115
CD, dapat dilakukan perusahaan-perusahaan atas dasar sikap dan pandangan yang umumnya telah ada inheren dalam dirinya, yaitu sikap dan pandangan
filantropis kedermaan. Perusahaan umumnya memiliki sikap tersebut yang didasarkan atas dua motif sekaligus, yakni altruisme dan self interest Achda,
2006. Melalui CSR, pemerintah dan swasta dapat bergandeng tangan untuk
menjalankan pengelolaan sampah berbasis masyarakat di wilayah permukiman lapisan bawah, sekaligus sebagai upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Pemerintah perlu menjadikan pendekatan altruisme sifat mementingkan
kepentingan orang lain sebagai mainstream bagi perusahaan, sehingga mereka dapat berperan optimal dalam pengentasan kemiskinan dan peningkatan
kualitas lingkungan melalui pendekatan ekonomi dengan meengembangkan industri daur ulang sampah yang dimulai dari sumbernya. Jika kemitraan ini
terjalin baik, dapat dipastikan bahwa perusahaan dan masyarakat dapat berhubungan secara co-eksistensial, simbiosis-mutualistik dan kekeluargaan.
Hal tersebut terbukti dalam program CSR PT. Unilever Indonesia, Tbk melalui Yayasan Unilever Indonesia, yang menginisiasi dan mengembangkan program
pengelolaan sampah secara mandiri di perkotaan. Di DKI Jakarta, melalui program CSR dari PT. Unilever Indonesia, saat ini telah terbentuk wilayah
binaan di 264 RT yang berada di 30 kelurahan, dengan 1.200 orang kader. Apabila sebagian besar perusahaan mengambil peran dalam pengembangan
pengelolaan sampah berbasis masyarakat tersebut, maka akan terjadi percepatan yang signifikan dalam implementasinya di seluruh wilayah DKI
Jakarta. Meskipun upaya PT. Unilever Indonesia relatif besar, tetapi dengan jumlah kelurahan di DKI Jakarta yang mencapai 2.600 kelurahan, maka
perluasan gerakan mengelola sampah secara mandiri di permukiman akan berjalan lambat Yayasan Unilever Peduli, 2007. Secara garis besar,
perkembangan jumlah kader lingkungan dan wilayah binaan di tingkat RT dalam implementasi pengelolaan sampah melalui partisipasi masyarakat, diperlihatkan
pada Gambar 36 berikut,
116
70
Keterangan : Q
1,..4
06 : Kuartal 1,..4 tahun 2006 Q
1
07 : Kuartal 1 tahun 2007
Gambar 36. Perkembangan Jumlah Kader Lingkungan dan Jumlah RT sebagai Wilayah Binaan Program “Jakarta Green and Clean”
Selain Unilever, perusahaan lain yang mengambil peran dalam mengurangi jumlah sampah adalah perusahaan kosmetik The Body Shop
Indonesia. Pada awalnya perusahaan tersebut melaksanakan program isi ulang refill kemasan kosmetik, tetapi program tersebut tidak efektif karena hanya 3
pelanggan yang melakukan isi ulang. Signifikansi program isi ulang pun dinilai rendah terhadap pengurangan pencemaran lingkungan, sehingga pada tahun
2003 program tersebut dihentikan. Sejak tahun 2004 kemudian diluncurkan program daur ulang botol kemasan mereka dengan menyediakan tempat
sampah khusus di setiap gerai, dan pelanggan yang mengembalikan kemasan bekas dipersilahkan untuk membuang pada tempat sampah tersebut dengan
diberikan cindera mata dan penjelasan kampanye lingkungan lainnya. Sampai saat ini, setiap bulan The body Shop Indonesia mendaur ulang 50 kg botol
kemasan di samping kampanye lingkungan lainnya. Dalam skala internasional, melalui program daur ulang kemasan plastik PET Polyethilene Taraphlete,
setiap tahunnya perusahaan tersebut telah menghemat 70 ton bijih plastik murni melalui menggunaan 30 bahan kemasan berasal dari plastik daur ulang
Hutomo, 2006. Upaya yang dilakukan oleh perusahaan tersebut merupakan bagian dari extended producers responsibility EPR yang pada hakikatnya
dapat diatur melalui kebijakan pemerintah, tetapi saat ini program-program EPR
200 400
600 800
1000 1200
Or a
n g
Q1 06 Q2 06 Q3 06 Q4 06 Q1 07
Tahun
Jumlah Kader
50 100
150 200
250 300
RT
Q1 06 Q2 06 Q3 06 Q4 06 Q1 07
Tahun
Jumlah RT
70 120
17 250
1100 1200
27 200
46 260
117
masih bersifat voluntary dengan inisiatif yang berasal dari perusahaan itu sendiri.
5.5. Strategi Perencanaan Sosial dalam Pengelolaan Sampah Permukiman berbasis Masyarakat