48
Proses tersebut di atas merupakan proses overlay dengan metode union
atau penggabungan yang dilakukan secara berjenjang atau bertahap dan hasil akhirnya adalah setiap lokasi memiliki nilai tertentu berdasarkan faktor analisis
dalam tipologi tersebut. Setelah proses overlay, dapat dilakukan penggolongan
yang lebih sederhana dengan menggabungkan nilai-nilai di atas dalam kisaran tertentu. Proses tersebut dilakukan dengan merujuk pada hasil penelitian
kualitatif, sehingga aspek sosial pada masing-masing tipologi permukiman dijadikan masukan dan terjadi pemahaman yang baik tentang kondisi di
lapangan.
3.4. Kajian Persepsi, Sikap, Perilaku dan Partisipasi Masyarakat 3.4.1. Penelitian Kuantitatif
Pendekatan kuantitatif dalam metode penelitian pertama kali dikembangkan oleh Descartes dengan istilah pendekatan deduktif. Pendekatan
tersebut kemudian dikembangkan oleh Comte 1896 yang kemudian dikenal dengan “pendekatan positivisme”. Pendekatan kuantitatif bermula dari studi
tentang ilmu-ilmu alam natural sciences yang mengharuskan semua kajian
penelitian diukur dengan angka-angka kuantitatif secara ontologis dan diletakkan pada tatanan realisme Basrowi dan Sukidin, 2002. Sparringa 2000
menyatakan bahwa semangat utama positivisme adalah memetakan pola-pola dan kecenderungan umum tentang bagaimana struktur sosial yang ada
menghasilkan disposisi dan perilaku individu yang berbeda. Produk akhir dari upaya intelektual tersebut adalah ditemukannya dalil-dalil umum sebagai upaya
generalisasi atas fakta-fakta empirik dari berbagai pengamatan yang terukur Basrowi dan Sukidin, 2002.
Analisis statistik merupakan salah satu alat yang digunakan dalam penelitian kuantitatif. Salah satu faktor terpenting dalam analisis statistik adalah
pemilihan metode statistik yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitian. Saat ini, cukup banyak
software yang tersedia, mulai dari Genstat, Minitab, Statistica, Systat, Stat-200 sampai Lisrel 8.3. Meskipun demikian, satu
hal yang perlu disadari adalah bahwa analisis statistik hanya suatu alat saja, tidak lebih dari itu. Analisis statistik dapat mengungkapkan kebenaran dari
49
serangkaian data, tetapi pemahaman, pengalaman, intuisi dan penalaran tetap menjadi kekuatan peneliti Greenfield, 2002.
Dalam pendekatan kuantitatif melalui metode survei, pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan responden berdasarkan
instrumen yang telah disediakan, yaitu berupa kuesioner. Pendekatan kuantitatif tersebut digunakan dalam studi tentang persepsi, sikap dan perilaku masyarakat
terhadap sampah dan pengelolaan sampah permukiman, yang dilakukan di wilayah Jakarta Timur.
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Duren Sawit, Kecamatan Kramat Jati dan Kecamatan Pasar
Rebo, kemudian pada masing-masing kecamatan dipilih secara sengaja satu kelurahan, sehingga seluruhnya menjadi tiga kelurahan. Pemilihan sampel
responden dilakukan dengan teknik Stratified Random Sampling, yaitu teknik
pengambilan sampel secara proporsional berdasarkan strata yang ditentukan,
yaitu wilayah administratif pada lokasi penelitian. Penentuan jumlah sampel responden yang diambil dari populasi Kepala Keluarga KK, dilakukan
berdasarkan SK SNI 19-3964-1994 Dinas Kebersihan DKI Jakarta, 2005 sebagai berikut,
S = Cd √ P
Dimana : Cd = Koefisien untuk Kota Metropolitan = 1
P = Populasi Jiwa di lokasi penelitian Berdasarkan data Monografi Kelurahan tahun 2005, jumlah penduduk di
Kelurahan Pondok Kelapa Kecamatan Duren Sawit adalah 47.853 jiwa, dengan jumlah KK 12.867 KK dan rata-rata jumlah jiwaKK 3,80 BPS Provinsi DKI
Jakarta, 2005, maka berdasarkan rumus di atas, jumlah sampel responden adalah sebagai berikut,
S = 1
√ 47.853 = 218,75 jiwa
Apabila rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga sebesar 3,80 maka jumlah sampel KK pada kelurahan tersebut adalah sebagai berikut,
218,753,80 =
57,6 KK ~ 58 KK
Apabila dilakukan hal yang sama untuk dua kelurahan lainnya, maka proporsi sampel responden pada ketiga kelurahan dapat dilihat pada Tabel 11 sebagai
berikut,
50
Tabel 11. Struktur Pengambilan Sampel Responden
No. Unit Contoh Responden
Jumlah Responden KK
1. Kelurahan Pondok Kelapa
Kecamatan Duren Sawit 58
2. Kelurahan Kramat Jati
Kecamatan Kramat Jati 55
3. Kelurahan Cibubur
Kecamatan Ciracas 57
Total 170
Responden ditentukan secara acak, yang jumlahnya dihitung secara proporsional berdasarkan jumlah KK pada setiap RW sebab unit terkecil
penelitian adalah RW. Data yang dihimpun melalui survei wawancara kuesioner ditabulasikan dan dianalisis secara deskriptif, serta sebagian data
lainnya dianalisis dengan Path Analysis. Meskipun pada prinsipnya analisis jalur
path analysis merupakan rangkaian analisis regresi berganda, tetapi pada analisis regresi berganda tidak diuji hubungan sebab akibat yang diasumsikan
antar variabel. Kelebihan analisis jalur path analysis adalah memungkinkan
peneliti menguji kausalitas antar variabel Walsh, 1990. Analisis jalur path
analysis adalah alat analisis statistik untuk menguji eksistensi variabel antara terhadap hubungan antara variabel
X dan Y. Dalam analisis jalur, pertama kali yang dilakukan adalah mencari pengaruh
X
1
dan X
2
terhadap X
3
. Kedua, mencari pengaruh
X
1
, X
2
, dan X
3
terhadap Y. Ketiga, membandingkan koefisien
jalur path dari variabel X
1
dan X
2
terhadap Y, X
1
dan X
2
terhadap X
3
dan X
3
terhadap Y. Apabila koefisien jalur path X
1
dan X
2
terhadap X
3
lebih besar dari koefisien
X
3
terhadap Y, maka X
3
bukan sebagai variabel antara. Namun apabila koefisien jalur
X
1
dan X
2
terhadap X
3
lebih kecil dari koefisien X
3
terhadap Y,
maka X
3
sebagai variabel antara, artinya bahwa perubahan pada variabel Y juga
dipengaruhi oleh variabel X
3
Bungin, 2005. Alasan-alasan penggunaan analisis jalur atau
path analysis adalah : 1 apabila data yang akan dianalisis adalah skala interval atau rasio dan data
ordinal. 2 Plot-plot dari distribusi nilai variabel-variabel membentuk garis lurus. 3 Ada kesamaan varian yaitu distribusi nilai dari variabel-variabel di sepanjang
garis lurus mempunyai jarak yang kira-kira sama, 4 Persebaran nilai dari variabel-variabel apabila digambarkan akan membentuk grafik normal Bungin,
51
2005. Sebagian data yang dianalisis dengan Path Analysis diperlihatkan pada
Gambar 6 berikut,
X
1
: Persepsi
X
2
: Sikap X
1.1
: Aksesibilitas terhadap informasi X
2.1
: NormaKeyakinan X
1.2
: Pendapatan
X
2.2
: StatusPeranan Sosial X
1.3
: Pendidikan
X
3
: PerilakuTindakan X
1.4
: Pengetahuan Y
: Partisipasi X
1.5
: Pengalaman X
1.6
: Lingkungan Sosial Gambar 6. Jalur antar Variabel dalam Penelitian Perilaku dan Partisipasi
Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Permukiman di Kotamadya Jakarta Timur
Prasyarat partisipasi adalah adanya kesempatan, kemauan dan kemampuan. Persepsi akan memperlihatkan seberapa jauh seseorang melihat
kesempatan, sikap akan menggambarkan kemauan seseorang dan kemampuan seseorang digambarkan melalui perilaku Sumardjo, 1988. Ketiga faktor yang
mempengaruhi partisipasi tersebut dikaji melalui metode kuantitatif dengan teknik
Path Analysis. Pemilihan daerah sampel ditentukan berdasarkan hasil tipologi permukiman secara proporsional, sehingga dapat merepresentasikan
masing-masing tipologi tersebut. Data kemudian dianalisis dengan Path analysis
yang merupakan bagian dari Structural Equational Model SEM dengan
menggunakan software Lisrel 8.3 Loehlin, 2004.
X
1
X
2
X
3
Y
X
1.2
X
1.3
X
1.4
X
2.1
X
1.5
X
2.2
X
1.6
X
1.1
52
3.4.2. Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-
prosedur statistik atau dengan cara kuantifikasi lainnya. Miles dan Huberman 1994 menyatakan bahwa penelitian kualitatif berusaha mengungkapkan
berbagai keunikan yang terdapat dalam individu, kelompok, masyarakat dan atau organisasi dalam kehidupan sehari-hari secara menyeluruh, rinci, dalam
dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penggunaan penelitian kualitatif didasarkan atas dua pertimbangan, yaitu karakterisitik masalah yang
akan diteliti mengharuskan untuk menggunakan pendekatan kualitatif, dan penelitian bertujuan untuk memahami apa yang tersembunyi di balik suatu
fenomena Basrowi dan Sukidin, 2002. Pendekatan kualitatif merupakan salah satu ciri postmodernisme yang
tidak terikat dengan aturan konvensional dalam penelitian seperti validitas, reliabilitas dan generalisasi. Salah satu argumennya adalah bahwa representasi
yang otentik dari setiap fenomena merupakan hal yang mustahil dan tidak dapat digeneralisasikan Harris
et al., 1995. Pendekatan kualitatif sangat bermanfaat untuk menggali fenomena perubahan sosial yang kompleks dalam masyarakat.
Salah satu pendekatan kualitatif adalah Etnografi, yaitu suatu pendekatan
metodologis dalam disiplin antropologi, yang menampilkan atau mengungkap situasi dan relasi-relasi budaya dalam suatu komunitas. Secara konseptual
Hammersley dan Atkinson 1996 menyebutkan bahwa terdapat dua jenis pendekatan etnografi, yaitu Etnografi Reflektif
Self-reflective Ethnographic approach, dan Etnografi Dekonstruktif Deconstructive Ethnography.
Etnografi reflektif menekankan pada upaya pemahaman masalah- masalah kultur dengan mengedepankan interpretasi kreatif peneliti. Dengan
pendekatan tersebut pembaca dan peneliti etnografer sama-sama mengembangkan pengetahuan dan asumsi-asumsi serta interpretasi
hermeneutik terhadap objek pengetahuan atau orang-orang yang dipelajari. Pemahaman terhadap sebuah segmen komunitas digambarkan secara detail di
lapangan melalui interpretasi-interpretasi menyeluruh, baik secara intelektual kognitif, maupun psikologis emosional. Dengan demikian pembaca dipacu
untuk memahami proses hermeneutik terhadap hasil karya identifikasi etnografer. Hal ini mengandaikan adanya kolusi antara pembaca dan etnografer
53
untuk memisahkan orang-orang yang dikaji tersebut sebagai subyek pengetahuan, karena pengetahuan itu sendiri pada dasarnya adalah apa yang
telah dicapai oleh etnografer. Pada etnografi dekonstruktif, penekanannya adalah pada upaya memahami masalah-masalah kultur manusia dengan tidak
melakukan penjelasan interpretasi. Pendekatan tersebut menolak pendekatan kolutif etnografer dan pembaca untuk memisahkan obyek pengetahuan.
Etnografi Dekonstruktif menempatkan teori-teori dekonstruktif tanpa interpretasi dalam menampilkan penulisan etnografinya. Pengetahuan diasumsikan
bersumber dari orang-orang yang diwawancara, bukan dari etnografer Spradley, 1997.
Dalam pendekatan kualitatif, pengumpulan data dilakukan pertama-tama
dengan menggunakan teknik observasi pengamatan. Observasi adalah pencermatan langsung secara visual terhadap kondisi obyek yang diteliti.
Observasi dilakukan setelah mencermati data sekunder serta memperoleh masukan dari berbagai narasumber, dengan melakukan pengamatan terhadap
suatu keadaan, suasana, peristiwa dan atau tingkah laku masyarakat. Menurut Guba dan Lincoln 1981, ada beberapa alasan mengapa dalam penelitian
kualitatif, pengamatan dimanfaatkan sebesar-besarnya, yaitu 1 teknik pengamatan memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat
perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya; 2 pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang
sebenarnya daripada pengetahuan yang diperoleh dari data sekunder dan 3 dalam kasus-kasus tertentu di mana teknik komunikasi lain tidak dimungkinkan,
pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat Qomari et al., 2004.
Pelaksanaan penelitian etnografi kualitatif dilakukan untuk mendukung data kuantitatif pada penelitian survei, dengan menekankan pada telaah tentang
faktor penghambat dan pendorong dalam menumbuhkan partisipasi masyarakat dan pola partisipasi yang dapat dikembangkan pada setiap tipologi permukiman.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik observasi-partisipasi dan wawancara mendalam
in-depth interview yang bersifat terbuka berdasarkan pedoman wawancara. Wawancara dilakukan dengan informan kunci terpercaya,
yang kemudian merekomendasikan informan lainnya. Proses bola salju Snow-
ball Sampling tersebut berlangsung terus sampai peneliti memperoleh data yang cukup, sesuai dengan kebutuhan untuk mendukung penelitian kuantitatif.
54
Pada penelitian kualitatif tersebut, pengumpulan data dilakukan pertama- tama dengan menggunakan teknik observasi pengamatan. Selain observasi,
pengumpulan data lapang dilakukan melalui teknik wawancara mendalam. Wawancara dilakukan dengan beberapa informan kunci yang dipandang
menguasai masalah informasi. Wawancara dilakukan secara intensif berdasarkan instrumen berupa “Pedoman Wawancara”. Penelitian dilakukan di
lokasi yang sama dengan penelitian kuantitatif, yaitu di wilayah Jakarta Timur. Untuk perbandingan stratifikasi masyarakat kelas bawah, dilakukan studi kasus
dengan pendekatan kualitatif di sebagian wilayah RW 01 Kelurahan Pondok Kelapa, RW 04 Kelurahan Kramat Jati dan RW 02 Kelurahan Cibubur
Wirutomo, 2004. Selain itu, untuk mengkaji partisipasi masyarakat dalam program yang telah berjalan selama ini, dilakukan studi kasus di Kampung
Banjarsari, Kelurahan Cilandak Barat-Jakarta Selatan dan Rawa Jati, Pancoran- Jakarta Selatan
bottom-up planning serta proyek percontohan sistem pengelolaan sampah terpadu berbasis
zero waste di Kelurahan Rawasari- Jakarta Pusat
top-down planning.
3.5. Perumusan Pola Partisipasi, Strategi dan Mekanisme Perencanaan Sosial Partisipatif dalam Pengelolaan Sampah Permukiman
Hasil penelitian tipologi permukiman serta persepsi, sikap, perilaku dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah permukiman merupakan
data yang mendasari kajian tipologi partisipasi dan tipologi otoritas. Tipologi partisipasi disusun berdasarkan data kuantitatif yang dihubungkan dengan
tipologi permukiman yang telah tersusun. Penentuan tipe partisipasi didasarkan pada karakteristik tipe keterlibatan yaitu moral, kalkulatif dan alienatif dengan
tiga tipe pelancaran pengaruhnya, yaitu normatif, remuneratif dan koersif Etzioni, 1964.
Kajian tipologi otoritas dilakukan secara kualitatif dengan melihat aspek fungsional dari pemerintah daerah dan aspek kekuatan institusi pemerintah
daerah dalam pengelolaan sampah permukiman. Selanjutnya, penyusunan strategi dan mekanisme perencanaan sosial dalam pengelolaan sampah
permukiman di Kotamadya Jakarta Timur dilakukan melalui analisis dan sintesis secara kualitatif dengan mempertimbangkan aspek-aspek berikut :
55
1. Interaksi sosial antar warga dalam kawasan permukiman 2. Jenis kontribusi warga saat ini dalam pengelolaan sampah permukiman
3. Peran agent of change
4. Kelembagaan dalam masyarakat 5. Peluang kemitraan baik dengan berbagai pihak dan atau pemberdayaan
melalui program Corporate Social Responsibility CSR
6. Jenis partisipasi dalam setiap tahap mulai dari perencanaanpengambilan keputusan, implementasi, monitoring dan evaluasi sampai dengan partisipasi
dalam menikmati hasilmanfaat dari program tersebut. Tahap analisis dan sintesiis tersebut disusun dengan merujuk pada hasil
penelitian, wawancara pakar serta sumber-sumber lainnya. Klasifikasi pakar ditentukan berdasarkan kategori sebagai berikut,
• Dari kalangan akademisi pada Perguruan Tinggi di Indonesia. • Dari kalangan Birokrat, yaitu para pejabat di lingkungan Dinas Kebersihan
Provinsi DKI Jakarta. • Dari kalangan Praktisi dan Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, seperti dari
Asosiasi Persampahan Indonesia, Pusat Industri Daur Ulang Sampah PIDUS dan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Walhi.
Pada perumusan strategi dan mekanisme perencanaan sosial partisipatif dalam pengelolaan sampah permukiman berbasis masyarakat di DKI Jakarta,
yang digunakan sebagai rujukan adalah metode SWAP Solid Waste
Achievement Program yang telah dimodifikasi untuk penyusunan mekanisme perencanaan sosial partisipatif dalam pengelolaan sampah di permukiman.
Metode tersebut pertama kali dikembangkan oleh Morrissey pada tahun 2004 di Irlandia, dan sesuai dengan kebutuhan, dilakukan modifikasi sehingga tahap-
tahap pada metode tersebut disusun sebagai berikut, 1. Penentuan tujuan dan elemen-elemen penting dalam program pengelolaan
sampah permukiman berbasis masyarakat dengan merujuk pada analisis kedua hasil penelitian terdahulu. Untuk menjaring opini
stakeholders sebagai pakar, dilakukan survei pakar atau
expert survey. Hasil wawancara akan menjadi bahan untuk merumuskan sejumlah strategi partisipasi dalam
pengelolaan sampah permukiman berbasis masyarakat di DKI Jakarta. 2. Pembangkitan
generating sejumlah strategi partisipasi untuk setiap pola partisipasi dan tipe otoritas yang ditetapkan dalam tahap sebelumnya,
melalui wawancara pakar. Rujukan untuk wawancara pakar adalah tipologi
56
permukiman yang telah tersusun serta hasil penentuan tujuan dan elemen- elemen penting dalam pengelolaan sampah permukiman berbasis
masyarakat pada tahap sebelumnya. 3. Pemilihan strategi dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang
terbaik untuk setiap tipe permukiman. 4. Penyusunan mekanisme perencanaan partisipatif dari seluruh strategi
partisipasi yang telah disusun untuk setiap tipe partisipasi dan tipe permukiman tersebut.
Secara umum, keseluruhan tahapan dalam penelitian diperlihatkan pada Gambar 7.
Gambar 7. Tahapan Penelitian Perencanaan Sosial Partisipatif dalam Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis Masyarakat
KajianTipologi Permukiman berkaitan dengan Pengelolaan Sampah
Permukiman
Metode SWAP Kualitatif
yang telah
dimodifikasi
Pemilihan strategi partisipasi masyarakat yang paling sesuai
untuk setiap tipe permukiman
Penyusunan Mekanisme Perencanaan Sosial Partisipatif untuk setiap tipe
permukiman Tipologi Partisipasi Masyarakat
pada Setiap Tipe Permukiman Kajian Persepsi, Sikap,
PerilakuTindakan dan Pola Partisipasi Masyarakat
Pembangkitan Generating sejumlah strategi partisipasi masyarakat sesuai dengan tipologi
Penentuan arah kebijakan otoritas, tujuan dan elemen-elemen penting dalam program
pengelolaan sampah permukiman berbasis masyarakat
Analisis Spasial dan
AHP
Metode Kuantitatif
57
3.6. Organisasi Penulisan
Sistematika penulisan disertasi terdiri atas enam bab sebagai berikut, Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, Gambaran Umum Wilayah
Penelitian, Hasil dan Pembahasan yang terdiri atas tiga kajian yaitu : 1 Kajian Tipologi Permukiman, 2 Kajian Persepsi, Sikap, Perilaku dan Partisipasi
Masyarakat, 3 Perumusan Pola Partisipasi, serta 4 Strategi dan Mekanisme Perencanaan Sosial Partisipatif dalam Pengelolaan Sampah Permukiman dan
bab terakhir adalah Kesimpulan dan Saran. Secara garis besar, penjelasan isi setiap bab tersebut adalah sebagai berikut,
Bab Pendahuluan membahas tentang latar belakang problema lingkungan kondisi pengelolaan sampah di perkotaan, khususnya sampah
permukiman di DKI Jakarta. Pada latar belakang tercermin kompleksitas kondisi persampahan di DKI Jakarta dan tingkat urgensi untuk menemukan alternatif
sistem pengelolaannya. Dari sini kemudian dirumuskan permasalahan spesifik yang perlu dikaji, disertai dengan tujuan, kegunaan dan ruang lingkup kajian.
Untuk merumuskan kajian secara rinci, disusun kerangka konseptual penelitian berdasarkan hasil studi kepustakaan. Sumber kepustakaan yang
penting dalam penyusunan bab tersebut berasal dari data-data BPS Provinsi DKI Jakarta dan Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta. Selain itu, beberapa
hasil penelitian dan pustaka berupa buku, artikel dan karya ilmiah digunakan dalam mendukung perumusan masalah dan kerangka konseptual penelitian.
Bab Tinjauan Pustaka meliputi pemaparan hasil penelusuran melalui pustaka yang mendukung berbagai aspek dalam kajian secara lebih lengkap.
Bab tersebut terdiri atas topik kajian, yaitu yang berkaitan dengan Kerangka Teoretik dan yang berkaitan dengan kenyataan empiris di lapangan, baik data
DKI Jakarta, nasional maupun internasional. Kerangka teoretik terutama dimunculkan teori yang relevan dengan aspek perencanaan sosial dan
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah permukiman. Bab Metode Penelitian membahas secara lebih rinci berbagai hal yang
berkaitan dengan metode dan pelaksanaan penelitian, mulai dari pemilihan lokasi penelitian, waktu penelitian, metode pengumpulan dan analisis data,
sampai dengan metode perumusan mekanisme perencanaan sosial partisipatif dalam pengelolaan sampah permukiman di DKI Jakarta. Penelitian tersebut
diharapkan dapat mengkaji realitas sosial dalam pengelolaan sampah
58
permukiman saat ini dan tipologi kawasan permukiman untuk kemudian menjadi titik tolak dalam penyusunan perencanaan sosial partisipatif dalam pengelolaan
sampah permukiman berbasis masyarakat di DKI Jakarta. Oleh karena itu, metode penelitian dilakukan dengan empat pendekatan, yaitu analisis spasial,
pendekatan kualitatif dan kuantitatif serta pendekatan Multicriteria Decision
Analysis. Bab Gambaran Umum Wilayah Penelitian membahas beberapa aspek
yang berkaitan dengan penelitian, yang menjadi karakteristik dari wilayah penelitian. Aspek-aspek kependudukan demografi dan sistem pengelolaan
sampah yang berjalan saat ini, merupakan bagian dari pembahasan dalam bab tersebut. Melalui kajian wilayah penelitian yang mencukupi, diharapkan dapat
menjadi dasar dalam pembahasan yang lebih rinci dalam bab berikutnya terkait dengan hasil penelitian.
Dalam Bab Hasil dan Pembahasan, terdapat Sub bab Kajian Tipologi Permukiman yang memaparkan hasil pengumpulan dan analisis data spasial
sampai terbentuk tipologi permukiman pada setiap wilayah yang diteliti, disertai dengan pembahasan beberapa aspek yang memerlukan penjelasan atau
argumentasi lebih rinci. Hasil kajian berupa peta tematik tipologi kawasan permukiman berdasarkan pada karakteristik wilayah permukiman yang memiliki
keterkaitan erat dengan sistem pengelolaan sampah permukiman itu sendiri. Sub bab Kajian Persepsi, Sikap, Perilaku dan Partisipasi Masyarakat
memaparkan hasil penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Hasil kajian tersebut menggambarkan realitas sosial masyarakat perkotaan di DKI
Jakarta terhadap sampah dan pengelolaan sampah permukiman, termasuk studi kasus pola partisipasi pada program yang telah berjalan. Kajian tersebut juga
memberikan pembahasan yang rinci terhadap argumen pendekatan pola partisipasi masyarakat yang ditetapkan sejalan dengan tipologi permukiman.
Keberhasilan suatu program tidak terlepas dari partisipasi dan dukungan publik terhadap program tersebut. Oleh karena itu, mekanisme perencanaan
partisipatif perlu dirumuskan untuk mengoptimalkan peran publik dalam program pengelolaan sampah permukiman berbasis masyarakat tersebut. Seluruh
tahapan penelitian terdahulu disusun logikanya, sehingga menjadi suatu rangkaian yang saling melengkapi, kemudian dilakukan analisis dan sintesis,
sehingga dapat dihasilkan rekomendasi mekanisme perencanaan sosial
59
partisipatif dalam pengelolaan sampah permukiman berbasis masyarakat di Kotamadya Jakarta Timur.
Bab Kesimpulan dan Saran terdiri atas sub bab Kesimpulan yang merupakan inti dari penelitian yang dapat menjawab tujuan penelitian tersebut.
Di samping sub bab Kesimpulan, terdapat sub bab Saran yang merupakan hasil perumusan beberapa aspek penting dari hasil penelitian yang dapat menjadi
masukan bagi instansi atau lembaga terkait. Di samping itu, sub bab Saran juga memuat masukan untuk perbaikan atau pengkayaan metodologi penelitian
serupa.
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN