2.2. Bakteri fiksasi nitrogen rhizobium BFN
Salah satu mikroba tanah yang bersimbiosis dengan jenis - jenis pohon legum adalah bakteri bintil akar rhizobia. Didalam bintil akar bakteri ini mampu
memfiksasi N
2
dari atmosfer menjadi protein tumbuhan yang selanjutnya tersedia untuk jenis tanaman lainnya melalui proses daur ulang Postage 1978.
Penggunaan bakteri
rhizobium sebagai inokulan telah populer digunakan
pada tanaman pertanian seperti kedelai dan jenis polong - polongan lainnya. Akhir - akhir bakteri ini mulai diperkenalkan penggunaannya juga untuk pohon -
pohon leguminosa yang sering dipakai untuk kegiatan reboisasi dan agroforestri Setiadi 1990.
Bakteri rhizobium
mempunyai kemampuan untuk menginfeksi akar dan membentuk bintil akar nodul dengan simbiosisnya dengan tanaman
leguminosa. Di dalam bintil akar tersebut mikroba ini mampu secara kimia untuk menambat nitrogen bebas N
2
dari atmosfir dan merubahnya menjadi amonia NH
3
, produk yang terakhir ini dapat dimanfaatkan oleh tanaman inang host untuk pertumbuhannya. Sedangkan rhizobium sendiri memperoleh karbohidrat
dari tanaman inang. Penambahan nitrogen oleh tanaman leguminosa sebenarnya merupakan
proses alami yang tingkat efektifitasnya dapat dimanipulasi dan ditingkatkan dengan cara mengintrodusir galur - galur rhizobia unggul yang telah teruji.
Dengan cara demikian maka tidak saja laju pertumbuhan pohon tersebut dapat hidup dalam kondisi tanah yang miskin nitrogen. Selain itu adanya asosiasi
leguminosa - Rhizobium yang harmonis memungkinkan kontribusi penambahan N pada tanah cukup tinggi. Sistem tersebut diatas dalam jangka waktu panjang
secara tidak langsung dapat mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah sehingga memungkinkan tanaman lain non - legum dapat tumbuh, dan
kekhawatiran akan mundurnya produktifitas hutan pada rotasi berikutnya dapat diatasi.
2.3. Fungi mikoriza arbuskula FMA
Mikoriza adalah suatu bentuk hubungan simbiosis mutualisme antara fungi myke dan perakaran rhiza tumbuhan tingkat tinggi. De Hulster 1972 dan
Richards 1976 dalam Badri 2004 menyatakan bahwa mikoriza adalah suatu
struktur yang terbentuk pada kebanyakkan pohon - pohon hutan, jika akar – akar pohon tersebut terinfeksi oleh fungi tanah tertentu yang tidak bersifat patogenik.
Menurut Soekotjo 1985, mikoriza merupakan suatu hubungan timbal balik yang saling menguntungkan antara akar - akar pohon dengan fungi, baik secara
ektotrofik maupun endotropik. Berdasarkan struktur tumbuh dan cara infeksinya pada sistem perakaran
inang host mikoriza dikelompokkan kedalam dua golongan besar yaitu ektomikoriza dan endomikoriza. Di dalam kelompok endomikoriza terdapat
enam subtipe yaitu : mikoriza arbuskula, ectendo, arbutoid, monotropoid, ericoid, dan orchid. Fungi mikoriza arbuskula FMA adalah salah satu tipe fungi
pembentuk mikoriza yang akhir – akhir ini menjadi perhatian para ahli lingkungan dan biologis Setiadi 1999.
Fungi mikoriza arbuskula memiliki beberapa peran penting sebagai berikut Setiadi 1999 :
1. Sebagai pelindung hayati bio - protection Fungi mikoriza arbuskula FMA mampu meningkatkan daya tahan
tanaman terhadap serangan patogen luar tanah. FMA juga dapat membantu pertumbuhan tanaman pada tanah – tanah yang tercemar logam berat
Linderman dan Pfleger 1994 seperti pada lahan – lahan pasca tambang. Dengan demikian FMA, selain berguna untuk bio – protection, juga
berfungsi penting sebagai bio – remediator bagi tanah yang tercemar logam berat Hetrick et al. 1994 diacu dalam Badri 2004. Selain itu tipe fungi
ini juga mampu meningkatkan resistensi tanaman terhadap kekeringan Gupta 1991.
2. Perbaikan nutrisi dan peningkatan pertumbuhan tanaman Fungi ini memiliki kemampuan untuk berasosiasi hampir 90 jenis
tanaman dan telah terbukti mampu memperbaiki nutrisi dan meningkatkan pertumbuhan tanaman. Marschner 1994 menyatakan bahwa FMA yang
menginfeksi sistem perakaran tanaman inang akan memproduksi jalinan hifa secara intensif sehingga tanaman mampu meningkatkan kapasitas
penyerapan unsur hara utama yang dapat diserap oleh tanaman bermikoriza serta unsur – unsur mikro seperti Cu, Zn, dan Bo.
3. Sinergis dengan mikroorganisme lain FMA pada tanaman leguminose diperlukan karena pembentukan
bintil akar dan efektifitas penambahan nitrogen oleh bakteri rhizobium yang terdapat di dalamnya dapat ditingkatkan. FMA juga dapat
bersinergis dengan mikroba potensial lainnya, seperti bakteri penambat N bebas dan bakteri pelarut fosfat Barea et al. 1992. Serta sinergis dengan
jasad – jasad renik selulotik seperti Trichoderma sp. Berdasarkan kemampuan tersebut, maka FMA dapat berfungsi untuk meningkatkan
biodiversitas mikroba potensial di sekitar perakaran tanaman. 4. Mempertahankan keanekaragaman tumbuhan
FMA berperan penting dalam mempertahankan keanekaragaman tumbuhan dengan cara transfer nutrisi dari satu akar tanaman ke akar
tanaman yang lain yang berdekatan melalui sturktur yang disebut “brige hypha
” Allen dan Allen 1992. Sehingga aplikasi FMA tidak terbatas pada pola tanaman monokultur, tetapi dapat diintegrasikan dalam unit
manajemen pola tanaman campuran. 5. Terlibat dalam siklus bio - geo - kimia
FMA di alam dapat mempercepat terjadinya suksesi secara alami pada habitat yang mendapat gangguan ekstrim Allen dan Allen 1992.
Keberadaan FMA juga mutlak diperlukan karena berperan penting dalam mengefektifkan daur ulang unsur hara nutrient cycle sehingga dianggap
sebagai alat yang paling untuk mempertahankan stabilitas ekosistem hutan dan keanekaragaman hayati.
2.4. Paraserianthes falcataria