BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Jumlah spermatozoa
Berdasarkan pengamatan jumlah spermatozoa mencit diperoleh data yang dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 36. Data tersebut diuji normalitas dan homogenitas
variansnya. Hasil uji menunjukkan bahwa data berdistribusi tidak normal p0,05. Data tersebut selanjutnya ditransformasi dengan X=y
2
square, hasil uji statistik juga menunjukkan distribusi yang tidak normal untuk itu dilakukan uji nonparametrik
Mann Whiteney dan Wilcoxon. Hubungan jumlah spermatozoa mencit pada kelompok kontrol dapat dilihat pada Gambar 4.1 dibawah ini:
Gambar 4.1 Jumlah spermatozoa mencit kelompok kontrol di setiap minggu Pengamatan. Huruf yang sama adalah tidak berbeda
nyata pada taraf 5 tn=p0.05; = p0,05
50 100
150
K0 K1
K2 K3
K4 K5
K6
Ju m
lah S
p e
r m
at oz
oa
jtmL
Lama Perlakuan Minggu
Kontrol
abc
a bd
cd def
af abf
12 18
24 30 36
6
Universitas Sumatera Utara
Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan jumlah spermatozoa antar kelompok kontrol, dimana kelompok kontrol pada minggu ke-24 K4 memiliki
jumlah yang tertinggi yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol K6, tetapi tidak berbeda terhadap K5. Hubungan jumlah spermatozoa mencit pada kelompok
perlakuan dengan waktu pemberian ekstrak air biji papaya dan TU, yang kemudian dilakukan pemulihan dengan vitamin C dapat dilihat pada Gambar 4.2 dibawah ini:
Gambar 4.2 Jumlah spermatozoa mencit kelompok perlakuan di setiap minggu Pengamatan. Huruf yang sama adalah tidak
berbeda nyata pada taraf 5 tn=p0.05;= p0,05; grafik dalam kotak adalah minggu pemulihan
Berdasarkan gambar diatas jumlah spermatozoa tertinggi antar kelompok perlakuan ditunjukkan pada minggu terakhir pemulihan yakni P6 yang berbeda
dengan kelompok P4 dan P5. Hubungan jumlah spermatozoa mencit dengan waktu pemberian ekstrak air biji pepaya dan TU, yang kemudian dilanjutkan dengan
pemberian Vitamin C sebagai pemulihan antar kelompok kontrol dan perlakuan dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Hasil uji statistik menunjukkan jumlah spermatozoa mencit kontrol minggu ke-24 K4 berbeda nyata dengan jumlah spermatozoa mencit perlakuan P4, jumlah
spermatozoa mencit kontrol minggu ke-30 K5 berbeda nyata dengan jumlah spermatozoa mencit perlakuan P5, serta jumlah spermatozoa mencit kontrol minggu
ke-36 berbeda nyata dengan spermatozoa mencit perlakuan P6. 50
100 150
200
P0 P1
P2 P3
P4 P5
P6
Ju m
lah S
p e
r m
at oz
oa
jtmL
Lama Perlakuan Minggu Perlakuan
a b
c a
d d
c 6
12 18 24 30 36
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3 Jumlah spermatozoa mencit antar kelompok kontrol dan perlakuan di setiap minggu Pengamatan. Huruf yang sama
adalah tidak berbeda nyata pada taraf 5 tn=p0.05; = p0,05; grafik dalam kotak adalah minggu pemulihan
Peningkatan jumlah spermatozoa sangat dipengaruhi oleh pemberian Vitamin C secara oral terhadap mencit. Fauzi 2008, menyatakan bahwa Vitamin C dapat
meningkatkan jumlah spermatozoa in vivo pada laki-laki infertil dengan dosis oral sekitar 200-1000mghari. Sememtara itu jumlah spermatozoa yang paling sedikit
ditemukan pada P4 yang berbeda tidak nyata dengan P5. Pada perlakuan minggu ke- 24 dan 30 terlihat bahwa jumlah spermatozoa relatif sedikit salah satu penyebab utama
tergangunya keadaan seluler spermatozoa yang memicu terjadinya stress oksidatif.
Stress oksidatif adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan kerusakan seluler yang disebabkan oleh oksigen dan oxygen-derived oxidants yang lebih dikenal
sebagai ROS Reactive Oxygen Spesies. Proses ini adalah hasil dari ketidakseimbangan antara produksi dan eliminasi ROS, dimana terjadi peningkatan
pembentukan ROS tanpa diimbangi oleh eliminasinya oleh antioksidan dalam tubuh. Pembentukan ROS adalah proses fisiologi tubuh, namun apabila terjadi peningkatan
yang berlebihan maka akan dapat berpengaruh negatif terhadap tubuh. Dalam hal ini
50 100
150 200
K0P0 K1P1 K2P2 K3P3 K4P4 K5P5 K6P6
Ju mlah
S p
e r
mat oz
oa jtmL
Lama Perlakuan Minggu
Kontrol
abc b
a bd
cd
c def
d af
d abf
c tn
tn
6 12
24 18
30 36 a
Universitas Sumatera Utara
dikaitkan dengan infertilitas pria. 40.88 pasien pria infertil memiliki sperma dengan kadar ROS yang tinggi. Selain merusak membran plasma, stress oksidatif juga dapat
merusak integritas DNA pada nukleus spermatozoa. Kerusakan DNA ini pada akhirnya akan menginduksi terjadinya apoptosis sel yang pada akhirnya menyebabkan
turunnya jumlah spermatozoa Ozdamara, AS et al., 2004 dalam Sari 2006.
4.2 Motilitas Sperma