Enterolobium cyclocarpum Pemanfaatan Mikoriza dan Rhizobium untuk Meningkatkan Pertumbuhan Semai Kayu Energi pada Media Tanah Bekas Tambang Semen

P. falcataria dikenal sebagai tumbuhan tropik, tergolong suku Fabaceae dan merupakan tanaman asli Indonesia. Tanaman ini berasal dari Indonesia timur dan penyebarannya meliputi seluruh Jawa, Maluku, Sulawesi Selatan, dan Irian Jaya. P. falcataria mempunyai beberapa nama lokal yaitu, sengon, jeungjing, tangkal ambon, albisos, dan kayu machis. Tanaman ini memiliki daya adaptasi yang kuat terhadap lingkungan karena dapat tumbuh pada tanah yang tidak subur, tanah kering dan becek agak asin pada ketinggian 1500 m diatas permukaan laut Vademikum 1992. Sumiarsi et al . 1990 menyatakan P. falcataria dapat tumbuh pada tanah aluvial, tanah bertekstur pasir dan pasir putih. Meskipun tanaman ini mudah patah bila terkena angin kencang, tetapi merupakan tanaman serba guna dan hampir semua bagian tanamannya dapat dimanfaatkan, diantaranya sebagai venir kayu lapis, pulp, konstruksi rumah, papan semen wol kayu, papan partikel dan lain – lain. Hasil penelitian yang dilakukan Setiadi 1996 pada lahan bekas penambangan nikel menunjukan bahwa aplikasi FMA secara efektif meningkatkan pertumbuhan dan kualitas bibit P. falcataria. Dalam simbiosis ini, fungi memperoleh karbohidrat dari tanaman P. falcataria sedangkan P. falcataria mendapatkan unsur P dari tanah. Kayu P. falcataria termasuk kelas kuat IV sampai V dan kelas awet IV sampai V, Berat jenis 0,24 hingga 0,49 serta mempunyai nilai kalor 4.464 Kkal per kg. Kayu lunak dan mudah dikerjakan, disamping itu P. falcataria mempunyai sifat daya kembang susut dan daya retak yang agak besar. Biasanya dipakai untuk peti, balok, papan, perumahan dan bahan pulp. Pemanfaatan yang baik untuk kayu P. falcataria ialah untuk bahan pulp, campuran papan partikel atau papan wool kayu Samingan 1983.

2.5. Enterolobium cyclocarpum

Enterolobium cyclocarpum Griseb termasuk famili Leguminosae. Di beberapa negara jenis ini dikenal dengan nama guanacasta Guantemala, Honduras, Nicaragua; Cuanacaztle, huanacaxtle, huinecaztle, nacaxle, cuaunacaztli cascale sonaya, orejon, parota piche Mexico; Genisero, jenizero Nicaragua; Conacaste Guatemala; Conacaste, caro, caro hembra, arbol de orejas Salvador; Coratu jarina; Harina Panama; Anjera, carits, carito, oriera, pinon Colombia; Caro hembra Venezuela; Oreja de judio, Arbol de las orejas, algarrobo carretera, cabelos de venus Cuba. Dalam perdagangan jenis ini dikenal dengan nama pichwood, South American walnut, Mexican walnut, Conacasta, Jenisero Record and Mell 1924. Pohon ini mempunyai bebas cabang yang pendek, lebih - lebih kalau berada ditempat terbuka. Kulit pohonnya agak tebal yaitu sekitar 3 – 4 cm tebalnya terutama pohon yang tua, karena itu pohon yang sudah tua agak tahan terhadap kebakaran. Tajuknya besar berbentuk seperti payung dan lebarnya dapat mencapai antara 15,24 – 30,48 m Record and Mell 1924. Susunan daun pinnate, kecil dan gugur daun sebagian untuk beberapa bulan dalam satu tahun. Menurut laporan Anonimus 1936 terjadinya gugur daun pada E. cyclocarpum terutama periode musim bunga atau periode musim panas. Selain dari pada itu menurut hasil pengamatan di kebun percobaan, ternyata pada periode musim buah pun masih berlangsung pengguguran daun. Dengan adanya masa gugur daun dan daunnya mudah hancur dekomposisi dalam tanah Anonimus 1936, berarti kemampuan untuk memperbaiki kesuburan tanah dari pohon ini cukup baik. Pada waktu yang muda yaitu pada umur 9 bulan panjang akar tunggangnya berkisar 39 cm untuk seedling yang tingginya 56 cm, dan sampai mencapai 208 cm untuk seedling yang tingginya 306 cm. Pada umur 10 tahun pohon ini mempunyai perakaran yang intensif, dengan akar tunggang yang dalam. Akar cabangnya dapat mencapai 30 m panjangnya dan ada beberapa dari akar tersebut yang bermunculan dipermukaan tanah. Di daerah yang iklim kering dan bermusim, pohon ini mulai berbunga pada umur 5 – 11 tahun dan mulai berbuah pada umur 6 – 11 tahun. Sedang di daerah agak basah sampai basah pohon ini mulai berbunga dan berbuah pada umur 8 – 16 tahun. Genus pohon ini terdiri dari 7 species yang tersebar di seluruh Amerika tropis dan jenis yang terbaik adalah E. cyclocarpum dan E. timbouva Record dan Mell 1924. E. cyclocarpum umumnya banyak terdapat di Amerika tropis bagian utara, Amerika tengah, dan sebelah selatan Mexico Record dan Mell 1924. Selanjutnya menurut Anonimus 1936, pohon ini juga ditanam di salah satu negara Afrika dan Indocina, sebagai tanaman percobaan. Di Indonesia penanaman pertama tahun 1916 di kebun raya Bogor dan bijinya berasal dari Brazil. Dari sini disebar luaskan ke seluruh Jawa yaitu ditanam di kebun - kebun percobaan Lembaga Penelitian Hutan. Penanaman di Jawa dilakukan diberbagai tempat tumbuh pada ketinggian 30 – 1.185 meter di atas permukaan laut dengan keadaan tanah dan iklim yang berbeda. Menurut Cahyono 2008 jenis E. cyclocarpum mempunyai nilai kalor 4.132 Kkal per kg. 2.6. Calliandra calothyrsus Calliandra calothyrsus , merupakan salah satu jenis tanaman herba berkayu dengan tinggi 12 m dengan diameter 30 cm. Warna daun hijau gelap sedangkan batang berwarna coklat kehitaman. Bercabang banyak melebar kesamping. Daun bipinate berpasangan dan tumbuh bersilangan. Rachisnya dapat mencapai panjang 10 – 17 cm sedang rachillaenya mencapai 4 – 7 cm dan berjumlah tiap 15 – 20 pasang tiap daunnya. Butiran daun menempel pada rachillae berbentuk lonjong dengan panjang 5 – 8 mm. Jumlah butiran daun dalam satu rachillae mencapai 25 – 60 pasang butiran daun biasanya menguncup waktu malam dan hujan. Bunga muncul pada ujung ranting, berwarna merah atau putih dengan panjang 406 cm. Buah C. calothyrsus berupa polongan berwarna coklat hitam dengan panjang 8 – 11 cm, setiap buah mempunyai 3 – 15 biji yang kalau sudah tua berwarna coklat, berbentuk elips dan pipih dengan jumlah biji perkilo mencapai 13.000 – 19.000 ribu buah. C. calothyrsus dapat tumbuh baik pada berbagai macam tipe tanah, tidak tahan terhadap genangan air. Tingkat adaptasi terhadap kekeringan dikategorikan sedang 1 – 7 bulan kering tahun dapat tumbuh baik pada daerah dengan rata – rata curah hujan 700 – 4000 mm. Tumbuh secara ideal pada ketinggian 1.300 m dpl dan secara umum tanaman ini membutuhkan temperatur rataan tahunan 20 – 28 C untuk tumbuh ideal, walaupun demikian dapat pula tumbuh pada temperatur rendah 9 C. Menurut Ayensu 1980 kayu ini memiliki berat jenis dari 0,51 - 0,78 dengan nilai kalor 4.500 - 4.750 Kkal per kg. Dan kandungan abu 1,8 . Jenis ini digunakan untuk memasak seperti bahan untuk industri kecil untuk pembuatan industri minuman, tile dan briket.

2.7 . Leucaena leucocephala

Dokumen yang terkait

Pemanfaatan cendawan mikoriza arbuskula dan kompos aktif untuk meningkatkan pertumbuhan semai mindi (Melia azedarach LINN) pada Media Tailing Tambang Emas Pongkor

0 9 171

Potensi fungi mikoriza arbuskula dan kompos aktif untuk meningkatkan pertumbuhan semai mindi (Melia azedarach Linn) pada media tailing tambang emas

1 9 9

Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos terhadap Pertumbuhan Semai Mahoni (Swietenia macrophylla King.) pada Media Tanah Bekas Tambang Emas (Tailing)

0 11 5

Pengaruh Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan Semai Gmelina (Gmelina arborea Roxb.) Pada Media Tanah Bekas Tambang Emas (Tailing)

0 4 5

Pengaruh Pemberian Kompos dan Arang Kayu terhadap Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.) pada Media Bekas Tambang Pasir

0 3 29

Peningkatan Kualitas Tanah Bekas Tambang Nikel Untuk Media Pertumbuhan Tanaman Revegetasi Melalui Pemanfaatan Bahan Humat Dan Kompos

1 13 69

Pemanfaatan cendawan mikoriza arbuskula dan kompos aktif untuk meningkatkan pertumbuhan semai mindi (Melia azedarach LINN) pada Media Tailing Tambang Emas Pongkor

0 1 86

Pemanfaatan Mikoriza dan Rhizobium untuk Meningkatkan Pertumbuhan Semai Kayu Energi pada Media Tanah Bekas Tambang Semen

0 15 390

APLIKASI FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA (FMA) DAN KOMPOS UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN SEMAI JATI (Tectona grandis Linn.f.) PADA MEDIA TANAH BEKAS TAMBANG KAPUR (The Application of Arbuscular Mycorrhizal Fungi (AMF) and Compost to

0 0 10

Inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskula (Fma) Indigeneus terhadap Pertumbuhan Semai Jati (Tectona Grandis Linn. F) pada Media Tanah Bekas Tambang Kapur

0 0 9