Aktor-aktor Dalam Perumusan Kebijakan Kebijakan Privatisasi di Indonesia

c. Pemilihan Alternatif Kebijakan untuk Memecahkan Masalah Setelah masalah-masalah publik didefinisikan dengan baik dan para perumus kebijakan sepakat untuk memasukkan masalah tersebut ke dalam agenda kebijakan, maka langkah selanjutnya adalah membuat pemecahan masalah. Para perumus kebijakan akan berhadapan dengan alternatif- alternatif pilihan kebijakan yang dapat diambil untuk memecahkan masalah tersebut. d. Tahap Penetapan Kebijakan Setelah satu dari sekian alternatif kebijakan diputuskan diambil sebagai cara untuk memecahkan masalah kebijakan, maka tahap paling akhir dalam pembentukan kebijakan adalah menetapkan kebijakan yang dipilh tersebut sehingga mempunyai kekuatan hukum yang mengikat.

I.5.8 Aktor-aktor Dalam Perumusan Kebijakan

Ada perbedaan penting diantara aktor-aktor pembuat kebijakan di negara berkembang dan negara maju. Di negara berkembang, struktur pembuatan kebijakan cenderung lebih sederhana dibandingkan dengan negara maju. Kecenderungan struktur pembuatan keputusan di negara maju lebih kompleks. Perbedaan ini disebabkan oleh aktor-aktor yang terlibat dalam perumusan kebijakan. Di negara berkembang dimana perumusan kebijakan lebih dikendalikan oleh elit politik dengan pengaruh massa rakyat lebih sedikit, maka proses kebijakan cenderung lebih sederhana. Sementara itu, di negara-negara Eropa Barat dan Amerika dimana setiap warga negara mempunyai kepentingan Universitas Sumatera Utara terhadap kebijakan publik negaranya, kondisi ini akan mendorong struktur yang lebih kompleks. Menurut James Anderson, aktor-aktor atau pemeran serta dalam proses perumusan kebijakan dapat dibagi kedalam dua kelompok yakni para pemeran serta resmi dan para pemeran serta tidak resmi 30 penerbitan UU No.19 PRP1960 tentang Perusahaan Negara . Yang termasuk kedalam pemeran serta resmi adalah agen-agen pemrintah birokrasi, presiden eksekutif, legislatif dan yudikatif. Sedangkan yang termasuk dalam kelompok pemeran serta tidak resmi meliputi kelompok-kelompok kepentingan, partai politik dan warga negara individu. I.5.9 Badan Usaha Milik Negara I.5.9.1 Pengertian Badan Usaha Milik Negara Keberadaan BUMN di Indonesia seiring dengan dinamika politik tanah air yaitu dimulai dari pembentukan pemerintahan presidensial pada November 1957, Presiden Soekarno mengumumkan penyatuan Irian Barat dan nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia yang diperkuat oleh 31 .Keberadaan BUMN di Indonesia berkaitan erat dengan amanat Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 pasal 33, khususnya ayat 2 dan 3 yaitu 32 30 Winarno, Budi. op. cit., h. 84. 31 Moeljono, Djokosantoso. 2004. Reinvensi BUMN. Jakarta: Elex MediaKomputindo- Gramedia. 32 Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, pasal 33. : ayat 2 : cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara. Universitas Sumatera Utara ayat 3 : Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Secara eksplisit disebutkan dalam pasal 33 tersebut bahwa perekonomian Indonesia diselenggarakan oleh koperasi, perusahaan swasta dan Badan Usaha Milik Negara. Peranan BUMN dalam pengelolaan bisnis yang menangani kepentingan masyarakat artinya BUMN berperan strategis dan vital bagi kesejahteraan rakyat dan keadilan sosial sebagai upaya pemenuhan kewajiban dan cita-cita negara seperti tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV yang berbunyi :”... melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa ...”. Pengertian Badan Usaha Milik Negara BUMN menurut keputusan Menteri BUMN No.KEP-100MBU2002 adalah badan usaha milik negara yang berbentuk perusahaan Persero sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 1998 dan Perusahaan Umum Perum sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah No.13 tahun 1998 33 Sedangkan dalam UU No.19 Tahun 2003 disebutkan bahwa BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan . 34 33 KEPMEN BUMN No.KEP-100MBU2002 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN 34 Republik Indonesia, UU No.19 Tahun 2003 tentang BUMN . Maka secara garis besar yang disebut dengan Badan Usaha Milik Universitas Sumatera Utara Negara adalah badan usaha yang sebagian atau seluruh kepemilikannya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia. Dalam sistem perekonomian nasional, BUMN ikut berperan menghasilkan barang danatau jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan yang sebesar- besarnya kemakmuran rakyat atau masyarakat. Peran BUMN dirasakan semakin penting sebagai pelopor danatau perintis dalam sektor-sektor usaha yang belum diminati usaha swasta. Disamping itu, BUMN juga mempunyai peran strategis sebagai pelaksana pelayanan publik, penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar dan turut membantu pengembangan usaha kecilkoperasi. BUMN juga merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang signifikan dalam bentuk berbagai jenis pajak, dividen, dan hasil privatisasi. BUMN juga mempunyai fungsi bisnis yaitu sebagai unit ekonomi, alat kebijaksanaan pemerintahagen pembangunan. Sebagai unit ekonomi, BUMN dituntut untuk mencari keuntungan sebagaimana perusahaan swasta umumnya. Sedangkan sebagai agen pembangunan, BUMN dituntut untuk menjalankan misi pemerintah dengan sebaik-baiknya. Berarti setiap BUMN harus menjalankan fungsi tersebut sekaligus, meskipun dengan bobot yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya 35 . 35 Ibrahim, 1997, BUMN dan Kepentingan Umum, Jakarta: PT. Citra Aditya. h. 135. Universitas Sumatera Utara

I.5.9.2 Bentuk-bentuk Badan Usaha Milik Negara

Setelah dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, dimana bentuk BUMN terbagi menjadi 2 dua , yaitu 36 a Perusahan Perseroan, yang selanjutnya disebut PERSERO, menurut UU Nomor 19 Tahun 2003 dan PP Nomor 12 Tahun 1998 adalah BUMN yang dibentuk berdasarkan UU Nomor 9 Tahun 1969 yang berbentuk Perseroan Terbatas PT sebagaimana dimaksud dalam UU Nomor 1 Tahun 1995 yaitu minimal 51 sahamnya dimiliki oleh negara dan tujuan utamanya mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan dan menyediakan barang dan jasa bermutu tinggi dan berdaya saing kuat. Pendirian Persero berbeda dengan pendirian badan hukum perusahaan pada umumnya. Pendirian Persero diusulkan oleh Menteri kepada Presiden disertai dengan dasar pertimbangan setelah dikaji bersama Menteri Teknis dan Menteri Keuangan. Organ Persero terdiri atas RUPS, Direksi dan Komisaris. : b Perusahaan Umum, yang selanjutnya disebut PERUM menurut PP Nomor 13 Tahun 1998 dan UU Nomor 19 Tahun 2003 adalah BUMN yang dibentuk berdasarkan UU Nomor 9 Tahun 1969 yang mana seluruh modalnya dimiliki Negara berupa kekayaan Negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham, tujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang danatau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus 36 Republik Indonesia, UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN, pasal 1. Universitas Sumatera Utara mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. Sifat usaha perum lebih kepada pelayanan publik namun tetap diharapkan menghasilkan laba untuk kelangsungan usahanya.Pada dasarnya proses pendirian Perum sama dengan pendirian Persero. Organ Perum adalah Menteri, Direksi dan Dewan Pengawas.

I.5.9.3 Tujuan Pendirian Badan Usaha Milik Negara

Pendirian, pengawasan, serta pembubaran Badan Usaha Milik Negara BUMN diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 baik itu yang berbentuk Perum maupun Persero. Dalam PP ini yang dimaksud dengan pendirian adalah pembentukan Persero atau Perum yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Dalam pasal 4 PP No.45 Tahun 2005 disebutkan bahwa pendiran BUMN meliputi 37 a pembentukan Perum atau Persero baru; : b perubahan bentuk unit instansi pemerintah menjadi BUMN; c perubahan bentuk badan hukum BUMN; atau d pembentukan BUMN sebagai akibat dari peleburan Persero dan Perum Dalam pasal 5 disebutkan bahwa pendirian BUMN ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah dan di dalamnya,sekurang-kurangnya memuat 38 a. Penetapan pendirian BUMN; : b. Maksud dan tujuan pendirian BUMN; dan c. Penetapan besarnya penyertaan kekayaan negara yang dipisahkan dalam rangka pendirian BUMN. Pendirian BUMN dilakukan dengan mengalihkan unit instansi pemerintah menjadi BUMN, maka dalam Peraturan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada 37 Republik Indonesia, PP Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, pengawasan, serta pembubaran Badan Usaha Milik Negara, pasal 4. 38 Republik Indonesia, Ibid., pasal 5. Universitas Sumatera Utara ayat 1, dimuat ketentuan bahwa seluruh atau sebagian kekayaan, hak dan kewajiban unit instansi pemerintah tersebut beralih menjadi kekayaan, hak dan kewajiban BUMN yang didirikan. Selanjutnya dalam pasal 6 disebutkan BUMN mempunyai tempat kedudukan di wilayah Negara Republik Indonesia yang ditentukan dalam anggaran dasar. Pendirian BUMN dilakukan dengan memperhatikan ketentuan mengenai tata cara penyertaan modal dalam dalam rangka pendirian BUMN. Pendirian BUMN menurut UU Nomor 19 Tahun 2003 pasal 2 memiliki maksud tujuan antara lain: 1.Memberi kontribusi bagi perkembangan perekonomian nasional secara umum. 2.Menjadi salah satu sumber pendapatan negara melalui penerimaan pajak, deviden dan privatisasi. 3.Mengejar keuntungan. 4.Menyelenggarakan pelayanan publik berupa barang dan jasa yang memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak. 5.Sebagai perintis dalam kegiatan usaha yang membutuhkan modal besar yang belum dapat dijalankan oleh sektor swasta dan koperasi. 6.Berperan aktif dalam membina dan memberdayakan pengusaha golongan ekonomi lemah, UKM, koperasi dan masyarakat. Tujuan politik ekonomi dari pendirian BUMN menurut Mardjana 39 1.Sebagai wadah bisnis aset asing yang dinasionalisasi. , yaitu : 2.Membangun industri yang diperlukan masyarakat namun masyarakat atau swasta tidak mampu memasukinya, baik karena alasan investasi yang sangat besar maupun risiko usaha yang sangat besar. 3.Membangun industri yang sangat strategis karena berkenaan dengan keamanan dan stabilitas negara. 39 Riant Nugroho D dan Randy Wrihatnolo. op. cit., Universitas Sumatera Utara I.5.10 Privatisasi I.5.10.1 Pengertian Privatisasi Privatisasi merupakan kebijakan publik yang mengarahkan bahwa tidak ada alternatif lain selain pasar yang dapat mengendalikan ekonomi secara efisien, serta menyadari bahwa sebagian besar kegiatan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan selama ini seharusnya diserahkan kepada sektor swasta. Menurut Joseph Stiglitz, mantan Presiden Bank Dunia, privatisasi adalah lawan dari nasionalisasi. Dalam Economics of Public Sector 1988 ia menyampaikan bahwa proses konversi perusahaan swasta private enterprise menjadi perusahaan negara public enterprise disebut nasionalisasi, sementara proses pengkonversian perusahaan negara menjadi perusahaan swasta disebut sebagai privatisasi. 40 Pengertian privatisasi juga dikemukakan oleh Beesley dan Littlechild 1980-an yang secara umum, “Privatisasi” diartikan sebagai “pembentukan perusahaan”. Sedangkan menurut Company Act, privatisasi diartikan sebagai penjualan yang berkelanjutan sekurang-kurangnya sebesar 50 dari saham milik pemerintah ke pemegang saham swasta. Dunleavy juga mengartikan privatisasi sebagai pemindahan permanen aktivitas produksi barang dan jasa yang dilakukan oleh perusahaan negara ke perusahaan swasta atau bentuk organisasi non-sektor publik, seperti lembaga swadaya masyarakat. 41 40 Purwo Santoso dkk, Menembus Ortodoksi Kajian Kebijakan Publik, FISIPOL UGM, Yogyakarta, 2004, h. 97. 41 Bastian, Indra. op. cit., h. 20. Universitas Sumatera Utara Sedangkan pengertian privatisasi menurut Pasal 1 Point 12 Undang- undang No. 19 Tahun 2003 adalah penjualan saham Persero, baik sebagian maupun seluruhnya, kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara danmasyarakat serta memperluas pemilikan saham oleh masyarakat.

I.5.10.2 Maksud dan Tujuan Privatisasi

Pemerintah yang melakukan privatisasi perusahaan sektor publik dapat dipastikan memiliki motif tertentu. Motivasi penjualan perusahaan negara atau perusahaan negara yang dikontrakkan dengan pihak swasta adalah peningkatan efisiensi sektor publik, selayaknya kinerja efisiensi sektor swasta. Selain itu, harapan kemungkinan laba, insentif yang lebih tinggi, efisien, dan berorientasi kepada konsumen merupakan berbagai motivasi tambahan bagi perusahaan yang diprivatisasi 42 a. memperluas kepemilikan masyarakat atas Persero; . Menurut Undang-undang Nomor 19 tahun 2003 pasal 74, privatisasi dilakukan dengan maksud untuk : b. meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan; c. menciptakan struktur keuangan dan menejemen keuangan yang baikkuat; d. menciptakan struktur industri yang sehat dan kompetitif; e. menciptakan Persero yang berdaya saing dan berorientasiglobal; f. menumbuhkan iklim usaha, ekonomi makro, dan kapasitas pasar. Sedangkan tujuan privatisasi adalah untuk meningkatkan kinerja dan nilai tambah perusahaan dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemilikan 42 Bastian, Indra. op. cit.,. h. 42. Universitas Sumatera Utara saham. Tujuan ini tercantum dalam Pasal 74 ayat 2. Prinsip-prinsip privatisasi adalah transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban dan kewajaran.

I.5.10.3 Metode Privatisasi

Salah satu hal terpenting dalam proses privatisasi adalah menentukan metode privatisasi apa yang akan digunakan. Pentingnya pemilihan metode privatisasi ini karena akan berkaitan dengan nilai jual dan penerimaan pemerintah dari BUMN yang akan diprivatisasi, pemilikan, manfaat dan kinerja BUMN yang akan diprivatisasi di masa mendatang. Menurut Indra Bastian, privatisasi badan usaha milik negara dapat dilakukan dalam beberapa cara, yaitu 43 1. Penawaran Umum Floation : Adalah penjualan saham perusahaan melalui pasar modal hingga 100 kepemilikan saham dan penawaran saham untuk pertama kali disebut Initial Public Offering IPO yang mana dapat berupa saham yang telah ada maupun saham baru. 2. Penempatan Langsung Direct Placement Merupakan penjualan saham perusahaan sampai dengan 100 kepada pihak-pihak lain dengan cara negosiasi, umumnya melalui tender. Hal ini dapat juga disebut private placement penjualan langsung ke satu investor secara borongan, strategic sale atau trade sale. Tipe dari penempatan langsung ini terutama tergantung pada kebutuhan perusahaan. 43 Bastian, Indra. op. cit., h. 171-175. Universitas Sumatera Utara 3. Management Buy Out MBO Adalah pembelian saham mayoritas oleh suatu konsorsium yang diorganisasi dan dipimpin oleh manajemen perusahaan yang bersangkutan. Biasanya manajer hanya menempatkan sedikit modal dan diikuti oleh investor lain seperti bank investasi atau perusahaan modal ventura. 4. Likuidasi Liquidation Sebagai metode untuk menyebarkan atau mencairkan kembali aset dan tenaga kerja agar lebih produktif. Pihak yang melikuidasi akan mempertimbangkan hasil terbaik apakah yang akan diperoleh dengan cara menjual perusahaan sebagai usaha yang sedang berjalan atau menjual asetnya. 5. Privatisasi Lelang Auction Privatization Berdasarkan SK Menkeu No.47KMK.011996 pelelangan aset negara dapat dilakukan oleh Balai Lelang Swasta. SK tersebut untuk menguatkan peran profesional swasta untuk menangani aset negara yang akan dilelang. Namun sesuai ketentuan pemerintah, BLS hanya diijinkan oleh pemerintah untuk menyelenggarakan kegiatan pralelang sedangkan untuk menyelenggarakan kegiatan lelang ditangani oleh Kantor Lelang Negara KLN. 6. Dana Perwalian Privatisasi Privatization Trust Fund Adalah apabila BUMN tidak dapat dijual saat ini maka pemerintah akan menjual saham yang tidak terjual kepada sebuah dana perwalian yang akan mengelola portofolionya, menerima deviden dan menjual kepemilikannya pada saat kondisi pasar yang tepat. Dana perwalian adalah sebuah perusahaan yang mengelola dana yang dimiliki oleh pemerintah untuk tujuan laba dan diawasi oleh Universitas Sumatera Utara trustee yang diangkat oleh pemerintah dan pengelolaan dana perwalian dilakukan oleh manajer investasi yang profesional. 7. Penjualan Aset Asset Sale Adalah metode yang memisahkan aset yang tidak bermasalah dari perseroan dan menjualnya sehingga dapat digunakan oleh swasta. Cara ini bermanfaat saat perusahaan mengalami masalah-masalah yang menghambat. 8. Konsesi Concise Adalah sewa aset jangka panjang untuk 25 atau 30 tahun, pemegang konsesi memiliki hak untuk menjalankan usaha dan memelihara aset yang ada dan menambahkan aset jika perlu. Konsesi diberikan melalui tender dengan beberapa syarat yang harus dipenuhi antara lain pengalaman, tingkat pembayaran sewa dan proposal investasi. 9. Sewa Guna Usaha Lease Metode ini memberikan lesse hak untuk mengelola sekumpulan aset untuk jangka waktu yang singkat umumnya 4 sampai 5 tahun, tetapi pemiliknya tetap bertanggung jawab untuk menambah aset tersebut dan umumnya juga memelihara aset yang ada. Pemerintah selaku pemegang saham adalah pihak yang berwenang menentukan modus atau metode privatisasi yang akan digunakan sedangkan manajemen BUMN berkewajiban melakukan persiapan privatisasi. Dari beberapa metode yang ada, PP No.33 tahun 2005 tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Universitas Sumatera Utara Perseroan menentukan bahwa metode yang dapat digunakan pemerintah dalam privatisasi adalah 44 1. Floating. : Adalah penjualan saham berdasarkan ketentuan pasar modal antara lain penjualan saham melalui penawaran umum atau IPO, penerbitan obligasi konversi, dan efek lain yang bersifat ekuitas termasuk penjualan saham kepada mitra strategis atau direct placement bagi persero yang telah terdaftar di bursa. 2. Penjualan saham langsung kepada investor atau direct placement. Adalah penjualan saham secara langsung kepada mitra strategis atau investor khusus bagi penjualan saham persero yang belum Go Public. 3. Management Buy Out atau Employee Buy Out Adalah penjualan saham langsung kepada manajemen MBO atau kepada karyawan EBO.

I.5.10.4 Dampak Privatisasi

Jika menyimak kembali landasan privatisasi yang tertuang dalam UU No.19 Tahun 2003 tentang BUMN, maka langkah privatisasi berimplikasi pada terjadinya perubahan struktur kepemilikan BUMN. Porsi kepemilikan pemerintah berkurang atau habis sama sekali, di sisi lain muncul pemegang saham baru, swasta danatau masyarakat luas. Selain itu, jika privatisasi yang dilakukan diikuti oleh penjualan saham baru maka perusahaan akan memperoleh dana segar. Maka, 44 Riant Nugroho D dan Randy Wrihatnolo. 2008. Manajemen PrivatisasiBUMN. Jakarta : PT Elex Media Komputindo-Gramedia. Universitas Sumatera Utara jelas sekali bahwa privatisasi akan memberikan dampak positif bagi perseroan, yakni 45 1. Struktur kepemilikan akan berubah. Setelah privatisasi ada pemegang saham baru di BUMN. Pemegang saham baru publik ini tentu akan melakukan pengawasan atau kontrol baik langsung maupun secara tidak langsung terhadap jalannya operasional perusahaan agar investasi ynag ditanamkan dalam saham BUMN itu tidak menimbulkan kerugian. Dengan pengawasan yang lebih ketat dari publik, manajemen BUMN akan bersikap lebih hati-hati dan profesional dalam mengelola perusahaan. : 2. Perusahaan akan memperoleh dana segar untuk pengembangan bisnisnya kedepan. Selain itu untuk masa-masa mendatang, ketersediaan sumber dana untuk ekspansi akan lebih terjamin bagi BUMN yang sudah diprivatisasi. Akses pendanaan akan terbuka lebar baik di dalam maupun di luar negeri dengan menerbitkan instrumen utang ataupun instrumen penyertaan. 3. Perusahaan akan lebih dikenal masyarakat luas, karena dengan statusnya sebagai perusahaan publik ia akan memperoleh promosi gratis di media massa melalui pengumuman harga saham yang disajikan setiap hari. 4. Dengan status sebagai perusahaan publik, BUMN yang bersangkutan akan semakin transparan karena ada kewajiban untuk menyampaikan laporan baik yang bersifat reguler seperti laporan tahunan dan tengah tahunan serta laporan non-reguler dari kejadian yang bersifat material. 45 Tjager, I Nyoman; Dampak Privatisasi BUMN, Newsletter No.70, september 2007:6-7 Universitas Sumatera Utara 5. Corporate Value BUMN lebih terukur dan nilai wajar perusahaan akan tercermin dari harga saham yang diperdagangkan di pasar. 6. Keberhasilan manajemen juga lebih terukur yang tercermin dari pertumbuhan harga saham di pasar serta antusias masyarakat terhadap saham tersebut. Privatisasi BUMN juga memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi makro. BUMN yang mendapatkan dana segar dari privatisasi akan memanfaatkan dana tersebut untuk ekspansi usaha, baik secara langsung maupun melalui anak perusahaannya. Dari hal-hal positif tersebut diatas, sudah seharusnya strategi privatisasi BUMN mengedepankan strategi go public, karena nyata-nyatanya telah terbukti memberikan multiplier effect sangat besar bagi BUMN itu sendiri maupun bagi pemerintah dan masyarakat.

I.5.11 Kebijakan Privatisasi di Indonesia

Privatisasi di Indonesia mulai dilaksanakan sekitar tahun 1990-an, setelah diterbitkannya Keppres No. 51998 yang berisi antara lain ketentuan tentang restrukturisasi, merger dan privatisasi BUMN. BUMN yang pertama diprivatisasi adalah PT Semen Gresik pada tahun 1991, malalui pelepasan 27 saham pemerintah ke pasar modal. Tahap berikutnya, pada tahun 1994 pemerintah melepas 10 sahamnya dari PT Indosat 46 46 Riant Nugroho D dan Randy Wrihatnolo. op. cit., h. 29. . Universitas Sumatera Utara Adapun tujuan utama privatisasi saat itu adalah untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi dan nilai tambah BUMN. Disadari oleh pemerintah Indonesia bahwa sebagian besar BUMN memiliki kinerja yang rendah, sehingga tidak mampu memberikan kontribusi yang memadai bagi negara. Pada tahun 19901991 kontribusi BUMN dari deviden adalah Rp.1,096 triliun atau 46 dari total penerimaan bukan pajak yang sebesar Rp.2,383 triliun. Pada tahun 19951996 kontribusi BUMN dari deviden meningkat menjadi Rp.1,447 triliun, tetapi proporsinya terhadap total penerimaan bukan pajak hanya 14 dari Rp.7,801 triliun. Penurunan ini juga nyata pada kontribusi pajak penghasilan PPh yang diterima BUMN terhadap total penerimaan pajak. Pada tahun 19901991, penerimaan pajak dai PPh BUMN mencapai Rp.1,438 triliun atau 41,2 dari total penerimaan pajak Rp.3,489 triliun. Selanjutnya, pada tahun 19951996 penerimaan pajak dari PPh BUMN meskipun mengalami kenaikan menjadi Rp.2,020 triliun tetapi hanya merupakan 9,8 dari total penerimaan pajak tahun tersebut. Demikian pula halnya dengan profitabilitas BUMN. Meskipun terjadi peningkatan asset BUMN dari tahun 19901991 yang senilai Rp.179,153 triliun menjadi Rp.312,802 triliun di tahun 19951996 peningkatan sekitar 75, laba BUMN hanya meningkat 12 pada kurun waktu tersebut 47 Dalam perkembangannya kemudian, seiring dengan memburuknya ekonomi negara, tujuan privatisasi kemudian lebih diarahkan untuk memenuhi kebutuhan keuangan negara. Strategi utama privatisasi BUMN adalah divestiture divestasi yaitu dengan pengalihan asset pemerintah yang terdapat pada BUMN . 47 Riant Nugroho D dan Randy Wrihatnolo. ibid., hal. xvii Universitas Sumatera Utara kepada pihak lain. Sampai dengan pertengahan tahun 1997 pemerintah telah berhasil melakukan privatisasi saham minoritas atas kepemilikan saham mayoritas yang dimilikinya pada sejumlah BUMN termasuk penawaran saham perdana untuk 6 perusahaan yaitu Telkom, Indosat, Tambang Timah, Aneka Tambang, Semen Gresik dan BNI. Proses penjualan asset ini terus berlanjut. Pada tahun 19981999 dilakukan privatisasi atas sejumlah perusahaan termasuk Semen Gresik, Telkom lanjutan, Pelindo, Indosat, Kimia Farma, Bank Mandiri, dan lainnya. Namun berbeda dengan proses privatisasi di Indonesia untuk kurun waktu 1994 sampai 1997 yang tidak pernah mengalami hambatan, privatisasi yang dilakukan setelah tahun 1997 terlihat banyak sekali mengalami hambatan tidak hanya dari pihak legislatif dan karyawan namun juga dari masyarakat yang sangat reaktif dari setiap usaha yang mengarah ke privatisasi BUMN yang mencapai puncaknya pada proses spin off Semen Padang 48 48 Jurnal Administrator Borneo; Volume 4; Nomor 2; 2008; hal. 1281 . Privatisasi terus dilakukan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2002, pemerintah menyusun Masterplan BUMN 2002-2006 sebagai pedoman untuk reformasi BUMN yang dilakukan untuk kurun waktu 2002-2006. Pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, pemerintah juga menyusun Masterplan 2005-2009. Pada masa ini, privatisasi tidak mendapatkan reaksi yang keras sebagimana diterima pemerintahan sebelumnya. Pada tahun 2008, dari total jumlah BUMN yang mencapai 140 perusahaan, sudah sekitar 10 yang diprivatisasi. Universitas Sumatera Utara

I.5.12 Defenisi Konsep