tersebut menjadi sumber dari semua aksi yang dilakukan pemakai bahasa. Istilah protoaksi tersebut mengacu kepada dan setara dengan konsep speech function
Halliday, 1994 dan tindak ujar speech act yang biasa digunakan dalam tatabahasa formal. Protoaksi dalam bahasa dapat terlihat dalam tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1: Protoaksi dalam Bahasa diadaptasi dari Eggins 2004:146
Peran
Komoditas Informasi
Barang dan Jasa
Memberi Pernyataan
Tawaran Meminta
Pertanyaan Perintah
Halliday 1994 menunjukkan bahwa setiap kali kita menggunakan bahasa untuk berinteraksi, salah satu hal yang kita lakukan adalah membangun interaksi
antara pemakai bahasa, dimana antara pemakai bahasa sekarang dan pemakai bahasa selanjutnya yang mungkin akan berbicara berikutnya. Untuk membangun
interaksi ini para pemakai bahasa secara bergantian berbicara. Secara bergiliran para pemakai bahasa mengambil peran yang berbeda.
2.4 Hubungan Semiotik Dengan Bahasa
Bahasa adalah sistem tanda, karena bahasa adalah sistem tanda, maka ilmu bahasa linguistik, dapat digolongkan sebagai cabang dari semeologi atau
semiotika. Pada waktu kita berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulis sebenarnya kita sedang memanfaatkan tanda-tanda bahasa itu untuk
menyampaikan pikiran dan perasaan kita kepada orang lain atau berusaha menafsirkan tanda-tanda bahasa yang disampaikan oleh orang lain. Efektivitas
komunikasi sangat ditentukan oleh kemampuan kita dalam mengorganisasikan dan memahami tanda-tanda bahasa.
Universitas Sumatera Utara
Tanda bahasa adalah untaian bunyi bahasa yang mewakili objek tertentu. Objek yang diwakili oleh tanda bahasa itu dapat berupa benda, kegiatan, sifat,
atau konsep. Tanda bahasa itu dapat berupa kata, frasa, klausa, kalimat, bahkan teks. Dalam bahasa tulis, tanda bahasa yang berupa bunyi bahasa itu
dilambangkan dengan grafem atau huruf, serta tanda baca. Menurut Saussure 1959, tanda itu mencakup dua unsur, yaitu penanda
yang menandai signified dan petanda yang ditandai signifier. Secara sederhana, dapat dijelaskan bahwa petanda itu berupa untaian bunyi bahasa, misalnya kata,
frasa, klausa, dan kalimat dan sesuatu yang diacu itu merupakan petanda. Dalam hal ini, petanda itu dapat dianggap sebagai makna dari suatu tanda. Contoh, jika
ada tanda, misalnya pensil, untaian bunyi [p-e-n-s-i-l] merupakan penanda dan benda yang berupa ‘alat tulis yang lazim digunakan untuk menulis di papan tulis’
yang terbuat dari kayu dan arang merupakan petanda. Petanda itu sekaligus merupakan makna dari tanda itu. Jadi, pensil bermakna ‘alat tulis yang lazim
digunakan untuk menulis di kertas yang dibuat dari kayu dan arang’. Sesuatu yang ditandai diistilahkan dengan petanda. Sebaliknya, sesuatu yang menandai
diistilahkan dengan penanda. Penanda itu berupa bunyi bahasa sedangkan petanda berupa benda, kegiatan, atau keaadaan. Konsep tanda bahasa Saussure itu
dapat dilihat pada bagan di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Gagasan thought or reference
Simbol symbol acuan refered
Gambar 2.1 bagan Hubungan antara Tanda Bahasa, Petanda, dan Penanda Menurut Konsep Ogden dan Richad
Penanda itu dapat berupa bunyi bahasa yang berupa kata, frasa, kata, kalimat, atau teks. Petanda adalah sesuatu yang diacu oleh suatu penanda yang
berupa leksem, kata, frasa, kalimat, atau teks. Dengan kata lain, petanda atau acuan merupakan makna dari tanda bahasa. Jadi tanda bahasa selalu berwujud
bentuk tanda dan maknanya. Saussure melihat tanda hanya dari dua sisi, yaitu sisi penanda bunyi bahasa dan sisi petanda sesuatu yang ditandainya.
Menurut Ogden dan Richad 1923, tanda bahasa itu terdiri atas tiga unsur, yaitu simbol symbol, gagasan thought or reference, dan acuan
referent. Simbol mewakili gagasan, dan gagasan mengacu ke suatu acuan objek tertentu. Contoh, jika ada leksem pensil, untaian bunyi [p-e-n-s-i-l]
merupakan simbol, ‘alat tulis yang lazim untuk menulis di kertas yang terbuat dari kayu dan arang’ merupakan gagasan, dan wujud objek yang sebenarnya adalah
acuan. Menurut Ogden dan Richard, gagasan itulah yang merupakan makna dari tanda bahasa. Hubungan antara tanda dengan acuan bersifat arbitrer atau mana
Universitas Sumatera Utara
suka. Hubungan antara tanda bahasa dengan objek yang ditandai ada yang bersifat sistematis ikonis dan ada yang bersifat arbitrer. Leksem-leksem yang
berupa anomatope menunjukkan ada hubungan yang sistematis anatara tanda bahasa dengan objek yang ditandainya. Leksem-leksem yang tidak berupa
anomatope menunjukkan tidak adanya hubungan yang sistematis antara tanda dengan objek yang ditandainya.
Menurut Pierce, berdasarkan hubungan antara tanda dan objek yang ditandainya, tanda dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu ikon, indeks, dan
simbol. Indeks adalah tanda bahasa yang menunjukkan hubungan kemiripan antara tanda dan objek yang ditandainya. Contoh, foto dan leksem anomatope
merupakan tanda yang tergolong ikon. Indeks adalah tanda yang menunjukkan ada hubungan kausalitas antara tanda dan objek yang ditandainya. Contoh, asap,
mendung, arah anak panah merupakan tanda yang tergolong indeks. Simbol adalah tanda yang antara tanda dan objek yang tidak ada hubungan apa-apa.
Tanda itu dibuat semata-mata karena konvensi kelompok orang pemakai tanda itu. Leksem atau kata-kata, atau lambang-lambang tertentu lambang negara, lambang
organisasi tergolong simbol. Sebagian tanda bahasa tergolong ikon dan sebagian tanda bahasa yang lain tergolong simbol. Sebagian besar tanda bahasa berupa
simbol. Ada tiga unsur yang menghadirkan makna tanda bahasa, 1 komponen
makna intern tanda bahasa itu sendiri, 2 proses gramatikal pada tanda bahasa, 2 konteks tuturan dari suatu tanda bahasa. Makna yang terbentuk dari unsur
komponen makna tanda bahasa itu sendiri otonom digolongkan sebagai makna
Universitas Sumatera Utara
leksikal. Makna yang terbentuk karena tanda bahasa mengalami proses grmatikal disebut makna gramatikal. Makna yang terbentuk karena tanda bahasa tuturan
dihubungkan dengan konteks situasi tuturnya digolongkan sebagai makna pragmatis. Makna leksikal dan makna gramatikal merupakan kajian semantik
sedangkan makna pragmatis merupakan kajian pragmatik. Dalam hal ini teori yang dipakai untuk menganlisis data yang ditemukan
yakni teori Saussure yaitu penanda yang menandai signified dan petanda yang ditandai signifier.
2.5 Tradisi Lisan