PENGERTIAN H UKUM ABAD XX

24 kebenaran dalam agama, tahap kedua adalah tahap metafisis yaitu tahap dimana orang mencari kebenaran melalaui filsafat. Tahap ketiga adalah tahap positif yaitu tahap dimana kebenaran dicari melaui ilmu- ilmu pengetahuan. Menurut Comte yang terakhir inilah yang merupa- kan icon dari zaman modem Comte, 1874 : 2. Bagi filsafat hukum, hukum di abad pertengahan amat dipe- ngaruhi oleh pertirnbangan-pertimbangan teologis. Sedangkan rentang waktu dari renaissance hingga kira-kira p ertengahan abad ke-19 termasuk dalam tahap metafisis. Ajaran hukum alam klasik maupun filsafat-filsafat hukum revolusioner yang didukung oleh Savigny, Hegel dan Marx diwarnai oleh unsur-unsur metafisis tertentu. Teori- teori ini mcncoba menjelaskan si fat hukum dengan menunjuk kepada ide-ide tertentu atau prinsip-prinsip tertinggi . Pada pertengahan abad ke-19 sebuah gerakan mulai menentang tendensi-tcndensi metafisika yang ada pada abad-abad sebelumnya. Gerakan ini mungkin dijelas- kan sebagai positivisme, yaitu sebuah sikap ilrniah, mcnolak speku- lasi-spekulasi apriori dan mcmbatasi dirinya pada data pengalarnan Muslehuddin, ] 991: 27-28. penjelasan berikutnya tcntang positivis- me hukum ini akan dijelaskan dalam Bab VI Teori I -Iukum, sub bab Positivisme Hukum.

2. Pandangan Historis atas Hukum

Abad XIX ditandai perubahan bcsar di segala bidang, terutama akibat perkembangan ilmu pcngetahuan dan teknologi. Perubahan yang dimulai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, penemuan alat-alat teknologi, hingga revolusi industri, dan terjadinya perubahan- perubahan sosial beserta masalah-rnasalah sosial yang mucul kernu- dian memberi ruang kepada para sarjana untuk berpikir tentang gejala perkembangan itu sendiri. Pada abad-abad sebelumnya, orang merasa kehidupan manusia sebagai sesuatu yang konstan yang hampir tidak berbeda dengan kehidupan masa lalu. Pada abad ini perasaan itu hilang, orang telah sadar tentang segi historis kehidupannya, tentang kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan yang memberikan nilai baru dalam kehidupannya. 25 Pada abad ini, pengertian tentang hukum merupakan pandangan baru atas hidup, yaitu hidup sebagai perkembangan manusiadan kebu- dayaan. Beberapa pemikiran tokoh yang mencerminkan ha] ini adalah Hegel 1770-]831, F . Von Savigny 1779-186], dan KarI Marx 18] 8- I 883. Hegel menempatkan hukum dalam keseluruhan perwu- judan roh yang objektif dalam kchidupan manusia. F. Von Savigny menentukan hukum sebagai unsur kebudayaan suatu bangsa yang berubah dalam Iintasan sejarah. Terakhir, Karl Marx memandang hukum sebagai cermin situasi ekonomis masyarakat Soetiksno, 1986: 43-61 .

D. PENGERTIAN H UKUM ABAD XX

Mcskipun tcrdapat persamaan tentang pembentukan sistem hukum yang berlaku , namun pada abad XX ini ada perbedaan tentang pengertian hukum yang hakiki. Ada dua arus besar pandangan ten tang pengertian hukum yang hakiki K. Bcrtens, 1981: I. Hukum sebaiknya dipandang dalam hubungannya dengan pe- merintah negara , yaitu sebagai norma hukurn yang de facto ber- laku . Tolak ukurnya adalah kepentingan umum dilihat sebagai bagian kebudayaan dan scjarah suatu bangsa. Pandangan ini bersumber dari aliran sosiologi hukum dan rcalisme hukum. 2. Hukum seharusnya dipandang sebagai bagian kehidupan etis manusia di dunia. Oleh kacna itu disini diakui adanya hubungan antara hukum positif dengan pribadi manusia, yang berpegang pada norma-norma keadilan. Prinsip ini diambil dari ยท filsafat neoskolastik, neokantismc, neohegelianisme dan fiIsafat eksistensi, BABIV PANDANGAN TENTANG HUKUM ERA POST-MODERNISME A . LATAR BELAKANG Oengan konteks ini, perlu juga ditegaskan antar hubungan Barat yang modem dan peran Agama resmi yang berlaku di sana, yakni kristen. Ada sebagian orang beranggapan bahwa seluruh orang Barat menganut Agama Kristen, dengan perkecualian minoritas penganut Yahudi. Anggapan scmaca .m ini seolah-olah Barat masih seperti Barat pada abad pertengahan, ketika terjadi perang salib yang peradabannya saat itu adalah disebut abad keimanan . Ada juga sebagian yang lain beranggapan sebaliknya, yaitu bahwa seluruh orang Barat bersifat materialik atau agnostik serta skeptik dan tidak menganut satu Agama apapun. Pandangan semacam ini bisa disebut keliru, karena yang terjadi tidaklah demikian. Pada Abad ke-17, bahkan sebelumnya, yaitu ketika renaissance, telah terjadi upaya membawa dunia Barat kearah sekularisme dan penipisan peran Agama dalam kehidupan sehari-hari manusia. Akhimya berakibat pada sejumlah orang Barat yang secara praktis tidak lagi menganut Agama Kristen atau Yahudi. Orang semacam Comte, yang pikiran-pikirannya begitu anti metafisis men- jadi jalan mulus menuju kearah sekularisme Ounia Barat. Oitambah dengan ajaran filsafat sosial sosialisme, Marx Marxisme yang menegaskan bahwa Agama adalah candu masyarakat, yang karenanya ia harus ditinggalkan. Puncak penolakan terhadap Agama Kristen di Barat disuarakan oleh Nietzsche dengan statemennya yang banyak di kenal orang The God is dead. Kemunculan gagasan-gagasan semacam itu mungkin diakibat- 27 kan adanya ketidakn 1ampuan sistem keimanan yang berlaku disana untuk mengakomodasikan perkembangan masyarakat modern dengan ilmu pengetahuanya. Kemajuan masyarakat yang sudah berhasil dan begitu percaya pada iptek, akhimya berkembang lepas dari kontrol Agama. Iptek yang landasan pokoknya bersifat sekuler bagi sebagian besar orang di Barat akhimya menggantikan posisi Agama. Segala kebutuhan Agama seolah bisa terpenuhi dengan iptek.Namun dalam kurung waktu yang panjang iptek ternyata menghianati kepercayaan manusia, kemajuan iptek justru identik dengan bencana. Kondisi inilah yang tampaknya membuat masyarakat Barat mengalami apa yang disebut Cak Nur Or. Nurkholis Madjid yang dikutipnya dari Baigent, Krisis Epistimologis , yakni masyarakat Barat tidak lagi mengetahui tentang makna dan tujuan hidup Meaning and Purpose oJ Life. Manusia modem melihat segala sesuatu hanya dari pinggiran eksistensinya saja , tidak pada pusat spiritualitas dirinya, sehingga mengakibatkan ia lupa siapa dirinya . Memang dengan apa yang dilakukannya sekarang-memberi perhatian pada dirinya yang secara kuantitatif sangat mengagumkan , tapi secara kualitatif dan keseluruh- an tujuan hidupnya-menyangkut pengertian-pengertian mengenai diri- nya sendiri-ternyata dangkal. Oekadensi atau kejatuhan manusia di zaman modern ini terjadi karena mansuia kehilangan pengetahuan langsung mengenai dirinya itu, dan menjadi bergantung berhubungan dengan dirinya. Itu sebabnya, dunia ini menurut pandangan manusia adalah dunia yang memang tak memiliki dimensi transedental. Dengan demikian menjadi wajar jika peradaban modem yang di- bang un selama ini tidak menyertakan hal yang paling esensial dalam kehidupan manusia, yaitu dimensi spiritual. Belakangan ini baru disadari adanya krisis spiritual dan krisis pengenalan diri. Sejarah pemikiran Barat modem, sejak Rene Oescartes ditandai dengan usaha menjawab tantangan keberadaan manusia sebagai mahluk mikro kosmik.Oengan falsafahnya yang amat terkenal cogito ergo sum karena berpikir maka aku ada. Tetapi sayangnya, bukan pengerian yang makin mendalam yang didapat, narnun justru keadaan yang semakin menjauh dari eksistensi dan pengertian yang tepat 28 mengenai hakekat diri yang diperoleh . Max Scheeler, Filsafat Jerman dari awal abad ini mengatakan, tak ada periode lain dalam penge- tahuan bagi dirinya sendiri, seperti pada periode kita ini . Kita-katanya- punya antropologi ilmiah, antropologi filosofis, dan antropologis teo- logis yang tak saling mengenal satu sama lain. Tapi kita tidak merni- liki gambaran yang jelas dan konsisten tentang keberadaan manus ia Human being. Semakin bertumbuh dan banyaknya ilmu-ilmu khusus yang terjun konsepsi kita tentang manusia , malah sebaliknya semakin membingungkan dan mengaburkannya. Maka dari itulah, jika kita kembalikan pada bahasan semula tentang metode ilmiah yang berwatak rasional dan empiris, telah menghantarkan kehidupan manusia pada suasana modemisme. Kemu- dian pada perkembangan selanjutnya, modem isme melahirkan corak pemikiran yang mengarah pada rasioanalisme , positivisme, pragmatis- me, sekulerisme dan materialisme. Aliran-aliran filsafat ini, dengan watak dasamya yang sekuleris -merninjam istilahnya Fritchjof Schuon- sudah terlepas dari Scintia Sacra Pengetahuan suci atau Philosophia Perenneis Filsafat Keabadian.

B. TRADISIONALISME ISLAM