugikan sumberdaya dan lingkungan. Atribut dimensi teknologi keberlanjutan pengembangan Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya adalah: teknologi pengolahan lahan, teknologi budidaya pertanian, teknologi konstruksi bangunan, teknologi informasi, teknologi pengolahan hasil pertanian, basis data sumberdaya lahan, teknologi pengelolaan air, dan teknologi pemanfaatan sumberdaya alam. Keberlanjutan dimensi hukum dan kelembagaan adalah perangkat hukum dan kelembagaan beserta penegakan dan kepatuhannya yang dapat menciptakan keadilan, kepastian hukum, dan partisipasi masyarakat mendorong keberlanjutan pengembangan kawasan. Atribut dimensi hukum dan kelembagaan keberlanjutan pengembangan Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya adalah: transparansi dalam kebijakan, penyuluhan hukum tentang pengelolaan kawasan transmigrasi, ketersediaan personil penegak hukum di lokasi, ketersediaan peraturan bidang pengelolaan kawasan transmigrasi, ketersediaan aturan adat dan kepercayaanagama, keadilan dalam hukum, demokrasi dalam penentuan kebijakan, kelembagaan ekonomi, ketersediaan kelompok-kelompok usaha kecil- menengah, mekanisme kerjasama lintas sektor, program pemberdayaan masyarakat kawasan transmigrasi, partisipasi masyarakat transmigran dalam organisasi kemasyarakatan di kawasan transmigrasi, dan kepastian batas administrasi wilayah kawasan transmigrasi 58 Pembuatan peringkat disusun berdasarkan urutan nilai terkecil ke nilai terbesar baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan bukan berdasarkan urutan nilai dari yang terburuk ke nilai yang terbaik. Sebagai contoh pada atribut sosialisasi pekerjaan, maka skor disusun dari yang terkecil, yaitu dilakukan secara individu 0 hingga yang yang dilakukan secara kelompok 2. Pada susunan yang demikian maka yang paling baik bernilai 2 dan yang paling buruk bernilai 0. Pada atribut yang lain misalnya frekuensi konflik antara masyarakat lokal dengan masyarakat transmigran, nilai skor disusun secara sama dari nilai yang kecil tidak ada = 0 ke nilai yang besar ada banyak = 2. Namun demikian, pada atribut frekuensi konflik ini yang baik bernilai 0 dan yang buruk bernilai 2. Dalam penentuan nilai skor baik atau buruk pada metode analisis keberlanjutan ini berkaitan dengan persepsi. Untuk selanjutnya nilai skor dari masing-masing atribut dianalisis secara multi dimensional untuk menentukan satu atau beberapa titik yang mencerminkan posisi keberlanjutan pengelolaan kawasan transmigrasi yang dikaji relatif terhadap dua t itik acuan yaitu titik “baik” good dan titik “buruk” bad. Untuk memudahkan visualisasi posisi ini digunakan analisis ordinasi Alder et al., 2000. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan software Rapfish Rapid Appraisal for Fisheries. Teknik Rapfish adalah suatu metode multi disiplin yang digunakan untuk mengevaluasi perbandingan perikanan berkelanjutan berdasarkan jumlah atribut yang banyak tetapi mudah untuk dinilai. Dalam analisis Rapfish setiap data yang diperoleh diberi skor yang menunjukkan status sumberdaya tersebut. Ordinasi Rapfish dibentuk oleh aspek ekologi, ekonomi, etika, sosial, dan teknologi. Hasil statusnya menggambarkan keberlanjutan di setiap aspek yang dilaporkan dalam bentuk skala 0 sampai 100. Manfaat dari teknik Rapfish ini adalah dapat menggabungkan berbagai aspek untuk dievaluasi komponen keberlanjutannya dan dampaknya terhadap perikanan dalam ekosistem laut dan dapat menduga hubungannya dengan FAO Code of Conduct Alder et al., 2000. Rapfish didasarkan pada teknik ordinasi menempatkan sesuatu pada urutan atribut yang terukur dengan MDS. 59 Prosedur analisis Rapfish dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu: 1. Analisis terhadap data kawasan transmigrasi Rasau Jaya melalui data statistik, studi literatur, dan pengamatan di lapangan. 2. Melakukan skoring dengan mengacu pada literatur. 3. Melakukan analisis MDS dengan software SPSS untuk menentukan ordinasi dan nilai stress melalui ALSCAL Algoritma. Teknik ordinasi penentuan jarak di dalam MDS didasarkan pada jarak Euclidian yang dalam ruang berdimensi n dapat ditulis sebagai berikut: ... 2 2 1 2 2 1 2 2 1 z z y y x x d Konfigurasi atau ordinasi dari suatu objek atau titik di dalam MDS kemudian diaproksimasi dengan meregresikan jarak Euclidian d ij dari titik i ke titik j dengan titik asal δ ij sebagaimana persamaan berikut: ij ij d Metode ALSCAL mengoptimasi jarak kuadrat d ijk terhadap kuadrat titik asal ijk , yang dalam tiga dimensi i, j, k untuk m atribut, ditulis dalam formula yang disebut S-Stress sebagai berikut: m k j ijk i j ijk ijk i o o d m S 1 4 2 2 2 1 Jarak kuadrat merupakan jarak Eucledian yang dibobot w, dengan banyaknya responden r, atau ditulis: r a ja ia ka ijk x x w d 1 2 2 4. Melakukan “rotasi” untuk menentukan posisi perikanan pada ordinasi “bad” dan “good” dengan Excell dan Visual Basic. Goodness of fit dalam MDS dicerminkan dari besaran nilai S-Stress yang dihitung berdasarkan nilai S. Nilai Stress yang rendah menunjukkan good fit, sementara nilai S yang tinggi menunjukkan bad fit. Di dalam Rapfish, model yang baik ditunjukkan jika nilai stress lebih kecil dari 0.25 S 0.25. 60 5. Melakukan sensitivity analysis dan Monte Carlo Analysis untuk memperhitungkan aspek ketidakpastian. Tahap proses ordinasi menggunakan perangkat lunak modifikasi Rapfish Kavanagh, 2001. Perangkat lunak Rapfish merupakan pengembangan MDS yang ada di dalam perangkat lunak SPSS, untuk proses rotasi, kebalikan posisi fliping, dan beberapa analisis sensitivitas telah dipadukan menjadi satu perangkat lunak. Melalui MDS, posisi titik keberlanjutan tersebut dapat divisualisasikan dalam dua dimensi sumbu horizontal dan vertikal. Untuk memproyeksikan titik-titik tersebut pada garis mendatar dilakukan proses rotasi, dengan titik ekstrem “buruk” diberi nilai skor 0 dan titik ekstrim “baik” diberi skor nilai 100. Posisi keberlanjutan sistem yang dikaji akan berada di antara dua titik ekstrem tersebut. Nilai ini merupakan nilai indeks keberlanjutan pengembangan kawasan transmigrasi IKKTrans yang dilakukan pada saat ini. Analisis ordinasi ini juga dapat digunakan hanya untuk satu dimensi saja dengan memasukkan semua atribut dari dimensi yang dimaksud. Hasil analisis akan mencerminkan seberapa jauh status keberlanjutan dimensi tersebut. Jika analisis setiap dimensi telah dilakukan maka analisis perbandingan keberlanjutan antar dimensi dapat dilakukan dan divisualisasikan dalam bentuk diagram layang- layang kite diagram Gambar 6. Status Pe nge lolaan Kawasan Transmigrasi - 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 Ekologi Ekonomi Sosial Teknologi Kelembagaan 61 Gambar 6. Diagram layang-layang keberlanjutan dimensi IKKTrans Skala indeks keberlanjutan pengembangan kawasan transmigrasi mempunyai interval 0 - 100. Jika sistem pengembangan yang dikaji mempunyai nilai indeks lebih dari 75 maka pengembangan tersebut berkelanjutan sustainable dan sebaliknya jika kurang dari 75 maka sistem tersebut belum berkelanjutan unsustainable. Pada kondisi belum berkelanjutan, terdapat beberapa strata yang menunjukkan kondisi kawasan yakni cukup berkelanjutan, kurang berkelanjutan, dan tidak berkelanjutan. Pada penelitian digunakan empat kategori status keberlanjutan berdasarkan skala dasar tersebut seperti yang disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Kategori status keberlanjutan pengelolaan pengembangan kawasan transmigrasi berdasarkan nilai indeks Nilai IKKTrans Kategori 0 - 25 Tidak berkelanjutan 25 - 50 Kurang berkelanjutan 50 - 75 Cukup berkelanjutan 75 - 100 Berkelanjutan Pada tahap selanjutnya, dilakukan analisis sensitivitas untuk melihat atribut apa yang paling sensitif memberikan kontribusi terhadap IKKTrans di lokasi penelitian. Pengaruh dari setiap atribut dilihat dalam bentuk perubahan “root mean square” RMS ordinasi, khususnya pada sumbu–X atau skala sustainabilitas Alder et al. 2000. Semakin besar nilai perubahan RMS dimensi akibat hilangnya suatu atribut dimensi tertentu maka semakin besar pula peranan atribut tersebut dalam pembentukan nilai IKKTrans pada skala sustainabilitas, atau dengan kata lain semakin sensitif atribut tersebut dalam menentukan keberlanjutan pengelolaan kawasan transmigrasi di lokasi studi. Untuk mengevaluasi pengaruh galat error acak pada proses pendugaan nilai ordinasi pengelolaan kawasan transmigrasi digunakan analisis “Monte Carlo”. Menurut Kavanagh 2001 dan Fauzi dan Anna 2002 analisis “Monte Carlo” juga berguna untuk mempelajari: 62 1. Pengaruh kesalahan pembuatan skor atribut yang disebabkan oleh pemahaman kondisi lokasi penelitian yang belum sempurna atau kesalahan pemahaman terhadap atribut atau cara pembuatan skor atribut; 2. Pengaruh variasi pemberian skor akibat perbedaan opini atau penilaian oleh peneliti yang berbeda; 3. Stabilitas proses analisis MDS yang berulang-ulang iterasi; 4. Kesalahan pemasukan data atau adanya data yang hilang missing data; 5. Tingginya nilai ”stress” hasil analisis keberlanjutan, nilai “stress” dapat diterima jika 25. 3.5.2 Analisis Kebutuhan Pembangunan model pengelolaan pengembangan kawasan transmigrasi berkelanjutan dilakukan dengan pendekatan partisipatif. Dengan demikian, dilakukan pelibatan stakeholder dalam proses pengelolaan pengembangan kawasan. Salah satu tahap yang dilakukan adalah analisis kebutuhan stakeholder dalam kaitan dengan pengembangan kawasan transmigrasi Rasau Jaya di masa mendatang. Dalam analisis kebutuhan, hal pertama yang dilakukan adalah menentukan stakeholder yang terkait dengan pengelolaan pengembangan kawasan transmigrasi Rasau Jaya. Sistem yang digunakan adalah mengidentifikasi stakeholder berdasarkan tingkat pengaruh dan kepentingannya dalam pengembangan kawasan. Berdasarkan kajian pustaka, dapat diidentifikasi bahwa stakeholder yang terlibat dalam sistem pengelolaan pengembangan kawasan transmigrasi pada dimensi kebijakan publik adalah birokrat yang mewakili kepentingan pemerintah, pengusaha yang mewakili swasta, masyarakat yang mewakili pihak penerima pelayanan, peneliti dari perguruan tinggi dan lembaga swadaya masyarakat yang mewakili kelompok pakar. Selanjutnya melakukan wawancara mendalam kepada stakeholder yang telah teridentifikasi mengenai permasalahan dan kebutuhannya dalam kaitan dengan pengembangan kawasan transmigrasi Rasau Jaya. Selain itu, dikaji pula 63 pandangan setiap stakeholder tentang kebutuhan stakeholder lainnya sehingga dapat terakomodasi semua kebutuhan stakeholder. 3.5.3 Analisis Prospektif Untuk merumuskan kebijakan pengelolaan pengembangan kawasan transmigrasi berkelanjutan digunakan analisis prospektif. Analisis prospektif merupakan suatu upaya untuk mengeksplorasi kemungkinan di masa yang akan datang tentang pengembangan kawasan transmigrasi berkelanjutan sesuai dengan pengetahuan kebutuhan dari para stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan pengembangan kawasan transmigrasi Rasau Jaya. Hasil analisis prospektif adalah faktor-faktor kunci yang harus diperhatikan untuk mencapai tujuan pengembangan kawasan yang telah disepakati bersama stakeholder di masa mendatang. Selanjutnya faktor-faktor kunci tersebut digunakan untuk mendeskripsikan evolusi kemungkinan masa depan dari pengembangan kawasan transmigrasi berkelanjutan. Penentuan faktor kunci dan tujuan pengembangan tersebut penting dan sepenuhnya merupakan pendapat dari pihak yang berkompeten sebagai pelaku dan ahli dalam bidang pengelolaan pengembangan kawasan transmigrasi dan pembangunan berkelanjutan. Pendapat tersebut diperoleh melalui bantuan kuesioner dan wawancara langsung di wilayah studi. Tahapan dalam melakukan analisis prospektif adalah: 1. Menentukan faktor kunci untuk masa depan dari sistem yang dikaji. Pada tahap ini dilakukan identifikasi seluruh faktor penting, menganalisis pengaruh dan ketergantungan seluruh faktor dengan melihat pengaruh timbal balik dengan menggunakan matriks, dan menggambarkan pengaruh dan ketergantungan dari masing-masing faktor ke dalam 4 kuadran utama Gambar 7. 64 Gambar 7. Tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor dalam sistem Godet, 1999. Pengaruh langsung antar faktor dalam sistem, yang dilakukan pada tahap pertama analisis prospektif dengan menggunakan matriks pengaruh langsung antar faktor dalam pengembangan kawasan transmigrasi berkelanjutan sebagaimana disajikan pada Tabel 4. Skor pengisian adalah: skor 0 apabila tidak ada pengaruh, skor 3 apabila pengaruhnya sangat kuat, skor 1 apabila pengaruhnya kecil, dan skor 2 apabila pengaruhnya sedang. Tabel 4. Pengaruh langsung antar faktor dalam pengelolaan pengembangan kawasan transmigrasi berkelanjutan Dari Tehadap A B C D E F G H I A B C D E F G H I Keterangan : A – I = Faktor-faktor dalam sistem yang dikaji 2. Menentukan tujuan strategis dan kepentingan pelaku utama. Faktor Penentu INPUT Faktor Penghubung STAKES Faktor Bebas UNUSED Faktor Terikat OUPUT Pengaruh Ketergantungan 65 3. Mendefinisikan dan mendeskripsikan evolusi kemungkinan masa depan. Pada tahap ini dilakukan identifikasi bagaimana elemen kunci dapat berubah dengan menentukan keadaan state pada setiap faktor, memeriksa perubahan mana yang dapat terjadi bersamaan, dan menggambarkan skenario dengan memasangkan perubahan yang akan terjadi dengan cara mendiskusikan skenario dan implikasinya terhadap sistem. 4. Menentukan keadaan state suatu faktor. Ketentuan-ketentuan yang harus diikuti pada tahap ini adalah: a keadaan harus memiliki peluang sangat besar untuk terjadi bukan khayalan dalam suatu waktu di masa datang, b keadaan bukan merupakan suatu tingkatan atau ukuran suatu faktor tetapi merupakan deskripsi tentang situasi dari sebuah faktor, c setiap keadaan harus diidentifikasikan dengan jelas, d bila keadaan dalam suatu faktor lebih dari satu maka keadaan-keadaan tersebut harus dibuat secara kontras, dan e mengidentifikasi keadaan yang peluangnya sangat kecil untuk terjadi atau berjalan bersamaan mutual compatible. 5. Membangun skenario yang mungkin terjadi. Langkah-langkah dalam membangun skenario terhadap tahapan faktor-faktor yang mungkin terjadi adalah: a skenario yang memiliki peluang besar untuk terjadi di masa datang disusun terlebih dahulu, b skenario merupakan kombinasi dari faktor-faktor. Oleh sebab itu, sebuah skenario harus memuat seluruh faktor, tetapi untuk setiap faktor hanya memuat satu tahapan dan tidak memasukkan pasangan keadaan yang mutual incompatible, c setiap skenario mulai dari alternatif paling optimis sampai alternatif paling pesimis diberi nama, dan d memilih skenario yang paling mungkin terjadi. 6. Implikasi skenario. Merupakan kegiatan terakhir dalam analisis prospektif yang meliputi: a skenario yang terpilih pada tahap sebelumnya dibahas kontribusinya terhadap tujuan studi, b skenario tersebut didiskusikan implikasinya, dan c tahap selanjutnya menyusun rekomendasi kebijakan dari implikasi yang sudah disusun Hardjomidjojo, 2004. Pembahasan tentang strategi implementasi skenario pengelolaan Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya dilakukan dengan melibatkan semua stakeholder utama 66 secara partisipatif. Metode pembahasan yang digunakan adalah Focus Group Discussion FGD yang dilakukan di Kota Pontianak, sedangkan untuk stakeholder dan pakar di Jakarta digunakan metode wawancara. Selain itu, untuk memperkaya analisis dan pembahasan juga dilakukan dengan metode wawancara dan kuesioner. Wakil stakeholder dipilih secara sengaja. Dasar pertimbangan dalam menentukan atau memilih wakil stakeholder atau pakar untuk dijadikan responden adalah: 1 mempunyai pengalaman yang memadai sesuai dengan bidangnya, 2 mempunyai reputasi, kedudukanjabatan dan telah menunjukkan kredibilitas sebagai stakeholder yang konsisten atau ahli pada bidang yang diteliti, dan 3 kesediaan untuk menjadi responden.

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN