berwarna merah dan juga berwarna putih. Pinang ini dilambangkan kepada harajaon dan hatobangon karena apa saja yang disampaikan oleh mereka
walaupun itu manis atau pahit harus benar-benar ikhlas menerimanya dan apapun yang diberikan oleh harajaon dan hatobangon harus diterima apa adanya
sekalipun tidak suka. Pengertiannya adalah kalau kita lakukan dan laksanakan dengan benar apa yang disampaikan oleh harajaon dan hatobangon maka pinang
ini akan menjadi obat yang artinya apa yang kita kerjakan pada saat melaksanakan horja pesta dengan mendengarkan saran dari mereka pasti akan menjadi baik.
5. Timbako tembakau
Tembakau sebagai penanda kepada orangkaya. Dalam hal ini yang pertama dibahas mengenai timbako tembakau adalah asap karena apabila
tembakau ini di hisap merokok maka asapnya akan pergi ke atas dan menyebar, tembakau ini dilambangkan kepada orang kaya.Orang kaya disni adalah yang
memberikan rang-rangan, artinya kemanapun diletakkan orang kaya ini yang mengarahkan dan orang kayalah yang memberikan gambaran menegenai apa
yang harus dikerjakan dan dilaksanakan pada horja pesta tersebut. Segala sesuatu kegiatan yang terjadi pada saat pelaksanaan horja pesta orang kaya
mengatur kapan fase-fase pelaksanaannya dan mengatur waktu, yakni bulan, minggu, hari dan jam berapa yang tepat untuk dilaksanakan.
6. Pinggan piring
Pinggan piring disebut juga dengan pinggan parsadaan, pada zaman dahulu piring ini terbuat dari kayu, tetapi setelah datang barang-barang dari luar
negeri terutama dari cina ada yang disebut dengan pahar yang terbuat dari
Universitas Sumatera Utara
kuningan. Kemudian terakhir ada pinggan godangdari negeri cina juga tetapi tebuat dari porselen. Pinggan piring memiliki arti parsadaan kesatuan dan
masyarakat Angkola memiliki istilah untuk piring tersebut yakni sapinggan sapangananyang artinya adalah adat batak adalah satu dan masyarakat batak
adalah satu. Kemudian perangkat adat sirih, gambir, soda, pinang, dan tembakau diletakkan diatas piring ini agar bias melaksanakan yang sudah diamanatkan dan
bias dikerjakan bersama-sama.
7. Abitbugis kain
Abit dilihat dengan secara umum digunakan untuk menutupi bagian yang perlu ditutup. Bagian yang perlu ditutup dalam pelaksanaan adat ini adalah
permohonan dari suhut. pada saat melaksanakan martahi karejo suhut ini mengajukan beberapa permohonan atau permintaan agar terlaksana horja pesta
yang akan dilaksanakan dengan ulasan agar bisa lebih baik lagi maka di tutupilah dengan abit ini yang artinya permohonan dari suhut tersebut bias dipenuhi.
8. Hadangan
Ada aturan untuk meletakkan hadangan ini yaitu mulut dari hadangan ini dihadapkan di depan harajaon di persidangan yang artinya agar pihak dari suhut
atau yang melaksanakan adat tersebut dari atas sampai bawah agar di isi hadangan tersebut dengan memenuhi keinginan dari suhut untuk dapat diberkatu dan apa
yang diinginkan oleh suhut dapat terlaksana dengan baik. Ada beberapa perbedaan perangkat adat dalam melaksanakan horja
godang yaitu pada abit dan hadangan. Pada pelaksanaan horja kecil biasanya memakai abit bugis dan hadangan tetapi pada pelaksanaan horja godang abit
Universitas Sumatera Utara
yang dipakai adalah abit godang karena permintaan atau permohonan dari yang melaksanakan horja godang atau suhutlebih besar dan lebih banyak dan abit ini
juga menunjukkan marsabe-sabe untuk manortor. Sedangkan untuk hadangan juga diganti dengan talam karena permintaan dari suhut bukan sedikit yang ingin
dilaksanakan dan dipatuhi sesuai dengan pengertian abit godang tersebut
Gambar 5.1 Perangkat adat martahi karejo
4.3.2 Kearifan Lokal Pada Tradisi Martahi Karejo