sinergis dengan auksin dalam proses pertumbuhan kambium adalah giberilin Gardner et al. 1991. Menurut Klein 2000, sejumlah mikroba di dalam rizosfer
dapat menghasilkan campuran organik komplek seperti giberilin. Kerjasama auksin dan giberilin akhirnya menghasilkan diameter batang yang lebih baik.
4.2.3. Jumlah daun tanaman
Daun merupakan organ utama produsen fotosintat pada tumbuhan tingkat tinggi Gardner et al. 1991; Sitompul 1995. Menurut Salisbury dan Ross 1995,
pembentukan bakal daun sangat dipengaruhi oleh pembelahan sel terluar di dekat permukaan pucuk. Pertambahan lebar helai daun disebabkan oleh meristem yang
menghasilkan sejumlah sel baru disepanjang tepi poros daun. Salah satu hormon yang berpengaruh terhadap proses tersebut adalah sitokinin, dengan adanya FMA
maka aktifitas sitokinin pun meningkat Anas dan Santosa 1993. Menurut Goldsworthy dan Fisher 1992, sitokinin mempunyai pengaruh umum yang
merangsang pembelahan sel dan sejumlah metabolisme yang berkaitan dengan pertumbuhan. Dengan demikian apabila kadar sitokinin dalam tanaman
meningkat maka aktifitas pembentukan bakal daun pun meningkat sehingga jumlah daun menjadi lebih banyak.
Aktifitas sitokinin ditentukan oleh kondisi tanah, seperti ketersediaan air, dan nitrogen yang termineralisasi Goldsworthy dan Fisher 1992. Adanya FMA
dan BFN yang terdapat dalam daerah rizosfer akan berpengaruh terhadap kondisi tanah. Menurut Domergues et al. 1980, mikroorganisme dapat mempengaruhi
produktifitas tanah secara langsung dalam hal sifat fisik dan kimia tanah dan dapat menghasilkan sejumlah polisakarida sehingga berpengaruh terhadap
stabilitas tanah disekitar rizosfer. BFN juga dapat membantu meningkatkan ketersediaan amonium dengan melepaskannya dari N organik.
Secara statistik berdasarkan hasil sidik ragam pada taraf 5 untuk parameter jumlah daun menunjukkan bahwa inokulasi FMA berpengaruh sangat
nyata pada tanaman E. cyclocarpum, L. leucocephala, P. falcataria dan C. calothyrsus
Tabel 2. Faktor tunggal BFN berpengaruh tidak nyata terhadap variabel jumlah daun pada tanaman L. leucocephala dan C. calothyrsus Tabel 2
serta menunjukkan berpengaruh nyata pada tanaman E. cyclocarpum dan P. falcataria
. Interaksi 2 faktor yaitu FMA dan BFN menunjukkan pengaruh
sangat nyata terhadap parameter jumlah daun pada tanaman P. falcataria Tabel 2 serta menunjukkan pengaruh tidak nyata pada tanaman E. cyclocarpum,
L. leucocephala dan C. Calothyrsus Tabel 2.
Dilihat dari aspek hasil tanaman, inokulan ganda tidak selalu menghasilkan produk yang lebih tinggi dari inokulan tunggal Yudhy 2006.
Pada tanaman E. cyclocarpum inokulan tunggal menunjukkan pengaruh nyata untuk parameter jumlah daun, sedangkan inokulan ganda tidak terjadi interaksi.
Dalam penelitian ini tampaknya FMA yang lebih dahulu mengkolonisasi akar dibandingkan BFN, sehingga BFN menunjukkan efektifitas yang rendah. Tidak
jarang juga kolonisasi akar oleh FMA justru menghambat pembentukan bintil akar dan sebaliknya Legberg Koide 2005, sehingga akan mempengaruhi
serapan hara N dan pembentukan jumlah daun. Hasil uji lanjut Duncan perlakuan FMA untuk parameter jumlah daun
yang menunjukkan pengaruh sangat nyata adalah perlakuan m1 Glomus sp pada ke-empat tanaman uji, bila dibandingkan dengan perlakuan m0 kontrol, tetapi
perlakuan m2 Gigaspora sp untuk parameter jumlah daun menunjukkan berbeda tidak nyata terhadap perlakuan m0 kontrol. Tanaman yang mempunyai
rerata jumlah daun tertinggi adalah E. cyclocarpum yaitu 22 helaitanaman sedangkan rerata jumlah daun terendah terdapat pada perlakuan m0 kontrol
pada tanaman P. falcataria dan C. calothyrsus 9,5 helaitanaman dan 9,57 helaitanaman Gambar 4. Hasil uji lanjut Duncan perlakuan BFN yang
menunjukkan pengaruh beda nyata untuk parameter jumlah daun adalah perlakuan b1 Shinorhizobium sp terdapat pada tanaman E. cyclocarpum dan P.
falcataria Lampiran 5. Sedangkan hasil uji lanjut Duncan interaksi perlakuan
FMA dan BFN pada parameter jumlah daun tanaman P. falcataria yang menunjukkan beda sangat nyata adalah perlakuan m1b0 Glomus sp x kontrol
dan perlakuan m1b1 Glomus sp x Shinorhizobium sp, sedangkan perlakuan m1b2 Glomus sp x Rhizobium sp menunjukkan berbeda nyata Lampiran 6.
Inokulasi FMA mampu meningkatkan rata - rata pertambahan tinggi bibit E. cyclocarpun, L. leucocephala, P. falcataria
dan C. calothyrsus dalam hal ini FMA jenis Glomus sp. Dengan demikian, semakin tinggi tanaman maka jumlah
daun yang dihasilkan pun akan bertambah. Dengan bertambahnya jumlah daun maka semakin besar luas permukaan yang dapat menerima cahaya matahari yang
berperan dalam fotosintesis. Kandungan klorofil pun semakin banyak seiring meningkatnya jumlah daun sehingga laju fotosintesis bertambah besar. Akhirnya
fotosintat yang tertimbun sebagai berat kering tanaman semakin besar.
4.2.4. Berat segar tajuk dan berat segar akar