8
sampai kepada nilai-nilai yang ada dibalik gejala-gejala itu .
Analisis nilai inilah yang membantu kita untuk menentukan sikap secara bijak-
sana dalam menghadapi suatu masalah. Sebagai bagian dari filsafat tingkah laku, mata kuliah filsafat
hukum juga memuat materi tentang etika profesi hukum. Dengan mempelajari etika profesi tersebut, diharapkan para calon sarjana
hukum dapat menjadi pengemban amanat luhur profesinya. Sejak dini mereka diajak untuk memahami nilai-nilai luhur profesi tersebut dan
mernupuk terus ideal isme
mereka. Sekalipun disadari bahwa dalam kenyataannya mungkin saja nilai-nilai itu telah
, menga lami penipisan-
perupisan. Seperti yang diungkapkan oleh Radhakrishnan dalam bukunya
The History of Philosophy, manfaat mempelajari filsafat ten tu saja termasuk mempelajari filsafat hukum bukan hanya sekedar mencer-
minkan se man gat masa ketika kita hidup, melainkan membimbing kita untuk maju. Fungsi filsafat hendaknya mengilhamkan keyakinan
kepada kita untuk menopang dunia baru, mencetak manusia-manusia yang tergo long ke dalam berbagai bangsa, ras dan agama itu mengabdi
ke pada cita-cita mulia kemanusiaan
. Filsafat tidak ada artinya sama
sekali apab ila
tidak universal, baik dalam ruang lingkupnya maupun dalam semangatnya Poerwartana
, 1988.
3. Ilmu-i1mu yang Berobjek Hukum
Setelah memahami filsafat hukum dengan berbagai sifatnya, perlu juga diketahui keterkaitan antara filsafat hukum ini dengan ilmu-
.ilmu lain yang juga berobjek hukum. Suatu pembidangan yang agak lengkap tentang ilrnu-ilmu yang objeknya hukum diberikan oleh
Pumadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto 1989 .
Istilah disiplin hukum sendiri sebenamya dialihbahasakan oleh Pumadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto dari kata
legal th
eory, sebagaiman dimaksudkan oleh W. Friedmann. Hal ini tampak
dalam terjemahan karya Friedmann oleh Pumadi Purbacarakan dan C
hidir Ali 1986 yang diberi kata sambutan oleh Soerjono Soekanto .
Pener jemahan
legal theory dengan disiplin hukum disini mungkin 9
akan membingungkan, mengingat untuk istilah yang sama oleh pen er- jemah lain
Mohammad Arifin, 1990 digunakan istilah teori
hukum .
Disiplin hukum oleh Purbacaraka, Soekanto, dan Chid ir
Ali diartikan sama dengan teori hukum dalam arti luas yang mencakup
politik hukum, filsafat hukum dan teori hukum dalam arti sempit. Teori hukum dalam arti sempit inilah yang disebut dengan ilmu
hukum.
Ilmu hukum dibedakan menjadi ilmu tentang norma norm- wissenschafii, ilmu tentang pengertian hukum begriffenwissenschafii
; dan ilmu tentang kenyataan hukum tatsach
enwissenschaft. Ilmu
tentang norma antara lain membahas tentang perumusan norma hukum, apa yang dimaksud norma hukum abstrak dan konkrit itu, isi
dan sifat norma hukum, essensialia norma hukum, tugas dan kegunaan norma hukum
, pemyataan dan tanda pemyataan norma hukum,
penyimpangan terhadap norma hukum dan keberlakuan norma hukum. Selanjutnya ilmu ten tang pengertian hukum antara lain membahas
tentang apa yang dimaksud dengan masyarakat hukum, subyek hukum
, objek hukum, hak dan kewajiban
, peristiwa hukum dan
hubungan hukum. Kedua jenis ilmu ini disebut dengan ilmu tentang dogmatik hukum. Ciri dogmatik hukum tersebut adalah teoritis rasio
- nal dengan menggunakan logika deduktif
. Ilmu tentang kenyataari hukum antara lain: Sosiologi Hukum,
Antropologi Hukum, Psikologi Hukum, Perbandingan Hukum dan Sejarah Hukum. Sosiologi Hukum mempelajari secara empiris dan
analitis hubungan timbal balik antara hukum sebagai gejala dengan gejala-gejala sosial lainnya. Antropologi Hukum mempelajari pola
- pola sengketa dan penyelesaiannya baik pada masyarakat sederhana
maupun masyarakat yang sedang mengalami proses modemisasi. Psikologi Hukum mempelajari hukum sebagai suatu perwujudan per-
kembangan jiwa manusia .
Perbandingan Hukum adalah cabang ilmu hukum yang memperbandingkan sistem-sistem hukum yang berlaku
di dalam sesuatu atau beberapa masyarakat. Sejarah Hukum me m- pelajari tentang perkembangan dan asal-usul dari sistem hukum dalam
suatu masyarakat tertentu. Purbacaraka dan Soekanto ,
1989. Berbeda
10 dengan ilmu tentang norma dan ilmu
t entang pengertian hu
kum ,
ciri i
lmu tentang kenyataan ilmu ini adalah
t eoritis empiris dengan meng-
gunakan logika indukt if.
Politik Hukum mencakup kegiatan-kegiatan memili h n
ila i-n ilai dan mcnerapkan nilai-nilai
. Filsafat Hukum ada
lah pere
nunga n dan
perumusan nila-nilai ,
kecuali i tu
fi lsafat
hukum juga mencak up
penye- rasian nilai-nilai
, misalnya penyerasian antara keter
tiban dan keten-
traman, antara kebendaan materia lisme
dan keakhlakan idea lisme,
antara kelanggengan n
ilai-nilai l
ama konservatisme da n
pembaha- ruan Purbacaraka dan Soekan
to ,
1989. Dapat pu la
di tambahka n
bahwa po litik
h ukum
selalu berbicara tentang hukum yang dicita- ci
takan J
us Co
nstituendu nu dan berupa menjadikannya sebagai
huk um
positif Jus Co nstitutuniy
pada suatu masa menda tang.
Dari pembidangan yang diura ikan
di atas, tampak bahwa fi
lsafa t h
ukum tidak dimasukkan sebagai caba
ng dari filsafa
t h
ukum te
tapi sebagai bagia
n dari teori hukum lega
l theory ata
u d isiplim
hukum .
Teori hukum dengan demikian tidak sama dengan filsafa t
hukum ,
karena yang satu mencak up
yang lainnya. Sa tji pto
Ra harjo
1986 menyatakan bahwa teori h
ukum boleh dise but
se bagai
kelan- jutan dari usaha mem
pe lajari hukum positif, setidak
-tidaknya dalam
urutan yang demikian itula h
ki ta
mengkonstr uksikan
ke hadi ran
teori hukum s
ecara je
las. Teori hukum memang berb
icara tentang ban yak ha
l yang dapat
masuk ke dalam I
apangan politik h
ukum, fi lsafat
hukum ,
ilmu h
ukum atau kombinasi dar
i ketiga bidang itu
. Karena i
tulah teori h
uk um dapa
t saja pada suatu ketika membicarakan ses
uatu ya
ng b ersifat
u niversal,
tetapi tidak tertutup kem ungkinan
ia berb icara
mengenai ha l-ha l
yang sangat khas me
nurut te
mpat dan wakt
u t ertentu. Uraia
n t entang filsafa
t hukum dan teori h
ukum di a
tas kiranya aka
n berguna da
lam rangka
menjelaskan kelak menge nai
apa dan d
imana l
etak filsafa t h
ukum da n
teori h ukum I
ndonesia.
BAB 11
PANDANGAN TENTANG HUKUM P ADA
ZAMAN KLASIK
Peng ertian
t ent ang
hukum tidak s elalu s
ama. Hal ini berkai
tan d
engan perubah
an pandangan hidup dari
za man
ke zaman. Sejak awa l
z aman modem
abad k
e-15 ban
yak oran
g secara s pontan m
enyama- k
an hukum d
engan hukum n
egara , huku
m a da lah und
ang-und ang. Ak
an t
etapi p
engerti an hukum
se cara t
radisional tid
akl ah d
emi kian. Dal
am pandangan tradi
sional hukum
l e
bih dip andang se
bagai s esuatu
y ang
b ersifat
idiil atau etis Huijbe rs, 199
5: 21 .
P ada za
ma n k
las ik abad
6 SM-abad 5 M hukum dian ggap s
ebagai c ermin a
turan a
lam se
mesta. Pada abad p crtengahan
abad 5 M - 15 M
hukum ya
ng dit uju
a da lah peratur
an-peraturan yan
g m
em ancarkan ke tentuan-ke tentuan
A llah.
A. HUKUM ZAMAN YUNANI KUNO