pada ke-empat tanaman uji dibandingkan dengan perlakuan m0 kontrol, tetapi untuk m2 Gigaspora sp menunjukkan beda tidak nyata dibandingkan dengan
perlakuan m0 kontrol untuk parameter indek mutu bibit Q. Tanaman yang mempunyai rerata indek mutu bibit tertinggi adalah E. cyclocarpum yaitu 0,55
sedangkan rata - rata indek mutu bibit terendah berturut - turut adalah pada tanaman P. falcataria, C. calothyrsus dan L. leucocephala terdapat pada
perlakuan m0 kontrol dan perlakuan m2 Gigaspora sp Gambar 8. Sedangkan hasil uji lanjut Duncan interaksi perlakuan FMA dan BFN pada
tanaman P. falcataria yang menunjukkan beda nyata adalah perlakuan m1b0 Glomus sp x kontrol dan perlakuan m1b1 Glomus sp x Shinorhizobium sp
Lampiran 6. Tanaman E. cyclocarpum jika dipindahkan ke lapangan akan mampu
bertahan hidup pada kondisi lapang karena tanaman mempunyai nilai Q lebih dari 0,09. Sedangkan tanaman L. leucocephala, P. falcataria dan C. calothyrsus jika
dipindahkan ke lapangan akan mampu bertahan hidup pada kondisi lapang hanya tanamaman yang mendapatkan perlakuan m1 Glomus sp karena nilai Q lebih
dari 0,09 sedangkan perlakuan yang lain nilai Q kurang dari 0,09 Gambar 8.
4.2.8. Jumlah nodul tanaman
Bakteri rhizobium melalui bulu - bulu akar membentuk benang - benang infeksi masuk ke sel - sel korteks dan kadang - kadang ke sel perisikel. Bakteri -
bakteri ini berada dalam sitoplasma, menghasilkan stimulus yang menyebabkan kortek atau perisikel membelah. Pembelahan ini mengakibatkan pembengkakan
jaringan kemudian membentuk bintil - bintil akar yang mengandung bakteri, menonjol sampai di luar akar Suseno 1974: Anas 1989.
Menurut Setiadi 1986 pembentukan bintil akar melalui beberapa tahapan. Secara garis besar tahap - tahap tersebut adalah:
a. Pembentukan akar - akar rambut b. Peningkatan populasi rhizobia disekitar akar rambut
c. Pembengkokan akar rambut dan infeksi oleh bakteri d. Pembentukan infection threads
e. Pembentukan bintil akar
Suhu optimal untuk pembentukan bintil akar adalah 24 ºC, sedangkan temperatur maksimum untuk penambat nitrogen sekitar 27 - 40 ºC. Penambahan
nitrogen pada suhu yang tinggi akan terhalangi karena kekurangannya suplai karbohidrat ke bintil akar akibat meningkatnya respirasi, di samping itu
pertumbuhan akar rambut akan berkurang Setiadi 1986. Secara statistik berdasarkan hasil sidik ragam pada taraf 5 untuk
parameter jumlah nodul dan jumlah nodul efektif, inokulasi FMA pada tanaman P. falcataria
dan C. calothyrsus menunjukkan pengaruh sangat nyata, sedangkan pada tanaman E. cyclocarpum dan L. leucocephala menunjukkan pengaruh beda
tidak nyata Tabel 2. Inokulasi faktor tunggal BFN pada tanaman E. cyclocarpum, L. leucocephala, P. falcataria
dan C. calothyrsus menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap variabel jumlah nodul dan jumlah nodul efektif.
Interaksi 2 faktor yaitu FMA dan BFN pada tanaman L. leucocephala menunjukkan pengaruh tidak nyata untuk parameter jumlah nodul tetapi
menunjukkan berbeda nyata terhadap parameter jumlah nodul efektif. Sedangkan interaksi perlakuan FMA dan BFN pada tanaman E. cyclocarpum, P. falcataria
dan C. calothyrsus untuk parameter jumlah nodul dan jumlah nodul efektif menunjukkan pengaruh tidak nyata Tabel 2.
Pada tanaman L. leucocephala inokulan tunggal FMA menunjukkan pengaruh nyata dan inokulan tunggal BFN menunjukkan pengaruh tidak nyata
untuk parameter jumlah nodul efektif, sedangkan inokulan ganda terjadi interaksi. Hal ini menunjukkan terjadinya simbiosis antara FMA dan BFN. Serta BFN
lebih optimal dalam membentuk nodul efektif pada tanaman inang dengan adanya FMA. Jumlah bintil nodul akar merupakan ukuran kompabilitas isolat BFN
dengan tanaman inang. Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan pengaruh faktor tunggal FMA untuk
parameter jumlah nodul dan jumlah nodul efektif pada tanaman P. falcataria dan C. calothyrsus
yang menunjukkan pengaruh sangat nyata adalah perlakuan m1 Glomus sp, dibandingkan dengan perlakuan m0 kontrol, tetapi perlakuan m2
Gigaspora sp menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap m0 kontrol. Hasil
uji lanjut Duncan perlakuan BFN menunjukkan pengaruh beda tidak nyata untuk variabel jumlah nodul dan jumlah nodul efektif pada ke-empat tanaman uji.
Sedangkan hasil uji lanjut Duncan interaksi perlakuan FMA dan BFN pada
tanaman L. leucocephala terhadap variabel jumlah nodul efektif yang menunjukkan pengaruh beda sangat nyata adalah perlakuan m1b0 Glomus sp x
kontrol, serta perlakuan m1b1 Glomus sp x Shinorhizobium sp dan perlakuan m1b1 Glomus sp x Rhizobium sp menunjukkan berbeda nyata
Lampiran 6. Pada tanaman L. leucocephala terlihat bahwa inokulasi rhizobium akan lebih
efektif membentuk bintil akar tanaman apabila bersamaan dengan inokulasi mikoriza jenis Glomus sp. Sedangkan interaksi perlakuan FMA dan BFN pada
tanaman E. cyclocarpum, P. falcataria dan C. calothyrsus menunjukkan pengaruh beda tidak nyata.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semua tanaman uji mampu membentuk bintil akar nodul dengan jumlah yang bervariasi. Tumbuhan legum
yang berhasil membentuk bintil akar, akan membantu meningkatkan pertumbuhan tanaman tersebut secara lebih baik. Penambahan nitrogen terjadi
dekat pusat bintil - bintil akar. Dalam interaksi ini, sel rhizobium berbentuk bakteroid. Pada bagian tengah bintil akar yang mengandung bakteroid terdapat
pigmen merah yang disebut leghemoglobin, hal ini ditemukan pada bintil akar nodul yang efektif. Enzim nitrogenase yang dibentuk oleh bakteroid dan
leghemoglobin merupakan dua komponen yang terlibat dalam proses penambatan N
2
Anas 1989. Tumbuhan legum menyediakan karbohidrat untuk bakteri sebagai bahan
bakar Suseno 1974: Nyakpa et al. 1988: Anas 1989. Menurut Anas 1989 elektron yang dihasilkan digunakan oleh bakteri untuk mereduksi nitrogen
menjadi ion - ion amonium. Amonium diubah menjadi senyawa - senyawa nitrogen yang kemudian menyebar pada sel - sel sekitarnya dan diangkat ke
bagian - bagian lainnya. Dengan demikian tanaman beruntung mendapatkan nitrogen yang disediakan oleh bakteri, sedang bakteri memperoleh karbohidrat
dan mungkin beberapa senyawa lainnya dari tanaman. Menurut Sarief 1985 nitrogen yang dikumpulkan pada bintil akar itu
dipergunakan untuk: 1 dimanfaatkan langsung oleh tanaman itu sendiri, 2 dapat dikeluarkan langsung oleh bintil akar tersebut untuk dimanfaatkan oleh
tanaman lain atau dijerap oleh kompleks liat humus, 3 apabila tanaman legum tersebut dibenamkan kedalam tanah maka lambat laun nitrogen seluruhnya terikat
pada tanah.
Simbiosis diantara tanaman legum dan rhizobium mempunyai spesifitas tertentu artinya bakteri rhizobium yang dapat dipisahkan dari bintil akar tanaman
A belum tentu berhasil membentuk bintil pada tanaman B secara efektif, juga sebaliknya Nyakpa et al. 1988 : Setiadi 1986 : Anas 1989.
Faktor lingkungan seperti suhu, PH, unsur - unsur dan senyawa kimia tertentu pada umumnya mempengaruhi ketahanan hidup rhizobium. Musuh
alaminya berupa parasit pada bakteri. Berkurangnya populasi rhizobium dalam tanah selain dipengaruhi oleh faktor fisik, kimia dan biologi tanah, juga
ditentukan oleh sifat - sifat genetiknya Anas 1989.
4.2.9. Persentase koloni FMA