Serapan hara N, serapan hara P dan CN ratio tanaman

pertambahan berat segar tajuk dan berat segar akar tanaman P. falcataria apabila diikuti dengan pemberian inokulan FMA. Hasil uji lanjut Duncan perlakuan FMA untuk parameter berat segar tajuk dan berat segar akar yang menunjukkan pengaruh beda sangat nyata adalah perlakuan m1 Glomus sp pada ke-empat tanaman uji dibandingkan dengan perlakuan m0 kontrol, tetapi untuk m2 Gigaspora sp menunjukkan berbeda tidak nyata terhadap m0 kontrol pada parameter berat segar tajuk dan berat segar akar. Tanaman yang mempunyai rerata berat segar tajuk dan berat segar akar tertinggi adalah E. cyclocarpum yaitu 10,49 g dan 11,22 g. Sedangkan rerata berat segar tajuk dan berat segar akar terendah pada tanaman P. falcataria 0,29 g dan 0,51 g terdapat pada perlakuan m0 kontrol Gambar 5 dan 6. Sedangkan hasil uji lanjut Duncan perlakuan BFN pada tanaman E. cyclocarpum yang menunjukkan pengaruh beda nyata terhadap parameter berat segar akar adalah perlakuan b1 Shinorhizobium sp dan b2 Rhizobium sp dibandingkan dengan bo kontrol Lampiran 5. Hasil uji lanjut Duncan interaksi perlakuan FMA dan BFN terhadap parameter berat segar tajuk dan berat segar akar pada tanaman P. falcataria yang menunjukkan pengaruh sangat nyata adalah perlakuan m1b0 Glomus sp x kontrol dan perlakuan m1b1 Glomus sp x Shinorhizobium sp Lampiran 6. Dari hasil penelitian terlihat bahwa tanaman yang mendapat perlakuan FMA mempunyai nilai rata - rata berat segar yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan tanpa FMA kontrol. Fungi FMA mampu meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan patogen luar tanah. FMA juga dapat membantu pertumbuhan tanaman pada tanah – tanah yang tercemar logam berat Linderman dan Pfleger 1994 seperti pada lahan – lahan pasca tambang. Dengan demikian FMA, selain berguna untuk bio – protection, juga berfungsi penting sebagai bio – remediator bagi tanah yang tercemar logam berat Hetrick et al. 1994. Selain itu fungi FMA ini juga mampu meningkatkan resistensi tanaman terhadap kekeringan Gupta 1991.

4.2.5. Serapan hara N, serapan hara P dan CN ratio tanaman

Nitrogen sangat dibutuhkan oleh tanaman, sebagai penyusun asam amino, protein dan komponen lainnya. Nitrogen juga sangat penting dalam respirasi, meningkatkan reaksi enzimatik, dan meningkatkan metabolisme sel Bornner dan Galston 1952. Nitrogen diserap akar dalam bentuk amonium atau ion nitrat. Nitrogen yang dapat terikat oleh tanaman akan selalu dan selalu dibutuhkan, sedangkan mengenai seberapa banyaknya tergantung pada tanaman itu sendiri. Sementara, ketika nitrogen dan air tersebut telah dimasak menjadi karbohidrat untuk kemudian didistribusikan kembali ke seluruh bagian tanaman akan memiliki fungsi untuk pertumbuhan vegetatif. Karbon diperlukan oleh mikroorganisme sebagai sumber energi dan nitrogen diperlukan untuk membentuk protein. Rasio CN adalah perbandingan antara jumlah karbohidrat C makanan yang telah diproses oleh jaringan palisade di dalam daun dengan jumlah nitrat N makanan yang belum dimasak oleh tanaman di dalam tanaman. Mengatur perbandingan karbohidrat C dengan Nitrat N dalam suatu waktu pada tanaman akan dapat memberikan dampak nyata bagi perkembangan vegetatif ataupun generatif tanaman. Berdasarkan hasil sidik ragam pada taraf 5 untuk parameter serapan hara N, serapan hara P dan CN ratio inokulasi FMA menunjukkan pengaruh sangat nyata pada tanaman E. cyclocarpum, L. leucocephala, P. falcataria dan C. calothyrsus Tabel 2. Inokulasi faktor tunggal BFN pada tanaman E. cyclocarpum , L. leucocephala, C. calothyrsus menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap variabel serapan hara N, serapan hara P dan CN ratio Tabel 2. Inokulasi BFN pada tanaman P. falcataria menunjukkan pengaruh sangat nyata pada serapan hara N dan serapan hara P, tetapi tidak beda nyata terhadap variabel CN ratio Tabel 2. Interaksi 2 faktor yaitu FMA dan BFN pada tanaman P. falcataria berpengaruh sangat nyata terhadap serapan hara N dan serapan hara

P, serta tidak berpengaruh nyata pada variabel CN ratio Tabel 2. Sedangkan

interaksi perlakuan FMA dan BFN pada tanaman E. cyclocarpum, L. leucocephala dan C. calothyrsus terhadap serapan hara N, serapan hara P dan CN ratio tidak beda nyata Tabel 2. Jumlah unsur hara yang dapat diserap tanaman inang merupakan jumlah unsur hara yang terlarut dan tersedia dalam larutan tanah. FMA dan BFN mampu memanfaatkan unsur hara yang relatif tidak tersedia untuk tanaman dan kemudian mengalirkannya ke tanaman inang Yuddy 2006. Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan perlakuan FMA untuk variabel serapan hara N dan serapan hara P yang menunjukkan berbeda sangat nyata adalah perlakuan m1 Glomus sp pada ke-empat tanaman uji dibandingkan dengan perlakuan m0 kontrol, tetapi untuk m2 Gigaspora sp dengan perlakuan m0 kontrol menunjukkan pengaruh beda tidak nyata. Nilai CN ratio terendah terlihat pada perlakuan m1 Glomus sp pada ke-empat tanaman uji Lampiran 4. Pengaruh perlakuan BFN pada tanaman P. falcataria terhadap serapan hara N dan serapan hara P yang menunjukkan berbeda nyata adalah perlakuan b1 Shinorhizobium sp Lampiran 5. Pengaruh interaksi perlakuan FMA dan BFN terhadap serapan hara N dan serapan hara P pada tanaman P. falcataria yang menunjukkan pengaruh beda sangat nyata adalah perlakuan perlakuan m1b1 Glomus sp x Shinorhizobium sp dengan nilai serapan hara berturut - turut 4,33 gtanaman dan 0,45 gtanaman Lampiran 6. Inokulasi FMA meningkatkan pertumbuhan tanaman dan serapan hara seperti P, K, Ca, Mg Widiastuti dan Tahardi 1993, dan serapan N Kramer dan Kozlowski 1960; Johansson et al. 2004. Begitupun inokulasi BFN ternyata dapat meningkatkan serapan N dan P, hal ini sesuai dengan pendapat Pujianto 2001. Dengan demikian adanya FMA pada perakaran tanaman yang berinteraksi dengan BFN yang cocok akan menghasilkan pertumbuhan tanaman secara lebih baik dibandingkan dengan tanaman yang tidak bermikoriza kontrol. Menurut Handayanto 2005 sumber bahan organik dinyatakan berkualitas tinggi jika memiliki kandungan CN rasio 20. Menurut Ma’shum 2005 bahwa jika suatu sumber bahan organik segar dikomposkan maka CN rasio akan turun dan menyebabkan semua unsur hara yang terkandung di dalamnya dapat termineralisasi. Berdasarkan analisis jaringan kandungan CN rasio, maka tanaman jenis L. leucocephala, P. falcataria dan C. calothyrsus dinyatakan berkualitas tinggi karena secara umum semua jenis tanaman mengandung CN rasio 20. Sedangkan tanaman E. cyclocarpum yang diinokulasikan dengan FMA jenis Glomus sp mempunyai nilai CN ratio 21. Sedangkan perlakuan m0 kontrol dan m2 Gigaspora sp nilai CN ratio berturut - turut adalah 24,7 dan 27,8. Adanya serapan N yang tinggi pada bibit E. cyclocarpum yang diinokulasikan FMA dan BFN dapat disebabkan adanya perubahan N 2 yang tidak tersedia bagi tanaman, menjadi tersedia bagi tanaman yaitu dalam bentuk amonium atau ion nitrat. Setiap jenis FMA mempunyai kemampuan yang berbeda dalam meningkatkan serapan P. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya perbedaan gerakan P dalam hifa sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan efisiensi antara jenis FMA dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman Anas dan Santosa 1993. Adapun BFN yang mempunyai kemampuan paling baik dalam membantu serapan P pada bibit E. cyclocarpum adalah BFN jenis Rhizobium sp. Menurut Usman 1980, fosfor yang tersedia di dalam tanah sebagian besar terdapat dalam bentuk yang tidak tersedia bagi tanaman P organik atau membentuk garam dengan kalsium, magnesium, dan besi. Sejumlah mikroorganisme dapat menghasilkan enzim fosfatase yang berperan dalam transformasi P organik menjadi P yang tersedia bagi tanaman seperti dalam bentuk H 3 PO 4 , H 2 PO 4 - , HPO 4 2- , PO 4 3- , dan berbagai bentuk kompleksnya dengan berbagai kation Salam et al . 1977. Adapun perbedaan jumlah serapan P yang diperlihatkan oleh setiap jenis FMA dan BFN dapat disebabkan karena setiap jenis menghasilkan enzim fosfatase dalam jumlah yang berbeda - beda. Selain itu, aktifitas enzim fosfatase sangat dipengaruhi oleh pH tanah. Menurut Sastrahidayat et al. 1999 dalam Wulan 2006, jenis FMA dan mikroorganisme tanah yang berbeda menunjukkan aktifitas optimum yang berbeda tergantung pada daya adaptasinya terhadap perubahan pH. Beberapa FMA mempunyai daya adaptasi pada kisaran yang luas dan yang lainnya sempit. Perbedaan daya adaptasi tersebut berpengaruh pada kemampuannya dalam membantu meningkatkan serapan P.

4.2.6. Berat kering total tanaman

Dokumen yang terkait

Pemanfaatan cendawan mikoriza arbuskula dan kompos aktif untuk meningkatkan pertumbuhan semai mindi (Melia azedarach LINN) pada Media Tailing Tambang Emas Pongkor

0 9 171

Potensi fungi mikoriza arbuskula dan kompos aktif untuk meningkatkan pertumbuhan semai mindi (Melia azedarach Linn) pada media tailing tambang emas

1 9 9

Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos terhadap Pertumbuhan Semai Mahoni (Swietenia macrophylla King.) pada Media Tanah Bekas Tambang Emas (Tailing)

0 11 5

Pengaruh Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan Semai Gmelina (Gmelina arborea Roxb.) Pada Media Tanah Bekas Tambang Emas (Tailing)

0 4 5

Pengaruh Pemberian Kompos dan Arang Kayu terhadap Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.) pada Media Bekas Tambang Pasir

0 3 29

Peningkatan Kualitas Tanah Bekas Tambang Nikel Untuk Media Pertumbuhan Tanaman Revegetasi Melalui Pemanfaatan Bahan Humat Dan Kompos

1 13 69

Pemanfaatan cendawan mikoriza arbuskula dan kompos aktif untuk meningkatkan pertumbuhan semai mindi (Melia azedarach LINN) pada Media Tailing Tambang Emas Pongkor

0 1 86

Pemanfaatan Mikoriza dan Rhizobium untuk Meningkatkan Pertumbuhan Semai Kayu Energi pada Media Tanah Bekas Tambang Semen

0 15 390

APLIKASI FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA (FMA) DAN KOMPOS UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN SEMAI JATI (Tectona grandis Linn.f.) PADA MEDIA TANAH BEKAS TAMBANG KAPUR (The Application of Arbuscular Mycorrhizal Fungi (AMF) and Compost to

0 0 10

Inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskula (Fma) Indigeneus terhadap Pertumbuhan Semai Jati (Tectona Grandis Linn. F) pada Media Tanah Bekas Tambang Kapur

0 0 9