Landasan Filosofis Teknologi Pendidikan

2.1.2 Landasan Filosofis Teknologi Pendidikan

Falsafah merupakan rangkaian pernyataan yang di dasarkan pada keyakinan, konsepsi, dan sikap seseorang yang menunjukan arah atau tujuan yang diambilnya Miarso 2004: 102. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Ely dalam Miarso 1980: 81 dimana seseorang memberikan arti atas suatu gejala seobjektif mungkin. Usaha memberikan arti tersebut didasarkan oleh pengalaman empiric atas sejumlah data yang diamati, jadi merupakan generalisasi dari berbagai gagasan yang berkaitan dengan rujujan tertentu. Berdasarkan tinjauan dari falsafah ilmu, setiap pengetahuan mempunyai tiga komponen yang merupakan tiang penyangga tubuh pengetahuan yang didukungnya Suriasumantri 1983: 88. Ketiga komponen tersebut adalah ontology apa, epistemologi bagaimana, dan aksiologi untuk apa. Selanjutnya Suriasumantri mengemukakan bahwa ontologi merupakan asas dalam menetapkan ruang lingkup ujud yang menjadi objek penelaahan, serta penafsiran terntang hakikat realitas dari objek tersebut. Epistemologi merupakan asas mengenai cara bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan. Sedangkan aksiologi merupakan asas dalam menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh dan disusun dalam tubuh pengetahuan tersebut. Miarso 2004: 103. Landasan falsafah teknologi pendidikan akan memberikan pembenaran bahwa teknologi pendidikan sebagai suatu disiplin ilmu pengetahuan terapan yang berdiri sendiri, sehingga diakui keberadaannya sejajar dengan disiplin ilmu lainnya. Landasan falsafah suatu ilmu hendaknya ditinjau dari tiga system filsafat yaitu ontologia, epistemology dan aksiologi. Tinjauan ontologia, mempelajari dan menjelaskan apa hakekat suatu yang ada atau yang mungkin ada. Hakekat teknologi pendidikan adalah memepelajari dan menjelaskan bahwa obyek formal belajar, belajar sepanjang hayat, kesempatan belajar terbatas, sumber yang ada dan potensial belum didayagunakan, perlu usaha khusus dan perlu pengelolaan yang inovatif dan reformatif. Teknologi pendidikan ditinjau dari segi filsafat pengetahuan, maka dapat pula disebut sebagai obyek formal atau landasan ontologi teknologi pendidikan. Obyek formal tersebut digarap dengan cara khusus yaitu dengan pendekatan isomeristik yaitu menggabungkan berbagai pemikiran atau bidang keilmuan seperti psikologi, komunikasi, ekonomi, manajemen, dan sebagainya ke dalam kebulatan tersendiri. Pendekatan sistemik yaitu dengan cara yang berurutan dan terarah dalam usaha memecahkan persoalan. Pendekatan sinergistik yaitu yang menjamin adanya nilai tambah dari keseluruh kegiatan dibandingkan dengan bila kegiatan itu dijalankan sendiri-sendiri. Sistemik yaitu pengkajian secara menyeluruh. Inovatif yaitu mencari penyelesaian masalah dengan pendekatan baru. Komponen inovatif ini merupakan usaha khusus atau pendekatan ini merupakan asas epistemologis teknologi pendidikan. Tinjauan epistemology menjelaskan bagaimana kebenaran dan teknologi pendidikan diperoleh. Tinjauan aksiologi menjelaskan apa nilai teori dan praktek dari teknologi pendidikan. Nilai teknologi pendidikan secara potensial adalah efektivitas dalam kegiatan, efisiensi dalam penyelenggaraan, memungkinkan kesempatan meluasnya kesempatan pendidikan, daya penyesuaian terhadap kondisi belajar, menyelaraskan dengan lingkungan Sugandi 2003: 6.

2.1.3 Kawasan Teknologi Pendidikan

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Ikan di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Sumatera Utara

1 22 46

Seminar Wajar Dikdas 9 Thn Sept 2008

0 0 19

STUDI KOMPETENSI GURU DALAM MEMANFAATKAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) DI SD NEGERI 01 LEDOK KECAMATAN SAMBONG KABUPATEN BLORA

0 6 97

Persepsi, Keberlanjutan Kelembagaan, dan Efektivitas Program CSR PT Pertamina Gas di Desa Permisan Kabupaten Sidoarjo

0 2 125

PERAN KEPALA SEKOLAH SD-SMP NEGERI SATU ATAP DALAM PELAYANAN WAJAR 9 TAHUN BAGI MASYARAKAT Peran Kepala Sekolah SD-SMP Negeri Satu Atap Dalam Pelayanan Wajar 9 Tahun Bagi Masyarakat Lingkungan Hutan Di Gunungtumpeng, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Gro

0 1 16

PERAN KEPALA SEKOLAH SD-SMP NEGERI SATU ATAP DALAM PELAYANAN WAJAR 9 TAHUN BAGI MASYARAKAT Peran Kepala Sekolah SD-SMP Negeri Satu Atap Dalam Pelayanan Wajar 9 Tahun Bagi Masyarakat Lingkungan Hutan Di Gunungtumpeng, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Gro

0 1 18

PERENCANAAN STRATEGIK PENINGKATAN ANGKA MELANJUTKAN SEKOLAH LULUSAN SD/MI KE SLTP/MTs DALAM RANGKA PENUNTASAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR 9 TAHUN : Studi Kasus pada Program Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun di Kabupaten Daerah Tingkat I

0 0 73

EVALUASI TERHADAP PROGRAM CSR PERTAMINA DALAM RANGKA PENUNTASAN WAJAR DIKDAS 9 TAHUN DI SD NEGERI 1, 2, DAN 3 DESA LEDOK KECAMATAN SAMBONG KABUPATEN BLORA.

0 0 1

DAMPAK PENAMBANGAN MINYAK TRADISIONAL TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN HIDUP (Studi Kasus Desa Ledok, Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora).

0 0 16

artikelmodel penuntasan wajar tahun 2

0 0 17