12
1.4. Perumusan Masalah
Keragaman persepsi dan perilaku masyarakat perkotaan dalam pengelolaan sampah permukiman memerlukan implementasi pola partisipasi
yang berbeda, sehingga melalui pendekatan yang sesuai dengan karakteristik masyarakat, diharapkan program pengelolaan sampah permukiman berbasis
masyarakat dapat berhasil Chu et al., 2004. Tanpa mengabaikan pentingnya pendekatan yang berbeda-beda pada setiap kelompok masyarakat di perkotaan
yang beragam, keragaman tersebut dicoba untuk dapat dikelompokkan melalui pendekatan tipologi permukiman. Oleh karena itu, untuk menerapkan suatu pola
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah permukiman pada berbagai tipe kawasan permukiman, dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana susunan karakteristik kawasan permukiman di perkotaan berdasarkan faktor-faktor yang relevan dalam membentuk tipologi
permukiman di Kotamadya Jakarta Timur. 2. Bagaimana perilaku dan pola partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
sampah pada setiap karakteristik permukiman di Kotamadya Jakarta Timur. 3. Bagaimana strategi dan mekanisme perencanaan sosial partisipatif yang
efektif bagi pengelolaan sampah permukiman berbasis masyarakat di
Kotamadya Jakarta Timur.
1.5. Hipotesis Penelitian
1. Manusia dengan lingkungan fisiknya, dalam hal ini lingkungan tempat tinggalnya, membentuk suatu lingkungan sosial budaya tertentu termasuk
dalam perilaku terhadap sampah dan pengelolaan sampah permukiman. Selain faktor lingkungan fisik, faktor lain yang dominan adalah latar belakang
masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya, antara lain lapisan sosial dan tingkat pendidikan. Keseluruhan faktor tersebut akan membentuk suatu
tipologi tertentu yang menjadi ciri atau karakter pada masing-masing permukiman.
2. Pada kawasan permukiman lapisan atas, interaksi sosial relatif rendah dengan ciri bangunan fisik yang eksklusif dan lebih individualistik, sedangkan
pada kawasan permukiman lapisan bawah interaksi sosial sangat tinggi
13
dengan ciri bangunan yang padat, terbuka dan memiliki kebersamaan yang tinggi karena adanya perasaan senasib. Pada kawasan permukiman yang
merupakan kombinasi lapisan menengah-bawah, maka golongan bawah menjadi penghubung interaksi sosial yang terjadi. Interaksi sosial tersebut
merupakan faktor yang paling mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah permukiman.
3. Pengelolaan sampah permukiman memerlukan dukungan partisipasi masyarakat. Oleh sebab itu, partisipasi masyarakat harus menjadi
mainstream dalam kebijakan pengelolaan sampah. Pengembangan partisipasi masyarakat melalui pendekatan tipologi dapat meningkatkan
penerimaan masyarakat social acceptability terhadap program pengelolaan sampah permukiman berbasis masyarakat.
1.6. Novelty