dari tradisi lisan yang di dalamnya ada sebuah tradisi seperti martahi karejo. Martahi karejo merupakan salah satu tradisi lisan masyarakat Angkola yang
hampir hilang akibat era globalisasi yang lebih mengutamakan manfaat praktis. Tradisi lisan itu sendiri dapat dilihat sebagai suatu peristiwa budaya atau sebagai
suatu kebudayaan yang harus dilestarikan karena suatu alasan tertentu perlu dijaga dari kepunahannya serta menggali dan mengembangkan potensi tradisi
lisan.
2.6 Kearifan Lokal
Pengertian dari kearifan lokal bila dilihat dari kamus Inggris-Indonesia, John M. Echols dan Hassan Syadily terdiri dari 2 kata, yaitu kearifan wisdom
dan lokal local. Lokal yang berarti setempat, sementara wisdom sama dengan kebijaksanaan. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa pengertian kearifan lokal
merupakan gagasan-gagasan atau nilai-nilai, pandangan-padangan setempat atau lokal yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik yang tertanam dan
diikuti oleh anggota masyarakatnya. Kearifan lokal dapat dipahami sebagai suatu kebijaksanaan atau nilai-nilai
yang terkandung dalam budaya masyarakat berupa sebuah tradisi. Kearifan lokal merupakan pengetahuan lokal yang sudah demikian menyatu
dengan sistem kepercayaan, norma dan budaya dan diekspresikan di dalam tradisi dan mitos yang dianut dalam waktu yang cukup lama. Menurut Keraf 2002,
kearifan lokal atau kearifan tradisional adalah semua bentuk keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku
manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sibarani, 2012:13, kearifan lokal itu merupakan kematangan masyarakat di tingkat komunitas lokal yang tercermin dalam sikap, prilaku, dan
cara pandang masyarakat yang kondusif di dalam mengembangkan potensi dan sumber lokal material maupun nonmaterial yang dapat dijadikan sebagai
kekuatan di dalam mewujudkan perubahan ke arah yang lebih baik atau positif. Sibarani,2012:114 mengatakan, di dalam kearifan lokal tercakup
berbagai mekanisme dan cara untuk bersikap, berprilaku, dan bertindak yang dituangkan dalam suatu tata sosial. Pada dasarnya, ada 5 lima dimensi kultural
tentang kearifan lokal yaitu, 1 pengetahuan lokal, 2 budaya lokal, 3 keterampilan lokal, 4 sumber daya lokal, dan 5 proses sosial lokal.
Kearifan lokal apabila diterjemahkan secara bebas dapat diartikan nilai- nilai budaya yang baik yang ada di dalam suatu masyarakat. Hal ini berarti, untuk
mengetahui suatu kearifan lokal di suatu wilayah, kita harus bisa memahami nilai- nilai budaya yang baik yang ada di dalam wilayah tersebut. Adapun kearifan lokal
yang mencerminkan nilai budaya tersebut menurut Sibarani 2012: 133 adalah 1 kesejahteraan, 2 kerja keras, 3 disiplin, 4 pendidikan, 5 kesehatan, 6
gotong-royong, 7 pengelolaan gender, 8 pelestarian dan kreativitas budaya, 9 peduli lingkungan, 10 kedamaian, 11 kesopansantunan, 12 kejujuran, 13
kesetiakawanan, 14 kerukunan dan penyelesaian konflik, 15 komitmen, 16 pikiran positif, 17 rasa syukur. Semua kearifan lokal tersebut dapat
diklsifikasikan pada 2 dua jenis kearifan lokal inti core local wisdoms, yaitu kearifan lokal untuk 1 kemakmuran atau kesejahteraan dan 2 kedamaian atau
kebaikan.
Universitas Sumatera Utara
2.7 Penelitian Terdahulu yang Relevan