PENGERTIAN HUKUM filsafat hukum filsafat

34 penghubung da ri tiap sudut garis lingkaran ke titik tengah lingkaran, dimana un tuk m encapai titik tengah filsuf melalui garis-garis radial yang merupakan j alur-ja lur thariqat . Sedangkan filsafat perennial dapat digambar kan sepe rti gelas kaca atau mutiara yang mendapat satu sinar dan kemu dian s inar i tu berpendar divergen menjadi beberapa sinar lain yang berw am a-wam i, dimana satu sinar te rsebut meng gam- barkan sinar Tuha n dan s inar yang be rwama-wami adal ah kea rifan tradisional yang a da pad a ma sing-masing agama. Tugas filosof disini adalah menelusuri sina r-sinar tersebut untuk mencapai satu sinar utama yakni sinar T uhan. Sufi me nggunakan k asyf intuis i untuk mencapai Realitas Mutlak sedang kan fil osof mas ih m engguna kan logika hermen eutik. Kasyf akan l ahir dan muncul dari saat kerja rasio dilakukan dengan membebaskan ras io dar i m ekan isme bendawi Burckha rdt, 1984: 127 - Hubungan reali tas b endawi dan ruhani bisa dipahami dalam model mutasi b enda k e e nergi idea , dimana cahaya energi adalah fungsi dan bisa mun cul dari suatu b enda fi sik yang digerakk an menyentuh partike l ud ara d engan kecepatan tertentu Mulkhan, 2004. Kasyf adalah sua tu b entuk k erja i ntelek a tau ra sio melalu i suatu mekanisme yang di sebut ol eh Suhr award i akti vitas Iiudlu ri Yazd i, 1994. Dengan dem ikian k asyfbukanlah metode yan g tiba-tib a mun cul tanpa kerja intelek, t etapi merupakan h asil dari kerj a int elek at au ras io itu sendiri. Dala m bahasa yang berbe da, k asyf adalah hasil e volusi- kontinu intele k a tau ra sio ketika men empatkan s eluruh tingkat peng e- tahuan tentang re alitas leb ih rendah yang di peroleh sebelurnnya dalam kesatuan sintetik baru Rahman , 2000 : 3 14-3 15. BABV ASPEK ONTOLOGI, NILAI ETlKA DAN LOGlKA DALAM HUKUM

A. PENGERTIAN HUKUM

Hakikat hukum dapat dijelaskan dengan cara member ikan suatu definisi tentang hukum. Sampai saat ini menurut Apeldoom sebaga i- mana dikutipnya dari Immanuel Kant , para ahli hukum masih mencari tentang apa definisi hukum Noch suchen die juristen eine Definition zu ihrem BegrifJe von Recht. Definisi tentang hukum yang dikemuka- kan para ahli hukum sangat beragam, bergantung dari sudut mana mereka melihatnya. Ahli hukum Belanda J . van Kan 1983 mendefi - nisikan hukum sebagai keseluruhan ketentuan-ketentuan kehidupan yang bersifat memaksa, yang melindungi kepentingan-kepentingan orang dalam masyarakat. Pendapat tersebut mirip dengan definisi dari Rudolf van Jhering yang menyat akan bahwa hukum adalah kese1uruh- an norma-norma yang memaksa yang berlaku dalam suatu negara. Hans Kelsen menyatakan hukum terdiri dari norma-norma bagaimana orang harus berperilaku. Pendapat ini didukung oleh ahli hukum Indo- nesia Wirjono Projodikoro 1992 yang menyatakan bahwa hukum adalah rangkaian peraturan mengenai tingkah laku orang-orang sebagai anggota suatu masyarakat, sedangkan satu-satunya tujuan dari hukum ialah menjamin keselamatan, kebahagiaan dan tata tertib masyarakat itu. Se1anjutnya O . Notohamidjojo 1975 berpendapat bahwa hukum adalah keseluruhan peraturan yang tertulis dan tidak tertulis yang biasanya bersifat memaksa untuk kelakuan manusia dalam masyarakat negara serta antar negara, yang berorientasi pada dua asas yaitu keadilan dan daya guna, demi tata tertib dan damai 36 da1am masyarakat. Definisi-definisi tersebut menggambarkan betapa luas sesung- guhnya hukum itu. Keluasan bidang hukum itu dilukiskan oleh Pumadi Purbaearaka dan Soerjono Soekanto 1986 dengan menyebut sembilan arti hukum. Menurut mereka hukum dapat diartikan sebagai: 1 ilmu pengetahuan, yaitu pengetahuan yang tersusun seeara siste- matis atas dasar kekuatan pemikiran; 2 disiplin, yaitu suatu sistem ajaran kenyataan atau gejala-gejala yang dihadapi; 3 norma , yaitu pedoman atau patokan sikap tindak atau perilakuan yang pantas atau diharapkan; 4 tata hukum, yaitu struktur dan proses perangkat nor- ma-norma hukum yang berlaku pada suatu waktu dan tempat tertentu serta berbentuk tertulis ; 5 petugas, yaitu pribadi -pribadi yang meru- pakan kalangan yang berhubungan dengan penegakan hukum Iaw- enforcement officer; 6 keputusan penguasa , yaitu hasil proses diskresi; 7 proses pemerintahan , yaitu proses hubungan timbal balik antara unsur-unsur pokok dari sistem kenegaraan; 8 sikap tindak- tanduk atau perikelakuan teratur, yaitu perikelakuan yang diulang- ulang dengan eara yang sama yang bertujuan untuk meneapai ke- damaian; dan 9 jalinan nilai-nilai, yaitu jalinan dari konscpsi- konsepsi abstrak tentang apa yang dianggap ba ik dan buruk. Dengan demikian apabila kita ingin mendefinisikan hukum seeara memuas- kan, kita harus dapat merumuskan suatu kalimat yang meliputi paling tidak sembilan arti hukum itu. Suatu pekerjaan yang tidak mudah Walaupun hukum dapat didefinisikan menurut sekian banyak pengertian , tetapi seeara umum hukum dipandang sebagai norma , yaitu norma yang mengandung nilai-nilai tertentu. Jika kita batasi hukum dalam pengertian sebagai norma, tidak lalu berarti hukum identik dengan norma. Norma adalah pedoman manusia dalam ber- tingkah laku. Dengan demikian, norma hukum hanyalah salah satu saja dari sekian banyak pedoman tingkah laku itu. Di luar norma hukum terdapat norma-norma lain. Purbaearaka dan Soekanto 1989 menyebutkan ada empat norma, yaitu I keper- eayaan; 2 kesusilaan; 3 sopan santun; dan 4 hukum. Tiga norma yang disebutkan dimuka dalam kenyataannya belum dapat mernberi- kan perlindungan yang memuaskan sehingga diperlukan norma yang 37 keempat, yaitu norma hukum. Menurut Sudikno Mertokusumo 1991 penyebabnya adalah: 1 masih ban yak kepentingan-kepentingan lain manusia yang memerlukan perlindungan, tetapi belum mendapat per- lindungan dari ketiga norma sosial tersebut; 2 kepentingan-kepen- tingan manusia yang telah mendapat perlindungan dari ketiga norma sosial tersebut belum eukup terlindungi , karena dalam hat terjadi pelanggaran, reaksi atau sanksinya dirasakan belum eukup memuas- kan. Sebagai eontoh , norma kepereayaan tidak memberikan sanksi yang dapat dirasakan seeara langsung didunia ini. Demikian pula jika norma kesusilaan dilanggar, hanya akan menimbulkan rasa malu atau p enyesalan bagi pelakunya , tetapi dengan tidak ditangkap dan diadili - nya pelaku tersebut, masyarakat mungkin akan merasa tidak aman. Perlindungan yang diberikan oleh norma hukum dikatakan lebih m emuaskan dibandingkan dengan norma-norma yang lain, tidak lain karcna pelaksanaan norma hukum dikatakan lebih memuaskan diban- d ingkan dengan norma-norma yang lain, tidak lain karena pelaksanaan norma hukum itu dapat dipaksakan. Apabila tidak dilaksanakan, pada prinsipnya akan dikenakan sanksi oleh penguasa. Di sini terlihat b etapa erat hubungan antara hukum dan kekuasaan itu. Kekuasaan yang dimiliki itupun terbatas sifatnya sehingga norma hukum yang ingin ditegakkannya pun memiliki daya jangkau yang terbatas. Kcndati demikian, bukan tidak mungkin terdapat nor- ma-norma hukum yang berlaku universal dan abadi tidak dibatasi oleh ruang dan waktu , yang oleh sebagian ahli hukum disebut dengan hukum kodrat atau hukum alam . Dari sini timbul hubungan yang erat antara hukum kodrat dengan hukum positif. Dari sekian banyak definisi yang ada, menurut Paul Seholten ada beberapa eiri-eiri hukum , sebagaimana dikutip oleh A. Gunawan Setiardja 1990: 79 -90 yaitu: 1. Hukum adalah aturan perbuatan manusia. Dengan demikian menurut ahli hukum, tatanan hukum adalah hukum positif yang dibuat oleh pemerintah dan pemerintah adalah sumber hukum 2. Hukum bukan hanya dalam keputusan, melainkan dalam 38 realisasinya . Menurut Prof. Padmo Wahyono, S.H., hukum yang berlaku dalam suatu negara mencerminkan perpaduan sikap dan pendapat pimpinan pemerintah dan masyarakat mengenai hukum tersebut. 3 . Hukum ini mewajibkan . Apabila hukum positif telah ditetapkan maka se tiap warga negara wajib untuk menaati hukum sesuai dengan undang-undang. 4. Institusionali hukum. Hukum positif merupakan hukum institu- sional dan melindungi masyarakat. 5. Dasar hukum . Setiap hukum mempunyai dasar, yaitu mewajib- kan dan mengharuskan. Pelaksanaannya dengan ideologi bangsa .

B. HUKUM DAN UNDANG-UNDANG NEGARA