Hukum Islam dan Keadilan

62 keseimbangan antara hubungan manusia dengan manusia, tetapi lebih jauh dari itu keseimbangan antara manusia den gan alam, dan manusia dengan Tuhan. Hukum Islam dikatakan m eny angkut seluruh aspek yang maujtid didasarkan pada asumsi bah wa ke seimbangan yang ada di seluruh alam adalah tata tertib hukum All ah S WT sunnatullah yang wajib diyakini kebenarannya. Dengan dasar pengertian di ata s, s unnatu llah menjadi penting untuk ditelaah, bagairnana bentuk kes eimbangan itu, hubungan bagai- man a yang dapat menjaga keseimbangan . M empelajari sunnatullah tak beda pentingnya dengan mempelajari hukum , karena sunnatullah sendiri adalah hukum. Akan tetapi, manu sia bagaimanapun tetap dibatasi oleh sifat insdniyyahtvye; sehingga banyak hal yang terkait dengan sunnatullah tidak mampu ditelaah , akhirnya ada sunnatullah yang tetap menjadi misteri sampai hari kiamat. Agar tujuan tersebut dapat tercapai , tentulah manusia harus patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang telah ditentukan oleh hukum itu. Lantas timbul pertanyaan , bagaimana agar orang Islam mau patuh terhadap hukum Islam, dan menjadikannya sebagai wa y of lif e. Kepatuhan seseorang terhadap hukum dipengaruhi oleh dua faktor. Perta 111 a , faktor internal, ya itu dorongan yang timbul dari dalam diri manusia itu sendiri. Kedua , faktor e kstern al, yaitu dorongan yang timbul sebab adanya pengaruh un sur dari luar diri manusia. Faktor internal yang mempenga ruhi kepatuhan seseorang terhadap hukum adalah jiwa orang itu se ndiri. P ertanyaan selanjutnya adalah bagaimana mengatur jiwa se seorang agar mau mematuhi hukum. Persoalan ini tentu tidak dap at dibicarakan oleh hukum itu sendiri, sebab hukum tidak mengatur p erbuatan orang secara batin jiwa dan fikiran, hukum hanya mengatur perbu atan secara lahir saja. Akan tetapi al-Quran mengatur perkembangan jiwa manusia, maka berarti al-Quran memberikan dasar supaya hukum dipatuhi oleh manusia berdasarkan kesadaran hukum dalam jiwanya. Kesan yang timbul se lama ini sepertinya ilmu hukum membiar- kan saja jiwa manusia berkembang apa adanya, tetapi di samping itu menuntut pula supaya dalam jiwa manusia ada kesadaran untuk me- matuhi hukum, mungkin kesan itu akibat r enaissance yang membuat 63 manusia mabuk oleh kemerdekaan formil , sehingga manusia berbuat dalam masyarakat d en gan ke be bas an penuh , tidak perIu diatur. . Akibatny a naf su men jadi ra ja ger ak langkah manusia yang mendapat kekuatan dari kekuasaan masyarak at. Apabil a hawa nafsu manusi a tidak diatur , maka yang timbul adalah kesewenang-w enangan, ya ng kua t m en indas yan g lemah akibatnya kesejaht eraan tidak ak an terwu jud. Oleh sebab itu h arus ada peraturan yang membawa hawa nafsu seseorang ke arah perkernbang- an yang po sitif, sehingga manusia m empunyai jiwa yang tidak lagi menindas pihak yang lemah hanya untuk memuaskan hawa nafsunya . Artinya penanaman jiwa kesadaran mematuhi hukum yang ada harus didahulukan sebelum dikenalkan pada hukum itu sendiri . Di samping unsur jiwa, faktor lain yang mempengaruhi kepa- tuhan seseorang terhadap hukum adalah faktor hukum dan akibat pelanggaran hukum itu sendiri. Dengan kata lain, unsur di luar diri manusia juga memerlukan perhatian seriu s. I-Iukum sebagai penyebab kepatuhan eksternal harus disosialisasikan ke dalam jiwa manusia, sehingga perternuan dua unsur kepatuhan hukum dapat melahirkan tindakan yang sesuai dengan kehendak hukum, sebab pelanggaran hukum mengakibatkan sanksi yang dengan k esadaran penuh berusaha untuk dihindari.

2. Hukum Islam dan Keadilan

Dalam pandangan filsafat , tujuan akhir hukum adalah keadilan. Kaitannya dengan hukum Islam , keadilan yang harus dicapai mesti mengacu pada pedoman pokok agama Islam, yaitu al-Quran dan Hadis. Artinya tujuan keadilan melalui jalur hukum harus berawal dari dua segi dan mengarah kepada keadilan dua segi pula. Dikatakan berawal dari dua segi karena p edoman Islam berupa al-Quran dan Hadis di satu segi harus mampu m enyatu dengan pedoman prinsip keadilan secara umum menurut pandangan manusia di lain segi . Tugas awal yang kemudian dihadapi adalah upaya formulasi al-Quran dan Hadis - khusu snya yang berkaitan dcngan hukum - agar mampu tampil sesuai dengan prinsip keadilan s ecara umum . Perpaduan dua 64 segi ini diharapkan menj ad i produk st an dar pand uan me ncari kea dilan lewat jalur hukum . Pada akhimya p edom an tersebut m amp u m enjadi standar hukum univer sal yang mampu tampil di m anapun d an k ap an- pun sesuai den gan fitrah diturunk annya Islam ke muka b umi. Maksud da ri muara ke adilan dua segi adala h tuju an a kh ir berupa keadilan y ang haru s dicap ai oleh sebuah siste m hu kum univ er - sal mesti berori entasi pada k eadil an t erhadap manusi a makhluk dan keadilan kep ada Allah kh a liq . Keadilan bagi manusia me ngarah p ad a berbagai defini si keadilan yan g bu kan tidak mung kin anta ra s atu masyarakat manu sia d en gan l ainnya bcrbeda dala m men gartikan keadilan hukum. Artin ya fl eksibelitas p rod uk keadi lan mutla k dip erlu - kan dalam het erogenitas manu sia d an lingku ngannya, sedangkan muara keadilan kep ada Allah ad alah produk hukum ya ng a da t etap menempatkan All ah s csuai d engan prop o rsi-N ya sebagai T uhan , d an kegiatan manu sia dal am upaya for mul asi tuj uan huk um be ru pa keadil - an juga tetap berada d alam koridor ib adah kepada-Nya. Pendapat sc maca m ini sejal an dengan u ng ka pa n F ri edmann, bahwa selama s tanda r p rin sip ke adil an tidak berpeg ang pad a a gama, maka pedoman itu tid ak a kan m encapa i titik ideal prinsip kea dilan. Padahal sebuah prin sip adal ah s tandar yang tidak p emah b erubah. Perubahan hanya a da pada t ataran o perasional yang me ng eliling inya. Pengertian hukum I slam y an g dcmikian l uas d engan b erb agai hal yang terk ait d engannya m enj ad i singkat dalam ungkapan MacDonald y an g menyebut hukum I sla m adalah t he scie nce o f a ll things , human and d evine Mac Don ald , 1 965: 6 6. Pandan gan MacDonald tersebut merupakan kri stal isa si d ari sis tem hukum Islam yang mampu m elihat pluralitas seba ga i r eal itas em p iris . Plural di sini bukan hanya manusia dalam bentuk hub u nga ll garis horizontal , tetapi plural yang menyan gkut hubungan ho r izontal dan vertikal. Isyarat keadilan hukum yan g dikehendaki Allah t ertuan g d alam firman-Nya: Hai oran g-orang yang b eriman, h endaklah kamu j adi oran g- orang yan g s elalu men egakkan kebcnaran kare na Allah, menjadi saksi den gan adil. Dan janganlah s ekali-kali k eb encianmu terhadap sesuatu kaum , m endorong kamu un tuk b erlaku tidak adil . Berlaku adillah, kar ena a dil itu lebih dekat ke pada takwa. D an bertakwalah 65 kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yan g kamu perbuat QS . Al Ma-idah: 8 . Ayat di atas turun berawal dari peristiwa yang men impa Numan Bin Basyir. Pada suatu ketika Nu man Bin Basy ir mendapat suatu pemberian dari ayahnya, kemudian Umi Umrata binti Rawahah berkata Aku tidak akan ridha sampai peristiwa ini disaksikan oleh Rasulullah. Persoalan itu kemudian dibawa ke hadapan Rasulullah SAW. untuk disaksikan . Rasul kemudian berkata Apakah semua anakmu mendapat pemberian yang sam a? J awab ayah Nu man Tidak. Rasul berkata lagi Takutlah e ng ka u kepada Allah dan b er - buat adillah engkau kepada anak-anakrnu . S ebagian perawi m enye- butkan , Sesungguhnya aku tidak mau m enj adi saksi dalam kecurang- an. Mendengar jawaban itu lantas ayah Numan pergi dan me m- batalkan pemberian kepada Nu man HR. Bukhari Muslim. Esensi ayat tersebut di atas adalah se man gat menegakkan ke- adilan kepada siapapun tanpa pandang bulu. Islam memiliki standar keadilan yang mutlak dengan penggabungan norma dasar Ilahi dengan prinsip dasar keadilan insani. Hukum dit erapkan kepada semua orang atas dasar persamaan , tidak dibedakan antara yang kaya dengan yang miskin , antara kulit hitam dengan kulit putih , antara penguasa dengan rakyat jelata. Keadilan hukum juga diterapkan dalam lapangan ke- seimbangan kescjahteraan imbalan atas jasa , dalam artian keseim- bangan antara hak dan kewajiban . Kehidupan majemuk dalam ma sya - rakat menuntut keadilan ditegakkan dengan cara setiap individu terpenuhi haknya , baik hak jasmani maupun hak rohani , material mau- pun spiritual. Setiap individu berhak untuk mengekploitasi kemarn- puan dan bakatnya bagi kepentingan pribadi dan masyarakatnya. Keadilan dalam Islam m erupakan pcrpaduan harmonis antara hukum dengan moralitas, Islam tidak bertujuan untuk menghancurkan kebebasan individu, tetapi mengontrol k eb ebasan itu demi keselarasan dan harmonisasi masyarakat yang terdiri dari individu itu sendiri . Hukum Islam memiliki peran dalam mendamaikan pribadi dengan kepentingan kolektif, bukan sebaliknya. individu diberi hak untuk mengembangkan hak pribadinya d engan syarat tidak mengganggu 66 kepentingan orang ban yak Syariat Islam adalah kode hukum dan kode moral sekaligus. Syariat Islam merupakan pola yang luas tentang tingkah laku manusia yang berasal dari otoritas kehendak Allah yang tertinggi, sehingga garis pemisah antara hukum dan moralitas sama sekali tidak bisa ditarik secara jelas seperti pada masyarakat Barat pada umumnya. Itulah sebabnya mengapa kepentingan dan signifikansi semacam ini melekat dalam pengambilan keputusan hukum dalam Islam Djamil, 1997:154. Dalam meletakkan aturan-aturan universal bagi perbuatan manusia, Allah menjadikan norma dan moralitas hukum sebagai landasannya Syah, ed., 1992: 163. Dengan adanya standar moral Islam itulah, maka lapangan pergeseran moral dalam Islam menjadi sangat sempit. Artinya, pergerakan ke arah keburukan selalu dihadang dari berbagai arah dengan standar aturan baik dan buruk menurut hukum Islam. Basyir 1984: 27-31 menganulir tujuan hukum Islam sebagai: Pertama, pendidikan pribadi, pendidikan pribadi dimaksudkan untuk menjadikan individu sebagai manusia yang berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakatnya. Dicontohkan, orang yang menjalankan puasa dididik pribadinya untuk menjadi orang yang mempunyai kepe- kaan sosial. Kedua, menegakkan keadilan, keadilan yang harus ditegakkan meliputi keadilan pribadi, keadilan hukum, keadilan sosial, dan keadilan dunia. Keadilan pribadi diartikan sebagai setiap individu berkewajiban untuk memenuhi standar kebutuhan pribadinya, baik yang menyangkut hak jasmaniah maupun ruhaniah. Hak jasmaniah menyangkut hak atas pangan, sandang, dan papan yang memenuhi standar kesehatan. Sedangkan hak ruhaniah meliputi pemenuhan kebutuhan pendidikan, kebutuhan akan ajaran agama agar dipenuhi sebagaimana mestinya. Keadilan hukum adalah keadilan setiap indi- vidu di depan hukum. Setiap individu mempunyai hak dan kewajiban yang sama di depan hukum. Sedangkan keadilan sosial berarti indi- vidu sebagai anggota masyarakat mempunyai hak dan kewajiban yang harus dipenuhi secara seimbang. Keadilan dunia merupakan keadilan hubungan antar negara di dunia. Setiap negara dalam hubungannya 67 dengan negara lain harus didasarkan pada prinsip k.ebersamaan dan kesamaan hak dan kewajiban. Ketiga, memelihara kebaikan hidup, hukum Islam bertujuan untuk mewujudkan kebaikan hidup hakiki, semua yang menjadi kepentingan hidup manusia diperhatikan. Sedangkan kepentingan manusia menuju hidup hakiki dibagi menjadi tiga hal: a. Kepentingan esensial al-Mashdlih adh-Dharuriyalu, yaitu ke- pentingan yang mutlak dibutuhkan oleh manusia dalam hidup- nya. Kepentingan itu meliputi kepentingan agama, kepentingan memelihara jiwa, kepentingan memelihara harta, kepentingan memelihara akal, dan kepentingan memelihara keturunan. b. Kepentingan yang tidak esensial al-Maslidlih al-Hajiyyah, yaitu kepentingan yang tidak esensial, akan tetapi dibutuhkan manusia untuk menghindari masaqqat. Misalnya diperboleh- kannya orang meninggalkan puasa dalam keadaan sakit dan diperbolehkan melakukan perceraian dalam kehidupan perkawinan yang tidak hannonis. c. Kepentingan pelengkap ial-Maslrdlih al-Katndliyahs, yaitu kepentingan yang apabila tidak terpenuhi tic1ak akan menim- bulkan mudliarat bagi kehic1upan manusia apalagi merusak kehidupan manusia. Misalnya mengenakan pakaian yang bagus ketika pergi ke masjid, mengadakan walimah perkawinan, dan lain-lain. Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dari Yang Maha Adil. kedaulatan hukum Islam adalah milik Allah semata: Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alarn QS. VII: 54. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik QS. V: 47. Kedaulatan Allah berada c1i atas seluruh definisi keclaulatan yang telah dikemukakan manusia karena Allah merupakan kedaulatan 68 bagi seluruh alam dan manusia. Tidak ada kata kecuali Rabb yang bisa meliputi pengertian kedaulatan Allah. la sebagai penguasa, pelindung, pemberi harapan, pemberi rejeki , pengatur sekaligus penyernpuma. Austin, sebagaimana dikutip Muslehuddin 1991: 46 memberi- kan definisi hukum sebagai perintah dari yang berdaulat, hukum ada- lah aturan yang ditentukan untuk membimbing manusia oleh manusia itu sendiri . Hukum ala Austin terpisah dari keadilan, hukum yang dulunya berlandaskan baik dan buruk, sekarang diganti menjadi hukum berdasarkan kekuasaan dari atasan . Pengertian ini meng- isyaratkan bahwa hukum adalah perintah seorang Tiran. Akan tetapi Allah bukanlah Tiran . Perintah Tuhan merupakan hukum positif, akan tetapi tetap dalam koridor ke adilan, karena Allah Maha Adil, Maha Kasih, dan Maha penyayang . Hukum Islam sebagai jelmaan dari hukum Allah SWT, meru- pakan perpaduan dari apa hukum itu dan bagairnana hukum itu seharusnya. Dengan kata lain, hukum Islam, di samping hukum positif juga hukum ideal, sebab hukum Islam memandang objek hukum Islam bukan hanya manusia dengan segala persoalan yang ada di dalamnya. Akan tetapi hukum Islam menjangkau seluruh aspek keseimbangan sebagai salah satu unsur keadilan.

3. Hukum Islam dan Kemaslahatan