I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Sektor industri merupakan salah satu sektor pada bidang ekonomi dan telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam meningkatkan perekonomian
nasional. Berdirinya pabrik diilhami dengan berlimpahnya potensi sumber daya alam khususnya industri semen untuk bahan baku semen batu kapur dan tanah
liat. Dalam pelaksanaan proses produksinya kebutuhan industri terhadap bahan bakar atau sumber energi semakin meningkat sementara itu persediaan bahan
bakar energi di alam semakin menipis. Untuk itu perlu dilakukan upaya dengan penanaman kayu energi sebagai pensubsitusi bahan bakar energi.
Dalam penanaman kayu energi kendala yang dihadapi pada tanah bekas tambang semen adalah tingkat kesuburan lahan yang rendah, lahan berupa
hamparan tanah kapur CaO, silika, SiO
2
, aluminium oksida Al
2
O
3
, pasir besi Fe
2
O
3
, gips dan tanah liat, lahan miskin unsur hara, pH tinggi dan bakteri pengurai tidak ada, sehingga tumbuhan sulit untuk tumbuh di lahan tersebut, serta
berupa lahan tidur yang tidak termanfaatkan. Untuk membantu pertumbuhan dan meningkatkan daya hidup semai pada
tanah bekas tambang semen, diperlukan teknik silvikultur yang tepat, pemilihan jenis tanaman yang cocok, input energi yang tinggi seperti saturasi fosfat,
pemupukan lengkap dan manajemen bahan organik. Namun teknik - teknik tersebut memerlukan biaya yang tinggi untuk membangun suatu tegakan hutan
dan tak jarang memberikan dampak negatif di kemudian hari, misalnya dampak pemupukan kimia yang tidak tepat dan terus - menerus akan merusak lingkungan
dan tanah. Alternatif perlakuan yang dapat digunakan untuk membantu pertumbuhan
tanaman pada lahan - lahan yang memiliki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah yang buruk, seperti halnya pada tanah tambang adalah dengan menciptakan
kondisi tanah supresif. Tanah supresif adalah tanah yang kaya akan mikroba tanah, sehingga kondusif untuk pertumbuhan tanaman, dan dapat menekan
perkembangan mikroba patogen Van Brugen 2000; Biwas 2000; Doran 2000; Qualls 2000. Penggunaan mikroba tanah dalam pertanaman dapat membantu
penyediaan nitrat, fosfat dan kalium serta unsur hara lainnya sehingga dapat meningkatkan kualitas pertumbuhan tanaman di lapangan Van Brugen 2000;
Biwas 2000; Doran 2000; Qualls 2000. Sutedjo et al. 1996 mengatakan bahwa peranan mikroorganisme dalam
memperbaiki kondisi fisik tanah, khususnya agregat tanah, kini telah sangat diperhatikan. Struktur tanah sangat dipengaruhi miselium fungi dan sel-sel
bakteri dan juga produk - produk metabolik. Mikroba dan produk metabolik mengikat partikel - partikel tanah dalam agregat dan partikel - partikel yang lepas
terikat dalam agregat yang stabil. Salah satu upaya untuk meningkatkan kesuburan tanah bekas tambang
semen tersebut di atas adalah dengan pemberian pupuk hayati seperti pemanfaatan rhizobium dan mikoriza. Inokulan rhizobium merupakan preparat
biologis yang dipakai untuk menjamin tanaman leguminosa menambat N
2
secara hayati dan maksimal.
Jenis - jenis pohon legum seperti sengon buto Enterolobium cyclocarpum, sengon Paraserianthes falcataria, kaliandra Calliandra calothyrsus dan
lamtoro Leucaena leucocephala merupakan jenis - jenis pohon yang termasuk jenis pohon serba guna multi - purpose tree species, kecepatan tumbuhnya
tinggi fast growing species dan mampu memfiksasi N
2
nitrogen - fixing trees Turnbull et al. 1986. Pertimbangan lain pemilihan jenis-jenis pohon legum ini
adalah tanaman yang mempunyai nilai kalor yang relatif cukup tinggi yaitu berkisar antara 4.132 – 4.750 Kkal per kg Ayensu 1980.
Mikroba yang diperlukan tanaman untuk meningkatkan pertumbuhan tidak selalu tersedia di tanah khususnya pada lahan - lahan terbuka baik akibat erosi
maupun akibat berbagai aktifitas manusia. Untuk itu, inokulasi mikroba tanah yang bermanfaat sangat berperan dalam keberhasilan penanaman jenis-jenis
pohon legum. Salah satu mikroba tanah yang bersimbiosis dengan jenis - jenis pohon
legum adalah bakteri bintil akar, rhizobia. Didalam bintil akar, bakteri ini mampu memfiksasi N
2
dari atmosfer menjadi protein tumbuhan, yang selanjutnya tersedia untuk jenis tanaman lainnya melalui proses daur ulang Posgate 1978.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa pemberian inokulan bakteri fiksasi nitrogen dapat meningkatkan N
2
dan produksi tanaman. Dobereiner et al. 1972
menyatakan bahwa di Brazil pemberian bakteri fiksasi nitrogen dapat meningkatkan N rata – rata antara 15 sampai 93 kg N hatahun.
Apabila ketersedian nitrogen telah tercukupi dengan fiksasi N
2
dari atmosfer, tinggal kebutuhan akan unsur fosfat yang harus dipenuhi agar tanaman
dapat tumbuh dengan baik. Pemecahan secara biologis juga tersedia yaitu dengan bantuan fungi tanah, mikoriza. Asosiasi mikoriza dengan tanaman inang, akan
membuka jalan untuk memperoleh kandungan fosfat yang tersedia jauh diluar jaringan akar tanaman inang Campbell 1985. Sehingga kebutuhan fosfat pun
dapat terpenuhi dari simbiosis. Kehadiran kedua mikrobion rhizobia dan mikoriza diyakini dapat meningkatkan pertumbuhan pohon inang lebih baik dari
simbiose tunggal, terutama pada lahan miskin hara dan tanah bermasalah Rao 1988.
1.2. Rumusan masalah