90 dupan sosial dan individual. Definisi hukum kodrat dari Messner
berbunyi: Das Naturrecht ist die Ordnung del in del menschilchen
Natur mit ihren Eig enverantwortlichkeiten
begrundeten eizelmen -
schlichen und gesellschaftlichen Eigenzustandigkeiten hukum kodrat adalah aturan hak-hak kompetensi khas
baik pribadi maupun masyarakat yang berakar dalam kodrat manusia yang bertanggung-
jawab sendiri. Menurut Messner terdapat tiga macam hukum kodrat ,
yaitu: 1. Hukum kodrat primer yang mutlak, yaitu memberikan kepada
tiap orang sesuai haknya. Dari prinsip ini diturunkan prinsip- prinsip umum seperti jangan membunuh
, dan seterusnya.
2 .
Hak fundamental, yaitu kebebasan batin, kebebasan agama, hak atas nama baik, hak atas
privacy, hak atas pemikahan, hak untuk membentuk keluarga, dan sebagainya
. 3
. Hukum kodrat sekunder, yaitu hak yang diperoleh karena ber-
kaitan dengan situasi kebudayaan, misalnya hak milik dan azas- azas hukum adat
.
2. Perkembangan Hukum Kodrat
Pemikir zaman ini menerima bahwa terdapat prinsip-prinsip tertentu yang menjadi pedoman bagi pembentukan undang-undang,
oleh karena itu dewasa ini muncul satu anggapan bahwa hukum kodrat seperti bangkit kembali sebagaimana disuarakan Roscoe Pound 1982:
24, Eikema Hommes 1961, dan Wolfgang Kluxen 1979 .
Namun berbeda dengan pemikir zaman dulu, pemikir zaman ini menginsyafi
bahwa hidup manusia bersifat dinamis. Dinamisnya masyarakat ter- cermin dalam pandangan-pandangannya, misalnya masalah perbudak-
an, zaman dulu hat ini sesuatu yang wajar dan sesuai dengan martabat kemanusiaan, namun kita harus akui bahwa pandangan tersebut keliru,
Contoh yang lain misalnya masalah kesetaraan gender, dan lain sebagainya.
Demikianlah dapat dipastikan bahwa manusia melalui pikiran- nya meIihat dirinya dalam suatu situasi hsitoris aktual
tertentu, dan 91
bahwa gambaran manusia ten tang dirinya terus berubah dalam lintas- an sejarah. Namun adanya kesadaran tentang perubahan pandangan-
pandangan tertentu membuktikan juga ,
bahwa manusia mampu meng- atasi situasi historisnya dan mampu menerapkan aturan-aturan hidup
yang kurang lebih tetap. Karenanya pada zaman sekarang ini diterima adanya prinsip-prinsip yang harus digunakan dalam menyusun per-
aturan-peraturan, tetapi prinsip-prinsip itu umumnya tidak dipandang
lagi sebagai prinsip yang abadi Huijbers, 1995: 85. Saat ini hukum kodrat yang terperinci seperti zaman klasik dan
pertengahan tidak lagi dianggap bersifat abadi ,
karena dinamisnya kehidupan manusia. Namun prinsip itu tetap ada
, dengan lebih umum
seperti keadilan, kejujuran, kesopanan dan lain-lain. Prinsip itu memiliki ketetapan, tetapi juga suatu kelonggaran untuk berubah
sesuai perkembangan zaman. Sekarang ini ban yak sarjana tidak rela menerima adanya dua
macam hukum, yang satu telah menjadi undang-undang dan yang lain yang dipikirkan sebagai hukum dasar yang Iebih kuat daripada
undang-undang. Oleh karena para ahli hukum senantiasa melembaga- kan
institusionalisasi atau formalisasi prinsip-prinsip hukum dengan
memasukkannya dalam undang-undang dengan mengadopsinya dalam kerangka rasionaI. Dengan ini pula sebenamya berarti ban yak pemikir
menolak positivisme hukum, tetapi sekaligus mengakui bahwa hukum yang benar adalah hukum positif.
Namun demikian para positivis memandang bahwa prinsip -
prinsip hukum yang terdapat dalam hukum kodrat sebagai prinsip regulatifbelaka, yaitu sebagai pedoman bagi terbentuknya hukum, dan
bukan sebagai prinsip konstitutif dari hukum. Artinya prinsip-prinsip tersebut memang harus diindahkan pad a saat undang-undang di-
bentuk, namun bila undang-undang yang ada seandainya bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum kodrat
, maka undang-undang tersebut
tetap sah berlaku. Dengan kata lain menurut para postivis cenderung menganut prinsip kepastian hukum, dibandingkan dengan sarjana
tradisional yang lebih memperhatikan prinsip keadilan dan keman- faatan hukum bagi masyarakat.
92
B. POSITIVISME HUKUM 1. Pengertian