Simbiosis diantara tanaman legum dan rhizobium mempunyai spesifitas tertentu artinya bakteri rhizobium yang dapat dipisahkan dari bintil akar tanaman
A belum tentu berhasil membentuk bintil pada tanaman B secara efektif, juga sebaliknya Nyakpa et al. 1988 : Setiadi 1986 : Anas 1989.
Faktor lingkungan seperti suhu, PH, unsur - unsur dan senyawa kimia tertentu pada umumnya mempengaruhi ketahanan hidup rhizobium. Musuh
alaminya berupa parasit pada bakteri. Berkurangnya populasi rhizobium dalam tanah selain dipengaruhi oleh faktor fisik, kimia dan biologi tanah, juga
ditentukan oleh sifat - sifat genetiknya Anas 1989.
4.2.9. Persentase koloni FMA
Persentase kolonisasi berhubungan erat dengan jenis FMA dan jenis tanaman inang Hart dan Reader 2002. Jenis FMA yang berbeda mengkoloni
sistem perakaran tanaman inang dalam persentase kolonisasi yang bermacam - macam. Dengan demikian, translokasi nutrien dan pemanfaatan karbon oleh
tanaman inang pun berbeda - beda Molina et al. 1992. Menurut Barber 1984, persentase kolonisasi mikoriza di dalam akar dan panjang miselium di dalam
tanah merupakan parameter yang menentukan peningkatan serapan fosfor. Meskipun biasanya jenis berkayu berasosiasi dengan ektomikoriza tetapi
ternyata mampu berasosiasi dengan endomikoriza Kropp dan Anderson 1994. Anderson dan Ingram 1993 menyatakan bahwa lebih dari 150 jenis FMA
mempunyai tingkat spesifikasi tanaman inang yang rendah sehingga dapat berasosiasi dengan ± 70 jenis tanaman di daerah tropik, bahkan menurut Smith
dan Read 1997 FMA dapat berasosiasi dengan ± 80 jenis tanaman. Hasil penelitian secara statistik berdasarkan analisis sidik ragam pada
taraf 5 menunjukkan bahwa inokulasi FMA berpengaruh sangat nyata pada tanaman E. cyclocarpum, L. leucocephala, P. falcataria dan C. calothyrsus untuk
parameter persentase infeksi mikoriza. Perlakuan faktor tunggal BFN pada tanaman E. cyclocarpum dan P. falcataria menunjukkan pengaruh nyata terhadap
variabel persentase infeksi mikoriza, sedangkan pada tanaman L. leucocephala
dan C. calothyrsus faktor tunggal BFN menunjukkan pengaruh tidak nyata.
Interaksi 2 faktor yaitu FMA dan BFN pada tanaman E. cyclocarpum dan L. leucocephala
menunjukkan pengaruh nyata untuk parameter persentase infeksi
mikoriza. Sedangkan Interaksi 2 faktor yaitu FMA dan BFN pada tanaman
P. falcataria dan C. calothyrsus terlihat berpengaruh tidak nyata terhadap
variabel persentase infeksi mikoriza Tabel 2. Pada tanaman L. leucocephala inokulan tunggal FMA menunjukkan
pengaruh nyata dan inokulan tunggal BFN menunjukkan pengaruh tidak nyata untuk parameter persentase infeksi mikoriza, sedangkan inokulan ganda terjadi
interaksi. Berbeda dengan tanaman P. falcataria inokulan tunggal FMA dan BFN menunjukkan pengaruh nyata tetapi interaksinya tidak terjadi dalam
meningkatkan persentase infeksi mikoriza. Hal ini menunjukkan waktu infeksi dan kemampuan FMA dan BFN dalam mengkolonisasi akar tanaman inang
berbeda, serta setiap jenis tanaman inang host juga mempunyai karakteristik
sifat genetik dan resistensi yang berbeda.
Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan perlakuan FMA untuk parameter persentase infeksi mikoriza yang menunjukkan pengaruh beda sangat nyata
adalah perlakuan m1 Glomus sp pada ke-empat tanaman uji, dibandingkan perlakuan m0 kontrol, tetapi m2 Gigaspora sp menunjukkan berbeda tidak
nyata terhadap perlakuan m0 kontrol untuk parameter persentase infeksi
mikoriza. Tanaman yang mempunyai rerata persentase infeksi mikoriza tertinggi
berturut - turut adalah E. cyclocarpum 50,66, L. leucocephala 44,44, P. falcataria
29,26 dan C. calothyrsus 24,63 semua pada tanaman yang mendapat perlakuan m1 Glomus sp.
Sedangkan hasil uji lanjut Duncan interaksi perlakuan FMA dan BFN terhadap parameter persentase infeksi
mikoriza pada tanaman E. cyclocarpum yang menunjukkan beda nyata adalah perlakuan m1b2 Glomus sp x Rhizobium sp, m1b0 Glomus sp x Kontrol dan
perlakuan m1b1 Glomus sp x Shinorhizobium sp. Hasil uji lanjut Duncan
interaksi perlakuan FMA dan BFN terhadap parameter persentase infeksi mikoriza pada tanaman L. leucocephala yang menunjukkan pengaruh beda nyata
adalah perlakuan m1b0 Glomus sp x kontrol dan m1b1 Glomus sp x Shinorhizobium
sp Gambar 29.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa fungi mikoriza arbuskula FMA dapat berasosiasi dengan Enterolobium cyclocarpun, L. leucocephala,
P. falcataria dan C. calothyrsus. Asosiasi dimulai pada saat propagul FMA
merespon keberadaan akar di dalam tanah. Penetrasi terjadi pada saat hifa FMA
membentuk apresorium yang berlekatan dengan sel epidermis akar. Hifa kemudian menyebar didalam ruang antar sel dan masuk ke dalam sel Brundrett
et al . 1996. Menurut Setiadi 1992, faktor - faktor yang mempengaruhi infeksi
FMA adalah kepekaan inang terhadap infeksi, faktor iklim cahaya dan kandungan air tanah.
Hifa yang berpenetrasi kedalam akar berasal dari propagul akar yang terinfeksi FMA, potongan hifa, vesikula, spora FMA yang berkecambah.
Keberdaan BFN dapat membantu perkecambahan propagul FMA Douds dan Nagahashi 2002. Selanjutnya mempengaruhi daya penerimaan dan pengenalan
akar tanaman inang terhadap kehadiran FMA. Bahkan berikutnya BFN pun berperan dalam perkembangan FMA Johansson et al. 2004. Menurut Johansson
et al . 2004 dan Molina et al. 1992 fenomena kecocokan interaksi antara
tanaman inang, FMA dengan BFN terdapat pada tingkat ultrastruktural, biokimia dan genetik. Dengan demikian interaksi antara FMA dan BFN yang cocok akan
menghasilkan pertumbuhan tanaman inang secara lebih baik. Kolonisasi FMA pada akar tanaman dapat diamati dari keberadaan
beberapa struktur FMA, seperti hifa internal, arbuskula, vesikula dan spora Gambar 31. Menurut Smith dan Read 1997, bahwa hifa internal berfungsi
sebagai alat translokasi unsur hara, eksternal berfungsi menyerap unsur hara dan air, vesikula berfungsi sebagai tempat cadangan makanan terutama lipid,
sedangkan arbuskula merupakan struktur infeksi yang sangat penting dalam simbiosis FMA, karena arbuskula berfungsi dalam proses transfer unsur hara
antara kedua simbion fungi dengan akar tanaman. Persentase kolonisasi FMA dalam akar tanaman inang sangat berperan
dalam proses transfer unsur hara yang diserap hifa eksternal dari rizosfer. Meskipun hifa ekternal mempunyai kemampuan tinggi dalam menyerap unsur
hara dan air, tetapi apabila mengalami kegagalan dalam proses transfer kedalam sel - sel akar maka unsur hara dan air hanya akan disimpan dalam hifa internal.
Dengan demikian besarnya persentase kolonisasi FMA maka permukaan bidang kontak FMA dan sel akar semakin besar sehingga unsur hara dan air berhasil
diserap dengan baik oleh tanaman. Walaupun demikian, hal yang tidak kalah penting dalam proses transfer
unsur hara dari FMA kedalam akar adalah efisiensi FMA Harley dan Smith
1997. Persentase kolonisasi yang tinggi tetapi efisiensi kecil maka tanaman tidak akan banyak terbantu dengan adanya FMA. Hal ini sesuai dengan
penelitian Setyaningsih et al. 2000 yang menunjukkan bahwa besarnya nilai kolonisasi di dalam akar tidak selalu diikuti dengan pertumbuhan tanaman secara
lebih baik. Jadi pertumbuhan yang lebih baik yang diperlihatkan tanaman yang berasosiasi dengan FMA tidak hanya ditentukan oleh besar kecilnya persentase
kolonisasi FMA di dalam akar tetapi ditentukan pula oleh efisiensi dan efektifitas FMA dalam mentranfer nutrien ke dalam sel - sel akar.
Besar kecilnya persentase kolonisasi FMA di dalam akar hanya mencerminkan sebagian kemampuannya dalam membantu penyerapan nutrisi
bagi tanaman Hart dan Reader 2002. Barber 1984 menyatakan bahwa hifa internal FMA di dalam akar berperan dalam proses transfer nutrisi dari hifa
ekternal ke dalam sel - sel akar tanaman inang. Walaupun demikian, struktur FMA yang tidak kalah penting dalam proses tersebut adalah hifa ekternal yang
bertanggung jawab terhadap serapan nutrisi dari dalam tanah. Perhitungan persentase kolonisasi FMA di dalam akar hanya menentukan ada atau tidaknya
FMA yang mengkoloni akar dan melewatkan hifa - hifa eksternal yang tersebar di dalam tanah Hart dan Reader 2002.
Terdapat perbedaan yang cukup besar diantara FMA dalam ratio kolonisasi hifa internal dalam akar dengan hifa eksternal di dalam tanah.
Persentase kolonisasi FMA yang besar di dalam akar belum tentu mempunyai hifa eksternal yang banyak dan sebaliknya Hart dan Reader 2002. Dengan
demikian hubungan yang erat antara persentase kolonisasi FMA dengan parameter pertumbuhan tanaman dapat diperoleh apabila dilakukan penghitungan
secara keseluruhan terhadap kolonisasi FMA baik yang terdapat di dalam akar maupun yang tersebar luas di dalam tanah. Selain itu juga uji efisiensi dan
efektifitas FMA yang melibatkan kecocokan pada tingkat molekuler dengan tanaman inang perlu dilakukan.
Terjadinya asosiasi FMA pada E. Cyclocarpun, L. leucocephala, P. falcataria
dan C. calothyrsus dengan demikian penelitian ini menunjukkan bahwa FMA dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan
pertumbuhan tanaman kehutanan pada lahan pasca penambangan semen dan lahan marginal yang selama ini masih kurang populer.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan