metabolisme dan membentuk bagian struktur tanaman. Dengan demikian, tanaman yang mempunyai efisiensi yang tinggi akan menghasilkan pertumbuhan
yang lebih baik daripada tanaman yang mempunyai efisiensi yang rendah. Dalam hal ini mungkin saja bibit
E. cyclocarpum mempunyai efisiensi pertumbuhan
yang lebih baik sehingga mempunyai nilai BKT lebih besar bila dibandingkan dengan tanaman
L. leucocephala, P. falcataria dan C. calothyrsus.
4.2.7. Indek mutu bibit
Keberhasilan semai dicirikan memiliki perakaran dan pertumbuhan yang baik, yang apabila bibit - bibit tersebut dipindahkan dari persemaian ke lapangan
dapat tumbuh dan berkembang menjadi bibit, yang mampu bertahan hidup pada kondisi lapang. Kemampuan daya tahan hidup ini dapat diukur dengan indek
mutu bibit Q. Bibit yang memiliki nilai Q kurang dari 0,09 adalah bibit yang kurang baik. Sedangkan apabila Q lebih dari 0,09 bibit tersebut dapat hidup
dengan baik di lapangan Bickelhaupt 1980. Dari penelitian berdasarkan hasil sidik ragam pada taraf 5 untuk
parameter indek mutu bibit pada tanaman E. cyclocarpum, L. leucocephala, P. falcataria
dan C. calothyrsus perlakuan inokulasi FMA menunjukkan bahwa pengaruh sangat nyata, sedangkan faktor tunggal BFN menunjukkan pengaruh
tidak nyata terhadap parameter indek mutu bibit Q pada ke-empat tanaman uji. Interaksi 2 faktor yaitu FMA dan BFN menunjukkan pengaruh nyata terhadap
indek mutu bibit Q pada tanaman P. falcataria. Sedangkan interaksi 2 faktor yaitu FMA dan BFN pada tanaman E. cyclocarpum, L. leucocephala dan
C. calothyrsus menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap indek mutu bibit Q
Tabel 2. Pada P. falcataria inokulan tunggal FMA menunjukkan pengaruh nyata
dan inokulan tunggal BFN menunjukkan pengaruh tidak nyata untuk parameter indek mutu bibit, sedangkan inokulan ganda terjadi interaksi. Ini menunjukkan
adanya simbiosis antara FMA dan BFN, serta BFN lebih efektif dalam meningkat indek mutu bibit pada tanaman P. falcataria dengan adanya FMA apabila
dibandingkan dengan faktor tunggalnya. Hasil uji lanjut Duncan perlakuan FMA untuk variabel indek mutu bibit
IMB yang menunjukkan beda sangat nyata adalah perlakuan m1 Glomus sp
pada ke-empat tanaman uji dibandingkan dengan perlakuan m0 kontrol, tetapi untuk m2 Gigaspora sp menunjukkan beda tidak nyata dibandingkan dengan
perlakuan m0 kontrol untuk parameter indek mutu bibit Q. Tanaman yang mempunyai rerata indek mutu bibit tertinggi adalah E. cyclocarpum yaitu 0,55
sedangkan rata - rata indek mutu bibit terendah berturut - turut adalah pada tanaman P. falcataria, C. calothyrsus dan L. leucocephala terdapat pada
perlakuan m0 kontrol dan perlakuan m2 Gigaspora sp Gambar 8. Sedangkan hasil uji lanjut Duncan interaksi perlakuan FMA dan BFN pada
tanaman P. falcataria yang menunjukkan beda nyata adalah perlakuan m1b0 Glomus sp x kontrol dan perlakuan m1b1 Glomus sp x Shinorhizobium sp
Lampiran 6. Tanaman E. cyclocarpum jika dipindahkan ke lapangan akan mampu
bertahan hidup pada kondisi lapang karena tanaman mempunyai nilai Q lebih dari 0,09. Sedangkan tanaman L. leucocephala, P. falcataria dan C. calothyrsus jika
dipindahkan ke lapangan akan mampu bertahan hidup pada kondisi lapang hanya tanamaman yang mendapatkan perlakuan m1 Glomus sp karena nilai Q lebih
dari 0,09 sedangkan perlakuan yang lain nilai Q kurang dari 0,09 Gambar 8.
4.2.8. Jumlah nodul tanaman