Pengaruh inokulasi bakteri fiksasi nitrogen BFN

13. Jumlah bintil akar nodul efektif

Untuk melihat perbedaan pengaruh inokulasi FMA terhadap jumlah bintil akar efektif maka dilakukan uji Duncan. Berdasarkan hasil uji Duncan pengaruh inokulasi FMA pada ke-empat tanaman uji E. cyclocarpum, L. leucocephala, P. falcataria , dan C. calothyrsus perlakuan mikoriza jenis m1 Glomus sp menunjukkan pengaruh beda nyata terhadap rerata jumlah bintil akar nodul efektif dibandingkan dengan perlakuan m0 kontrol, tetapi perlakuan m2 Gigaspora sp menunjukkan pengaruh beda tidak nyata terhadap rerata jumlah bintil akar nodul efektif dibandingkan dengan perlakuan m0 kontrol. Rerata jumlah bintil akar nodul efektif tertinggi terlihat pada perlakuan m1 Glomus sp. Pada Gambar 14 terlihat pada ke-empat tanaman uji yang diberi perlakuan, maka rerata jumlah nodul efektif tertinggi terlihat pada tanaman C. calothyrsus yaitu 4,8 nodul. 0.9 0. 1 7 0.2 1. 17 3. 7 3 0.87 4. 8 0. 4 3 0. 1 7 0. 7 1 2 3 4 5 6 E. cyclocarpum L. leucocephala P. falcataria C. calothyrsus J u m la h B in til A k a r N o d u l E fe k tif m0 m1 m2 Gambar 14 Pengaruh perlakuan inokulasi mikoriza terhadap rerata jumlah bintil akar nodul efektif.

4.1.2. Pengaruh inokulasi bakteri fiksasi nitrogen BFN

Berdasarkan hasil sidik ragam, inokulasi bakteri fiksasi nitrogen BFN pada tanaman uji E. cyclocarpum, L. leucocephala, P. falcataria, dan C. calothyrsus menunjukkan pengaruh beda nyata pada beberapa variabel pengamatan. Untuk melihat perbedaan pengaruh perlakuan BFN terhadap parameter yang diukur maka dilakukan uji Duncan. Hasil uji Duncan pengaruh faktor tunggal BFN menunjukkan antara perlakuan b0 kontrol, b1 Shinorhizobium sp dan perlakuan b2 Rhizobium sp menunjukkan pengaruh beda nyata untuk beberapa variabel pengamatan yang diukur Lampiran 5.

1. Diameter semai

Inokulasi bakteri fiksasi nitrogen BFN hanya berpengaruh nyata pada tanaman P. falcataria Gambar 15 dengan nilai rerata diameter semai tertingi terlihat pada perlakuan b1 Shinorhizobium sp dan b0 kontrol berturut - turut 1,65 mm dan 1,71 mm. Namun demikian, jika dilihat dari ke-empat tanaman uji maka nilai rerata diameter semai tertinggi terlihat pada tanaman E. cyclocarpum yaitu 5,5 mm, selanjutnya tanaman L. leucocephala 2,09 mm, C. calothyrsus 1,76 mm serta tanaman P. falcataria 1,71 mm Gambar 15. 5. 36 2.0 9 1.71 1. 75 5. 43 2.0 9 1. 65 1.64 5. 5 2. 12 1. 4 6 1. 76 1 2 3 4 5 6 E. cyclocarpum L. leucocephala P. falcataria C. calothyrsus D iam et er S em ai m m b0 b1 b2 Gambar 15 Pengaruh perlakuan inokulasi BFN terhadap rerata diameter semai umur 4 bulan 2. Jumlah daun Perlakuan inokulasi BFN pada tanaman uji, untuk parameter jumlah daun menunjukkan berpengaruh nyata pada tanaman E. cyclocarpum dan P. falcataria serta menunjukkan pengaruh tidak nyata pada tanaman L. leucocephala dan C. calothyrsus Gambar 16. Pada tanaman E. cyclocarpum, nilai rata - rata diameter semai tertinggi berturut - turut diberikan oleh perlakuan b1 Shinorhizobium sp dan b2 Rhizobium sp. Sedangkan pada tanaman P. falcataria nilai rata - rata diameter semai tertinggi terdapat pada perlakuan b1 Shinorhizobium sp dan b0 kontrol. Jika dibandingkan dengan ke-empat tanaman uji maka nilai rata - rata jumlah daun tertinggi terlihat pada tanaman E. cyclocarpum yaitu 21,6 helai Gambar 16. 18. 4 13 .93 11.07 10.87 21. 6 13. 57 10. 9 10.83 20. 67 13. 12 10. 27 11.07 5 10 15 20 25 E. cyclocarpum L. leucocephala P. falcataria C. calothyrsus Ju m lah H e la i D a u n b0 b1 b2 Gambar 16 Pengaruh perlakuan inokulasi BFN terhadap rerata jumlah daun umur 4 bulan Gambar 16 Pengaruh perlakuan inokulasi BFN terhadap rerata jumlah daun umur 4 bulan

3. Berat segar akar

3. Berat segar akar

Pengaruh perlakuan BFN pada tanaman uji secara umum tidak memberikan pengaruh nyata pada tanaman L. leucocephala, P. falcataria dan C. calothyrsus . Pengaruh inokulasi BFN terhadap parameter berat segar akar hanya berpengaruh nyata pada tanaman E. cyclocarpum Gambar 17. Pada tanaman E. cyclocarpum, nilai rata - rata berat segar akar tertingi terlihat pada perlakuan b1 Shinorhizobium sp dan b2 Rhizobium sp. Jika dibandingkan dengan ke-empat jenis tanaman uji maka nilai rata - rata berat segar akar tertinggi terlihat pada tanaman E. cyclocarpum yaitu 10,52 g Gambar 17. Pengaruh perlakuan BFN pada tanaman uji secara umum tidak memberikan pengaruh nyata pada tanaman L. leucocephala, P. falcataria dan C. calothyrsus . Pengaruh inokulasi BFN terhadap parameter berat segar akar hanya berpengaruh nyata pada tanaman E. cyclocarpum Gambar 17. Pada tanaman E. cyclocarpum, nilai rata - rata berat segar akar tertingi terlihat pada perlakuan b1 Shinorhizobium sp dan b2 Rhizobium sp. Jika dibandingkan dengan ke-empat jenis tanaman uji maka nilai rata - rata berat segar akar tertinggi terlihat pada tanaman E. cyclocarpum yaitu 10,52 g Gambar 17. 8.4 8 10. 52 10.1 5 10 12 1. 56 1. 43 1. 52 1. 24 1. 26 1.45 1. 4 0. 7 2 1.63 2 4 6 8 E. cyclocarpum L. leucocephala P. falcataria C. calothyrsus B e ra t Se g a r A k a r g b0 b1 b2 Gambar 17 Pengaruh perlakuan inokulasi BFN terhadap rerata berat segar akar Gambar 17 Pengaruh perlakuan inokulasi BFN terhadap rerata berat segar akar 4. Persentase infeksi mikoriza 4. Persentase infeksi mikoriza Inokulasi BFN berpengaruh nyata terhadap parameter persentase infeksi mikoriza pada beberapa tanaman uji. Pengaruh inokulasi BFN terhadap parameter persentase infeksi mikoriza menunjukkan pengaruh nyata pada tanaman E. cyclocarpum dan P. falcataria. Nilai rata - rata persentase infeksi Inokulasi BFN berpengaruh nyata terhadap parameter persentase infeksi mikoriza pada beberapa tanaman uji. Pengaruh inokulasi BFN terhadap parameter persentase infeksi mikoriza menunjukkan pengaruh nyata pada tanaman E. cyclocarpum dan P. falcataria. Nilai rata - rata persentase infeksi mikoriza tertinggi terlihat pada tanaman E. cyclocarpum dan P. falcataria dengan perlakuan b2 Rhizobium sp yaitu 25,88 dan 15,56. Sedangkan inokulasi BFN pada tanaman L. leucocephala dan C. calothyrsus untuk parameter persentase infeksi mikoriza berpengaruh tidak nyata Gambar 18. 21.86 20.19 11.67 7.41 18.25 18.33 9.63 6.67 25.88 15.18 15.56 16.48 5 10 15 20 25 30 E. cyclocarpum L. leucocephala P. falcataria C. calothyrsus P e rs en ta s e In fe ksi M iko ri z a b0 b1 b2 Gambar 18 Pengaruh perlakuan inokulasi BFN terhadap rerata persentase infeksi mikoriza 5. Serapan hara N Pengaruh inokulasi BFN terhadap serapan hara N pada tanaman uji, secara umum menunjukkan beda tidak nyata pada tanaman E. cyclocarpum, L. leucocephala dan C. calothyrsus. Inokulasi BFN untuk parameter serapan hara N berpengaruh nyata pada tanaman P. falcataria. Pada ke-empat tanaman uji serapan hara N tertinggi terlihat pada tanaman E. cyclocarpum yang diberikan oleh perlakuan BFN jenis b1 Shinorhizobium sp yaitu 11,78 gtanaman Gambar 19. 7.49 1.28 2.04 2. 1 7 11. 7 8 1.47 2.1 2. 1 3 9.82 1. 63 0. 5 2.46 2 4 6 8 10 12 14 E. cyclocarpum L. leucocephala P. falcataria C. calothyrsus S e ra pa n H a ra N g t a n a m a n b0 b1 b2 Gambar 19 Pengaruh perlakuan inokulasi BFN terhadap rerata serapan hara N

6. Serapan hara P

Pengaruh inokulasi BFN terhadap serapan hara P pada tanaman uji menunjukkan pengaruh beda tidak nyata pada tanaman E. cyclocarpum, L. leucocephala dan C. calothyrsus. Inokulasi BFN untuk parameter serapan hara P berpengaruh sangat nyata pada tanaman P. falcataria. Pada ke-empat tanaman uji serapan hara P tertinggi terlihat pada tanaman E. cyclocarpum yang diberikan oleh perlakuan BFN jenis b2 Rhizobium sp yaitu 0,82 gtanaman Gambar 20. Gambar 20 Pengaruh perlakuan inokulasi BFN terhadap rerata serapan hara P 0. 5 2 0.15 0. 1 1 0. 2 2 0. 7 3 0. 1 6 0. 1 6 0.33 0. 8 2 0. 1 6 0.05 0.29 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 E. cyclocarpum L. leucocephala P. falcataria C. calothyrsus S e ra p a n H a ra P g t an am an b0 b1 b2 4.1.3. Pengaruh interaksi fungi mikoriza arbuskula FMA dengan inokulasi bakteri fiksasi nitrogen BFN Pengaruh interaksi perlakuan FMA dan BFN pada tanaman uji, secara statistik berdasarkan hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa interaksi perlakuan FMA dengan BFN pada tanaman C. calothyrsus menunjukkan pengaruh beda tidak nyata untuk semua parameter pertumbuhan yang diukur. Sedangkan pada tanaman E. cyclocarpum, P. falcataria dan L. leucocephala terdapat interaksi perlakuan FMA dan BFN yang berbeda nyata pada beberapa parameter yang diukur Lampiran 6.

1. Diameter semai

Pengaruh interaksi FMA dan BFN pada tanaman uji untuk parameter diameter semai secara statistik menunjukkan pengaruh beda tidak nyata pada tanaman E. cyclocarpum, L. leucocephala, dan C. calothyrsus serta tanaman P. falcataria menunjukkan pengaruh nyata. Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan interaksi perlakuan FMA dan BFN yang memberikan nilai rata - rata diameter semai tertinggi pada tanaman P. falcataria adalah perlakuan m1b0 Glomus sp x kontrol yaitu 2,34 mm dan perlakuan m1b1 Glomus sp x Shinorhizobium sp yaitu 2,15 mm Gambar 21. 1. 35 2. 3 4 1.44 1. 35 2. 15 1.44 1.34 1. 5 7 1.48 0.5 1 1.5 2 2.5 m0 m1 m2 Pelakuan Mikoriza D iam e ter S e ma i m m b0 b1 b2 Gambar 21 Pengaruh interaksi perlakuan inokulasi FMA dengan BFN terhadap rerata diameter semai P. falcataria umur 4 bulan. 2. Jumlah daun Pengaruh interaksi perlakuan FMA dan BFN menunjukkan pengaruh beda tidak nyata pada tanaman E. cyclocarpum, L. leucocephala, dan C. calothyrsus, sedangkan pada tanaman P. falcataria menunjukkan pengaruh nyata. Interaksi perlakuan FMA dan BFN yang memberikan nilai rata - rata jumlah daun tertinggi terdapat pada tanaman P. falcataria adalah perlakuan m1b0 Glomus sp x kontrol yaitu 14 helai dan perlakuan m1b1 Glomus sp x Shinorhizobium sp yaitu 13,5 helai Gambar 22. 9.2 14 10 9. 6 13 .5 9. 6 9.7 11 .7 9.4 2 4 6 8 10 12 14 16 m0 m1 m2 Perlakuan Mikoriza Ju m lah D a u n H elai b0 b1 b2 Gambar 22 Pengaruh interaksi perlakuan inokulasi FMA dengan BFN terhadap rerata jumlah daun P. falcataria umur 4 bulan.

3. Berat segar tajuk

Pengaruh interaksi FMA dan BFN pada tanaman uji untuk parameter berat segar tajuk menunjukkan pengaruh beda tidak nyata pada tanaman E. cyclocarpum, L. leucocephala, dan C. calothyrsus, sedangkan pada tanaman P. falcataria menunjukkan pengaruh nyata. Perlakuan yang memberikan pengaruh nyata terhadap variabel berat segar tajuk pada tanaman P. falcataria adalah perlakuan m1b1 Glomus sp x Shinorhizobium sp yaitu 3,26 g dan perlakuan m1b0 Glomus sp x kontrol yaitu 2,97 g Gambar 23. 0.22 2. 9 7 0. 4 3 0.31 3. 26 0.29 0. 32 0. 8 7 0.31 1 2 3 4 m0 m1 m2 Perlakuan Mikoriza B e ra t S e g a r Ta ju k g b0 b1 b2 Gambar 23 Pengaruh interaksi perlakuan inokulasi FMA dengan BFN terhadap rerata berat segar tajuk P. falcataria umur 4 bulan. 4. Berat segar akar Pengaruh interaksi FMA dan BFN untuk parameter berat segar akar menunjukkan pengaruh beda tidak nyata pada tanaman E. cyclocarpum, L. leucocephala, dan C. calothyrsus, sedangkan pada tanaman P. falcataria menunjukkan pengaruh nyata. Perlakuan yang memberikan pengaruh nyata terhadap variabel berat segar akar pada tanaman P. falcataria adalah perlakuan m1b0 Glomus sp x kontrol yaitu 3,25 g dan perlakuan m1b1 Glomus sp x Shinorhizobium sp yaitu 2,74 g Gambar 24. 0. 4 8 3. 25 0. 5 6 0.5 2 2.7 4 0.5 2 0.5 3 1. 1 1 0.5 3 1 2 3 4 m0 m1 m2 Perlakuan Mikoriza Be ra t S e g a r Ak a r g b0 b1 b2 Gambar 24 Pengaruh interaksi perlakuan inokulasi FMA dengan BFN terhadap rerata berat segar akar P. falcataria umur 4 bulan. Gambar 24 Pengaruh interaksi perlakuan inokulasi FMA dengan BFN terhadap rerata berat segar akar P. falcataria umur 4 bulan. 5. Indek mutu bibit

5. Indek mutu bibit

Pengaruh interaksi perlakuan FMA dan BFN untuk parameter indek mutu bibit pada tanaman E. cyclocarpum, L. leucocephala, dan C. calothyrsus menunjukkan pengaruh beda tidak nyata. Sedangkan pada tanaman P. falcataria interaksi perlakuan FMA dan BFN menunjukkan pengaruh beda nyata. Interaksi perlakuan FMA dan BFN pada tanaman P. falcataria menunjukkan bahwa nilai rata - rata indek mutu bibit tertinggi terdapat pada perlakuan m1b0 Glomus sp x kontrol yaitu 0,179 dan perlakuan m1b1 Glomus sp x Shinorhizobium sp yaitu 0,169 Gambar 25. Bibit yang mempunyai nilai indek mutu bibit lebih dari 0,09 maka tanaman tersebut mampu bertahan hidup pada kondisi lapang jika bibit itu ditanam di lapangan. Sedangkan apabila nilai indek mutu bibit kurang dari 0,09 maka tanaman tersebut tidak mampu bertahan hidup pada kondisi lapang. Pengaruh interaksi perlakuan FMA dan BFN untuk parameter indek mutu bibit pada tanaman E. cyclocarpum, L. leucocephala, dan C. calothyrsus menunjukkan pengaruh beda tidak nyata. Sedangkan pada tanaman P. falcataria interaksi perlakuan FMA dan BFN menunjukkan pengaruh beda nyata. Interaksi perlakuan FMA dan BFN pada tanaman P. falcataria menunjukkan bahwa nilai rata - rata indek mutu bibit tertinggi terdapat pada perlakuan m1b0 Glomus sp x kontrol yaitu 0,179 dan perlakuan m1b1 Glomus sp x Shinorhizobium sp yaitu 0,169 Gambar 25. Bibit yang mempunyai nilai indek mutu bibit lebih dari 0,09 maka tanaman tersebut mampu bertahan hidup pada kondisi lapang jika bibit itu ditanam di lapangan. Sedangkan apabila nilai indek mutu bibit kurang dari 0,09 maka tanaman tersebut tidak mampu bertahan hidup pada kondisi lapang. [ [ Gambar 25 Pengaruh interaksi perlakuan inokulasi FMA dengan BFN terhadap rerata indek mutu bibit P. falcataria umur 4 bulan. Gambar 25 Pengaruh interaksi perlakuan inokulasi FMA dengan BFN terhadap rerata indek mutu bibit P. falcataria umur 4 bulan. 0.021 0.179 0.028 0.02 2 0.169 0.02 7 0.024 0. 49 0. 03 5 0.05 0.1 0.15 0.2 m0 m1 m2 Perlakuan Mikoriza Inde k M ut u B ib it b0 b1 b2

6. Serapan hara N

Pengaruh interaksi perlakuan FMA dan BFN pada tanaman E. cyclocarpum, L. leucocephala, dan C. calothyrsus menunjukkan pengaruh tidak nyata dalam serapan hara N, sedangkan pada tanaman P. falcataria menunjukkan pengaruh sangat nyata. Interaksi perlakuan FMA dan BFN yang memberikan serapan hara N tertinggi pada tanaman P. falcataria adalah perlakuan m1b1 Glomus sp x Shinorhizobium sp yaitu 4,33 gtanaman dan perlakuan m1b0 Glomus sp x kontrol yaitu 4.05 gtanaman Gambar 26. 0. 33 4. 5 0. 78 0. 2 3 4. 3 3 0. 36 0. 25 3. 3 3 0.5 4 1 2 3 4 5 m0 m1 m2 Perlakuan Mikoriza S e ra p a n H a ra N g t a n a m a n b0 b1 b2 Gambar 26 Pengaruh interaksi perlakuan inokulasi FMA dengan BFN terhadap rerata serapan hara N tanaman P. falcataria. 7. Serapan hara P Pengaruh interaksi perlakuan FMA dan BFN pada tanaman E. cyclocarpum, L. leucocephala, dan C. calothyrsus menunjukkan pengaruh tidak nyata dalam serapan hara P, sedangkan pada tanaman P. falcataria menunjukkan pengaruh sangat nyata. Interaksi perlakuan FMA dan BFN yang memberikan serapan hara P tertinggi pada tanaman P. falcataria adalah perlakuan m1b1 Glomus sp x Shinorhizobium sp yaitu 0,45 gtanaman dan perlakuan m1b0 Glomus sp x kontrol yaitu 0,28 gtanaman Gambar 27. 0. 02 0.28 0. 4 0. 02 0. 45 0. 02 0. 02 0.09 0. 4 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 m0 m1 m2 Perlakuan Mikoriza Se ra p a n H a ra P g t a n a m a n b0 b1 b2 Gambar 27 Pengaruh interaksi perlakuan inokulasi FMA dengan BFN terhadap rerata serapan hara P tanaman P. falcataria. 8. Jumlah nodul efektif Pengaruh interaksi perlakuan FMA dan BFN menunjukkan pengaruh nyata terhadap variabel jumlah nodul efektif pada tanaman L. leucocephala, sedangkan pada tanaman E. cyclocarpum, P. falcataria, dan C. calothyrsus menunjukkan pengaruh beda tidak nyata. Interaksi perlakuan FMA dan BFN yang memberikan nilai rerata jumlah nodul efektif tertinggi pada tanaman L. leucocephala adalah perlakuan m1b0 Glomus sp x kontrol yaitu 5,5 nodul dan perlakuan m1b1 Glomus sp x Shinorhizobium sp yaitu 3 nodul Gambar 28. 5. 5 0. 4 3 0. 1 2. 7 0. 5 2 4 6 m0 m1 m2 Perlakuan Mikoriza J uml ah N odul E fe k tif b0 b1 b2 Gambar 28 Pengaruh interaksi perlakuan inokulasi FMA dengan BFN terhadap rerata jumlah nodul efektif pada tanaman L. leucocephala. 9. Pesentase infeksi mikoriza Pengaruh interaksi perlakuan FMA dan BFN terhadap variabel persentase infeksi mikoriza pada tanaman P. falcataria dan C. calothyrsus menunjukkan pengaruh beda tidak nyata, sedangkan pada tanaman E. cyclocarpum dan L. leucocephala menunjukkan pengaruh nyata. Pada tanaman E. cyclocarpum interaksi perlakuan FMA dan BFN yang memberikan nilai rerata persentase infeksi mikoriza tertinggi adalah perlakuan m1b2 Glomus sp x Rhizobium sp yaitu 58,89, perlakuan m1b1 Glomus sp x Shinorhizobium sp yaitu 46,97 dan perlakuan m1b0 Glomus sp x kontrol yaitu 46,11. Sedangkan pada tanaman L. leucocephala interaksi perlakuan FMA dan BFN yang memberikan nilai rerata persentase infeksi mikoriza tertinggi adalah perlakuan m1b0 Glomus sp x kontrol yaitu 54,44, perlakuan m1b1 Glomus sp x Shinorhizobium sp yaitu 45 dan perlakuan m1b2 Glomus sp x Rhizobium sp yaitu 33,89 Gambar 29. 4.03 3. 3 3 13.19 46 .11 46.97 58 .89 15.55 4.44 5.55 1.67 8. 3 3 54 .44 45 33 .89 4.45 1.67 11.67 10 20 30 40 50 60 70 m0b0 m0b1 m0b2 m1b0 m1b1 m1b2 m1b0 m2b1 m2b2 Interaksi Perlakuan FMA dan BFN P e rs e n tase In feksi Miko ri z a E. cyclocarpum L.leucocephala Gambar 29 Pengaruh interaksi perlakuan inokulasi FMA dengan BFN terhadap rerata persentase infeksi mikoriza tanaman E. cyclocarpum dan tanaman L. leucocephala. Untuk melihat perbedaan respon pertumbuhan tanaman uji E. cyclocarpum, L. leucocephala, P. falcataria dan C. calothyrsus terhadap interaksi perlakuan fungi mikoriza arbuskula FMA dengan bakteri fiksasi nitrogen BFN selama 4 bulan pengamatan, maka disajikan beberapa foto tanaman hasil penelitian Gambar 30.

A. Foto tanaman E. cyclocarpum B. Foto tanaman L. leucocephala

C. Foto tanaman P. falcataria

D. Foto tanaman C. calothyrsus

Gambar 30 Foto perbedaan pertumbuhan tanaman uji setelah diinokulasi FMA dan BFN E. cyclocarpum, L. leucocephala, P. falcataria dan C. calothyrsus . Persentase kolonisasi fungi mikoriza arbuskula FMA pada akar tanaman uji dapat diamati dengan menghitung persentase infeksi akarnya. Akar tanaman uji dinyatakan terinfeksi oleh fungi mikoriza arbuskula apabila pada akar tersebut ditemukan beberapa struktur FMA, seperti hifa internal, vesikula Gambar 31. A B C D Gambar 31 Struktur kolonisasi FMA pada akar E. cyclocarpum A, L. leucocephala B, P. falcataria C dan C. calothyrsus D. A Vesikula, 100x, B Jaringan Hifa Internal, 400x, C Vesikula, 100x dan D Vesikula, 100x.

4.1.4. Hubungan antara persentase kolonisasi FMA dengan parameter pertumbuhan.

Dokumen yang terkait

Pemanfaatan cendawan mikoriza arbuskula dan kompos aktif untuk meningkatkan pertumbuhan semai mindi (Melia azedarach LINN) pada Media Tailing Tambang Emas Pongkor

0 9 171

Potensi fungi mikoriza arbuskula dan kompos aktif untuk meningkatkan pertumbuhan semai mindi (Melia azedarach Linn) pada media tailing tambang emas

1 9 9

Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos terhadap Pertumbuhan Semai Mahoni (Swietenia macrophylla King.) pada Media Tanah Bekas Tambang Emas (Tailing)

0 11 5

Pengaruh Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan Semai Gmelina (Gmelina arborea Roxb.) Pada Media Tanah Bekas Tambang Emas (Tailing)

0 4 5

Pengaruh Pemberian Kompos dan Arang Kayu terhadap Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.) pada Media Bekas Tambang Pasir

0 3 29

Peningkatan Kualitas Tanah Bekas Tambang Nikel Untuk Media Pertumbuhan Tanaman Revegetasi Melalui Pemanfaatan Bahan Humat Dan Kompos

1 13 69

Pemanfaatan cendawan mikoriza arbuskula dan kompos aktif untuk meningkatkan pertumbuhan semai mindi (Melia azedarach LINN) pada Media Tailing Tambang Emas Pongkor

0 1 86

Pemanfaatan Mikoriza dan Rhizobium untuk Meningkatkan Pertumbuhan Semai Kayu Energi pada Media Tanah Bekas Tambang Semen

0 15 390

APLIKASI FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA (FMA) DAN KOMPOS UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN SEMAI JATI (Tectona grandis Linn.f.) PADA MEDIA TANAH BEKAS TAMBANG KAPUR (The Application of Arbuscular Mycorrhizal Fungi (AMF) and Compost to

0 0 10

Inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskula (Fma) Indigeneus terhadap Pertumbuhan Semai Jati (Tectona Grandis Linn. F) pada Media Tanah Bekas Tambang Kapur

0 0 9