Hasil Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

44 Analisis kebijakan diambil dari berbagai macam disiplin dan profesi yang tujuannya bersifat deskriptif, evaluatif dan preskriptif. Sebagai disiplin ilmu terapan, analisis kebijakan meminjam tidak hanya ilmu sosial dan perilaku tetapi juga administrasi publik, hukum, etika dan berbagai macam cabang analisis sistem dan matematika terapan. Analisis kebijakan dapat diharapkan untuk menghasilkan informasi dan argumen-argumen yang masuk akal mengenai tiga macam pertanyaan: 1 nilai yang pencapaiannya merupakan tolok ukur utama untuk melihat apakah masalah telah teratasi, 2 fakta yang keberadaannya dapat membatasi atau meningkatkan pencapaian nilai-nilai, dan 3 tindakan yang penerapannya dapat menghasilkan pencapaian nilai-nilai. Analisis kebijakan pada dasarnya adalah suatu upaya untuk mengetahui apa yang sesungguhnya dilakukan pemerintah, mengapa mereka melakukan hal tersebut dan apa yang menyebabkan mereka melakukannya dengan cara yang berbeda-beda. Analisis kebijakan merupakan suatu proses pencarian kebenaran yang bermuara pada penggambaran dan penjelasan mengenai sebab-sebab dan akibat dari tindakan pemerintah. Ada tiga jenis analisis kebijakan, yaitu: 1 analisis prospektif, 2 analisis retrospektif, dan 3 analisis terintegrasi Dunn, 2004. Analisis prospektif merupakan analisis kebijakan yang terkait dengan produksi dan transformasi informasi sebelum tindakan kebijakan dilakukan. Analisis retrospektif, sebaliknya berkaitan dengan produksi dan transformasi informasi setelah tindakan kebijakan dilakukan. Analisis terintegrasi adalah analisis kebijakan yang secara utuh mengkaji seluruh daur kebijakan dengan menggabungkan analisis prospektif dan retrospektif.

2.6 Hasil Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan topik penelitian ini, baik yang berhubungan dengan metode penelitian yaitu pendekatan sistem, maupun obyek yang dikaji kawasan transmigrasi. Ada tiga peneliti terdahulu menggunakan pendekatan sistem dengan menggunakan analisis keberlanjutan rapid appraisal-multidimensional scalingMDS. Fauzi dan Anna 2002 menggunakan metode MDS untuk melakukan analisis keberlanjutan 45 pengelolaan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan dengan cara menyusun sebanyak 47 atribut yang digunakan untuk menentukan nilai indeks keberlanjutan yang dikelompokkan ke dalam lima dimensi, yaitu: dimensi ekonomi, dimensi sosial, dimensi teknologi, dimensi etika, dan dimensi ekologi. Dari 47 atribut tersebut dihasilkan 15 atribut yang sensitif mempengaruhi nilai keberlanjutan pengelolaan sumberdaya perikanan di perairan pesisir DKI Jakarta. Susilo 2003, dan Mersyah 2005 menggunakan metode MDS untuk menilai keberlanjutan pengelolaan suatu sumberdaya dengan mengelompokkan atribut ke dalam lima dimensi, yaitu: dimensi ekologi, dimensi ekonomi, dimensi sosial-budaya, dimensi teknologi, dimensi hukum dan kelembagaan. Pengelompokan atribut ke dalam dimensi tersebut didasarkan atas konsep dasar pembangunan berkelanjutan yang secara ekonomi harus layak, secara sosial berkeadilan, dan secara ekologi ramah lingkungan Munasinghe, 1993. Najiyati et al. 2004 melakukan studi Penyusunan Indeks Pembangunan Transmigrasi dalam mendukung Pembangunan Daerah. Nilai indeks disusun menggunakan indikator potensial yang meliputi aspek kesejahteraan masyarakat transmigran dan sekitar, aspek pemerataan pembangunan, dan aspek persatuan dan kesatuan. Hasil studi menunjukkan bahwa, secara umum Indeks Pembangunan Transmigrasi pada tahun 2003 masuk dalam kategori sedang dengan nilai 0,754. Indeks pendidikan menunjukkan angka yang sangat baik, indeks kesehatan dan kesejahteraan menunjukkan angka dengan kategori baik, serta indeks pemerataan pembangunan dan indeks persatuan bernilai sedang. Sementara itu, indeks perekonomian transmigran termasuk dalam kategori buruk. Menurut Sitorus 2002 lahan marjinal alang-alang merupakan potensi besar yang dapat dimanfaatkan untuk penggunaan pertanian dan transmigrasi dengan pola usahatani campuran antara tanaman pangan, tanaman tahunan, dan ternak. Agar kegiatan usahatani dapat berhasil di lahan marginal alang-alang, sebelum digunakan diperlukan perbaikan kondisi tanah dengan pemberian amelioran berupa kapur, pupuk dan bahan organik serta pengaturan pola tanam. Sitorus dan Pribadi 2000 mengemukakan bahwa produktivitas rata-rata enam komoditi utama padi sawah, padi ladang, jagung, kedelai, kacang tanah, dan ubi kayu di kawasan transmigrasi rendah dan pada umumnya lebih rendah 46 dari pada produktivitas rata-rata di provinsi lokasi studi. Selain itu, produktivitas lahan antar masing-masing kawasan berbeda secara signifikan. Luas lahan minimal yang harus diusahakan lebih luas jika ada keharusan bagi masyarakat transmigran untuk menanam padi jika dibandingkan dengan luas lahan yang harus diusahakan jika tidak ada keharusan untuk menanam padi agar tercapai target pendapatan transmigran berdasarkan teknik budidaya yang sekarang dilaksanakan. Adiatmojo 2008 menyatakan bahwa program transmigrasi telah memberikan kontribusi yang relatif besar terhadap pembangunan wilayah, melalui penciptaan peluang usaha dan peluang kerja. Penelitian dilakukan di kawasan transmigrasi lahan kering di Kaliorang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: status pembangunan kawasan transmigrasi lahan kering di Kaliorang belum berkelanjutan. Dimensi yang tergolong belum berkelanjutan adalah ekologi, sosial budaya, dan kelembagaan, sedangkan dimensi yang tidak berkelanjutan adalah teknologi, ekonomi, dan aksesibilitas. Alternatif kebijakan pengembangan kawasan transmigrasi berkelanjutan di lahan kering yang menjadi prioritas adalah: pengembangan dan penguatan kemitraan usahatani dalam mendukung kegiatan agribisnis komoditi pertanian unggulan.

III. METODE PENELITIAN