tersedia bagi tanaman, menjadi tersedia bagi tanaman yaitu dalam bentuk amonium atau ion nitrat. Setiap jenis FMA mempunyai kemampuan yang
berbeda dalam meningkatkan serapan P. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya perbedaan gerakan P dalam hifa sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan
efisiensi antara jenis FMA dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman Anas dan Santosa 1993.
Adapun BFN yang mempunyai kemampuan paling baik dalam membantu serapan P pada bibit E. cyclocarpum adalah BFN jenis Rhizobium sp. Menurut
Usman 1980, fosfor yang tersedia di dalam tanah sebagian besar terdapat dalam bentuk yang tidak tersedia bagi tanaman P organik atau membentuk garam
dengan kalsium, magnesium, dan besi. Sejumlah mikroorganisme dapat menghasilkan enzim fosfatase yang berperan dalam transformasi P organik
menjadi P yang tersedia bagi tanaman seperti dalam bentuk H
3
PO
4
, H
2
PO
4 -
, HPO
4 2-
, PO
4 3-
, dan berbagai bentuk kompleksnya dengan berbagai kation Salam et al
. 1977. Adapun perbedaan jumlah serapan P yang diperlihatkan oleh setiap jenis
FMA dan BFN dapat disebabkan karena setiap jenis menghasilkan enzim fosfatase dalam jumlah yang berbeda - beda. Selain itu, aktifitas enzim fosfatase
sangat dipengaruhi oleh pH tanah. Menurut Sastrahidayat et al. 1999 dalam Wulan 2006, jenis FMA dan mikroorganisme tanah yang berbeda menunjukkan
aktifitas optimum yang berbeda tergantung pada daya adaptasinya terhadap perubahan pH. Beberapa FMA mempunyai daya adaptasi pada kisaran yang luas
dan yang lainnya sempit. Perbedaan daya adaptasi tersebut berpengaruh pada kemampuannya dalam membantu meningkatkan serapan P.
4.2.6. Berat kering total tanaman
Berat kering total meliputi semua bahan tanaman yang secara kasar
berasal dari hasil fotosintesis dan serapan unsur hara Salisbury dan Ross 1995; Sitompul 1995. Selain itu, berat kering juga merupakan integrasi dari hampir
semua peristiwa yang dialami tanaman sehingga parameter ini barangkali merupakan indikator pertumbuhan yang paling representatif.
Secara statistik berdasarkan hasil sidik ragam pada taraf 5 untuk parameter berat kering total BKT tanaman uji E. cyclocarpum,
L. leucocephala, P. falcataria dan C. calothyrsus menunjukkan bahwa inokulasi
FMA berpengaruh sangat nyata. Sedangkan inokulasi BFN menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap parameter BKT pada ke-empat tanaman uji
tersebut. Interaksi 2 faktor yaitu FMA dan BFN juga menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap BKT tanaman E. cyclocarpum, L. leucocephala,
P. falcataria dan C. calothyrsus Tabel 2. Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan
perlakuan FMA pada tanaman E. cyclocarpum, L. leucocephala, P. falcataria dan C. calothyrsus
yang menunjukkan beda sangat nyata terhadap parameter BKT adalah perlakuan jenis m1 Glomus sp bila dibandingkan dengan m0 kontrol,
tetapi untuk m2 Gigaspora sp menunjukkan beda tidak nyata terhadap m0 kontrol. Tanaman yang mempunyai rerata BKT tertinggi adalah tanaman
E. cyclocarpum yaitu 5,89 g Gambar 7.
Berdasarkan hasil analisis terlihat bahwa inokulasi FMA dan BFN mampu
menghasilkan BKT yang lebih besar daripada kontrol. Hal tersebut dapat terjadi karena menurut Widiastuti dan Tahardi 1993 inokulasi FMA dapat
meningkatkan serapan magnesium. Magnesium merupakan pusat molekul klorofil yang dibutuhkan untuk fotosintesis dan merupakan aktifator enzim -
enzim dalam fotosintesis dan respirasi Bonner dan Galston 1952; Gardner et al. 1991. Dengan demikian apabila kadar magnesium meningkat maka proses -
proses penting yang dipengaruhinya akan turut meningkat, sehingga tanaman dapat tumbuh lebih baik dari pada tanaman tanpa FMA. Selain itu juga laju
fotosintat yang dihasilkan akan bertambah sehingga berperan dalam peningkatan berat kering tanaman.
Selain disebabkan oleh peningkatan fotosintat, BKT yang besar juga disebabkan karena peningkatan serapan unsur hara. Adanya hifa eksternal FMA
yang secara ekstensif memasuki volume tanah berpengaruh terhadap penyerapan unsur hara dan air Dommergues et al. 1980. Hifa eksternal FMA yang tersebar
didalam tanah dapat berfungsi sebagai rambut akar Barber 1984 sehingga menambah permukaan serap akar Loveless 1987. Curl dan Truelove 1986
menyatakan bahwa peningkatan kapasitas penyerapan tersebut berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman.
Keberadaan asosiasi FMA yang berinteraksi dengan BFN secara umum dapat meningkatkan BKT tanaman E. cyclocarpum, L. leucocephala,
P. falcataria dan C. calothyrsus
bila dibandingkan dengan kontrolnya. Interaksi tersebut meliputi interaksi secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung
melalui transformasi sumber karbon dari hifa FMA sehingga mengubah pH dalam rizosfer. Perubahan pH tersebut pada gilirannya akan mengubah kuantitas
dan kualitas BFN yang berperan dalam pertumbuhan tanaman Johansson et al. 2004. Secara tidak langsung diperantarai oleh pertumbuhan tanaman inang,
eksudasi akar dan perubahan struktur tanah Dommergues et al. 1980; Johansson et al
. 2004. Curl dan Truelove 1986 menyatakan bahwa mikroorganisme di
permukaan akar dan rambut akar dapat mempengaruhi ketersediaan dan penyerapan ion seperti seng, kalsium, rubidium, dan ion - ion lainnya. Proses
tersebut sangat dipengaruhi oleh pH sehingga BFN yang mempunyai daya adaptasi yang luas terhadap pH dapat membantu meningkatkan pertumbuhan
tanaman secara lebih baik. Setiap BFN mempunyai daya adaptasi dan pH optimum yang berbeda - beda sehingga menimbulkan perbedaan pengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman. Perbedaan kemampuan FMA dan BFN dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh eksudat akar,
dimana setiap jenis tanaman mengeluarkan eksudat yang berbeda baik secara kuantitas dan kualitas.
Setiap jenis FMA mempunyai perbedaan fungsional dan kapasitas dalam memobilisasi unsur hara di dalam tanah. Begitu pun setiap jenis BFN
mempunyai perbedaan kondisi optimum yang berbeda dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman. Dengan demikian, interaksi FMA dan BFN menunjukkan
perbedaan dalam hal pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman. Perbedaan tersebut disebabkan karena interaksi FMA dan BFN berlangsung pada tingkat
seluler sehingga masing - masing jenis mempunyai tingkat kecocokan yang berbeda - beda.
Selain itu, terlihat bahwa bibit Enterolobium cyclocarpun,
L. leucocephala, P. falcataria dan C. calothyrsus mempunyai nilai BKT yang
besarnya berbeda. Hal ini terjadi karena menurut sitompul 1995, setiap jenis tanaman mempunyai keadaan lingkungan optimum yang berbeda tergantung pada
susunan genetik. Tambahan pula, setiap jenis tanaman mempunyai perbedaan efisiensi dalam menggunakan substrat untuk menghasilkan sumber energi
metabolisme dan membentuk bagian struktur tanaman. Dengan demikian, tanaman yang mempunyai efisiensi yang tinggi akan menghasilkan pertumbuhan
yang lebih baik daripada tanaman yang mempunyai efisiensi yang rendah. Dalam hal ini mungkin saja bibit
E. cyclocarpum mempunyai efisiensi pertumbuhan
yang lebih baik sehingga mempunyai nilai BKT lebih besar bila dibandingkan dengan tanaman
L. leucocephala, P. falcataria dan C. calothyrsus.
4.2.7. Indek mutu bibit