Latar Belakang Analisis Kebijakan Privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada Era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2010)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Universitas Sumatera Utara Kajian privatisasi menjadi kajian yang sangat menarik diseluruh dunia sejak memasuki dekade 80-an. Sejak pemerintahan Thatcher di Inggris dan Reagan di Amerika Serikat memperkenalkan privatisasi dalam negaranya masing- masing pada tahun 1980-an, privatisasi kemudian berkembang menjadi fenomena global. Negara-negara dengan berbagai latar belakang ideologi, perbedaan ukuran, dan perbedaan perkembangan pembangunan semuanya mengadopsi privatisasi yang diyakini sebagai elemen penting dari kebijakan ekonomi negara mereka 1 . Gambar 1.1 Kajian Litelatur dan Empiris Terhadap Kebijakan Privatisasi Suksesnya pelaksanaan kebijakan privatisasi di negara-negara maju memberi inspsirasi terhadap negara-negara berkembang developing countries untuk melakukan hal yang sama. Dan pada dekade 90-an adalah dasawarsa terhadap pelaksanaan privatisasi di negara-negara berkembang. Karena pada saat 1 http: asropi.files.wordpress.com200902menilik-kinerja-privatisasi.pdf Universitas Sumatera Utara itu privatisasi pada seluruh kegiatan ekonomi adalah jawaban untuk meningkatkan jaminan kesejahteraan masyarakat, karena dengan demikian mereka BUMN akan menjadi lembaga yang harus bersaing versus monopoli. Pada awalnya keberadaan BUMN diperuntukkan untuk menyeimbangkan danatau menggantikan sektor swasta yang lemah. Pembentukan BUMN dimaksudkan pula untuk mendorong rasio investasi yang lebih tinggi, penambahan modal investasi, alih teknologi, peningkatan sektor ketenagakerjaan dan produksi barang-barang dengan harga terjangkau. Dalam perkembangan selanjutnya, pendirian BUMN selain bertujuan untuk memberi kontribusi pada pendapatan negara national income, BUMN juga mengemban misi untuk mengutamakan kepentingan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat sebesar- besarnya. Pemahaman akan peranan BUMN dalam perekonomian di Indonesia telah tertuang dalam amandemen keempat Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 yang menyebutkan bahwa perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan demokrasi ekonomi dangan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan, kemajuan dan kesatuan nasional. Oleh karena itu, usaha untuk meningkatkan perekonomian nasional dipandang perlu dalam upaya meningkatkan seluruh kekuatan ekonomi nasional dengan mendayagunakan BUMN di Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut, TAP MPR No.IVMPR1999 menetapkan bahwa arah kebijakan tentang BUMN adalah menata BUMN secara efisien, transparan dan profesional, terutama yang usahanya berkaitan dengan Universitas Sumatera Utara kepentingan umum perlu disehatkan dan yang tidak berkaitan dengan kepentingan umum didorong untuk diprivatisasi melalui pasar modal 2 Untuk mangatasi masalah-masalah tersebut dan untuk dapat meningkatkan efektivitas dan produktivitasnya, BUMN perlu melakukan beberapa tindakan, yaitu restrukturisasi dan privatisasi. Tujuan restrukturisasi diuraikan dalam Pasal 72 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, dinyatakan bahwa . Sebelum era privatisasi, BUMN di Indonesia seolah-olah berada dalam dualisme visi dan misi. Dimana disalah satu sisi, BUMN sebagai penyedia layanan publik memikul beban yang berat untuk memenuhi kebutuhan pokok yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Namun disisi yang lainnya, BUMN juga dituntut untuk menghasilkan laba profit. Dalam berbagai hal, mengkombinasikan kedua sisi tersebut bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan, karena BUMN di Indonesia juga menghadapi masalah kultural dan struktural yang sangat rumit. Budaya korupsi dan sistem birokrasi yang berjalan dengan lamban semakin memperkeruh masalah didalam tubuh BUMN itu sendiri. 3 1. Meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan; : Tujuan restrukturisasi adalah untuk: 2. Memberikan manfaat berupa dividen dan pajak kepada negara; 3. Menghasilkan produk dan layanan dengan harga yang kompetitif kepada konsumen; dan 4. Memudahkan pelaksanakaan privatisasi. 2 Yustika, Ahmad Erani. 2005. Perekonomian Indonesia Deskripsi, Preskripsi, dan Kebijakan. Malang. Bayumedia Publishing. h.177. 3 Republik Indonesia, Undang-undang N0.19 Tahun 2003 tentang BUMN, Pasal 72 ayat 2. Universitas Sumatera Utara Sedangkan tujuan privatisasi diatur dalam Pasal 74 Ayat 2 yang menyatakan bahwa privatisasi dilakukan dengan tujuan untuk meningkat kinerja dan nilai tambah perusahaan dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemilikan saham Persero. Kebijakan privatisasi tersebut merupakan salah satu kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk mengalihkan sebagian atau keseluruhan aset yang dimiliki negara kepada pihak swasta. Sebagian besar program dan kebijakan privatisasi dilakukan tidak terlepas dari politik ekonomi political economic dalam suatu negara. Globalisasi dan pasar bebas menuntut pemerintah untuk menciptakan daya saing perusahaan BUMN untuk dikelola secara profesional, salah satunya adalah dengan melibatkan pihak swasta dalam tata perekonomian nasional. Perubahan kepemilikan akan memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan 4 Istilah privatisasi sendiri sudah cukup akrab di telinga masyarakat. Hampir bisa dipastikan sebagian besar masyarakat Indonesia tidak asing dengan istilah ini. Namun sebagai sebuah konsep yang fundamental, tidaklah semua orang memiliki pengertian dan pemahaman yang sama, termasuk di tataran pemerintah sebagai penyelenggara negara, politisi di parlemen, pimpinan partai politik dan juga kalangan akademisi, termasuk kaum profesional sekalipun . 5 4 Riant Nugroho dan Randy R. W. 2008. Manajemen Privatisasi BUMN. Jakarta. PT Elex Media Komputindo. h. xii. 5 Tjager, I Nyoman; Dampak Privatisasi BUMN, Newsletter No.70, september 2007:1 . Dalam wacana publik, tindakan penjualan Badan Usaha Milik Negara State Owned Enterprise kepada swasta asing, mendapat sorotan tajam dan tanggapan negatif. Bahkan Universitas Sumatera Utara sebagian pihak menganggap tindakan tersebut telah meninggalkan rasa nasionalisme bagi bangsa. Tidaklah mengherankan jika seringkali muncul perdebatan atau polemik di masyarakat luas tentang privatisasi. Sikap masyarakat terhadap proses privatisasi BUMN di Indonesia sejak era reformasi mengalami perubahan dibanding era Orde Baru dan era Orde Lama. Pemerintah Orde Lama Orla, dengan sistem ekonomi terpimpin, telah memfungsikan State Corporations yang didominasi militer, sebagai instrumen industrialisasi ekonomi Indonesia. Di tahun 1967, ketika kekuasaan Orde Lama berakhir, State Corporations telah mendominasi bidang ekonomi, seperti perbankan, perdagangan, perkebunan, pertambangan, perminyakan, industri manufaktur, industri barang modal, bahkan industri berat seperti industri baja, perkapalan, elektronika, dan semen. Praktik subsidi dan proteksi pemerintah telah menjadi kekuatan bagi perusahaan negara tersebut 6 6 Bastian, Indra. 2002. Privatisasi Di Indonesia Teori Dan Implementasi.Jakarta. Salemba Empat. h. 94. . Privatisasi di Indonesia mulai berlangsung sejak tahun 1994 yang ditandai go public-nya PT Semen Gresik. Sejak saat itu hingga tahun 1997, nyaris tidak ada nada sumbang terhadap program privatisasi. Sepanjang masa itu, pelaksanaan privatisasi BUMN tidak pernah mengalami hambatan baik dari DPR-RI maupun dari karyawan. Bahkan masyarakat sangat antusias untuk mendapatkan saham dari BUMN yang akan diprivatisasi. Universitas Sumatera Utara Sejak era reformasi, sikap masyarakat berubah menjadi lebih kritis. Sikap masyarakat terhadap program privatisasi lebih variatif dan plural. Ada yang setuju dan mendukung, tapi ada juga sebagian yang justru tidak setuju dengan privatisasi dengan berbagai alasan. Kalangan yang tidak setuju privatisasi tidak jarang menggunakan nasionalisme sebagai satu alasan, dengan anggapan menjual saham BUMN ke pihak swasta lokal apalagi asing berarti telah menjual aset negara ketangan kapitalis dan asing. Apalagi jika yang diprivatisasi adalah BUMN yang memiliki produk yang dibutuhkan masyarakat luas. Kebijakan privatisasi BUMN saat ini memang memiliki dimensi yang berbeda bila dibandingkan pada era Presiden Megawati. Sehingga wajar bila kritik terhadap kebijakan privatisasi BUMN saat ini tidak seperti dulu. Di masa pemerintahan Presiden Megawati, nuansa jual obral aset negara dibalik privatisasi BUMN dan penjualan aset yang dikelola Badan Penyehatan Perbankan Nasional BPPN yang waktu itu juga dibawah kendali Kementerian BUMN terlihat sangat kental. Kebijakan privatisasi BUMN saat ini juga memiliki dasar hukum yang kuat, yaitu UU No.192003 tentang BUMN. Meski dalam beberapa hal materi UU No. 192003 perlu dikaji lagi. Secara de jure, privatisasi BUMN adalah kebijakan yang dilindungi Undang-undang. Sehingga, kita tidak bisa lagi menyatakan “ tidak ” pada kebijakan privatisasi BUMN, sepanjang telah sesuai dengan rambu-rambu yang ditentukan UU No. 192003. Ke depan, rambu-rambu privatisasi BUMN dalam UU No. 192003 inilah yang perlu dikaji dan diperbaiki lagi. Ini berbeda sekali ketika kebijakan privatisasi BUMN pada era pemerintahan Presiden Megawati. Saat itu, absennya perundang-undangan telah membuat Universitas Sumatera Utara kebijakan privatisasi menimbulkan persepsi yang beragam. Terlebih, lingkungan politik waktu itu memang berpotensi bagi munculnya moral hazard dalam kebijakan privatisasi BUMN. Maka, tidak mengherankan bila kebijakan privatisasi BUMN waktu itu banyak menimbulkan kecurigaan. Sementara itu, pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono kebijakan privatisasi sangat gencar dilakukan dan seolah-olah mendapat banyak dukungan dikarenakan tidak adanya protes-protes yang keras terhadap kebijakan privatisasi tersebut. Dimasa SBY inilah dalam setahun terdapat 44 BUMN yang langsung “dilego” kepada pihak asing. Dengan agresifitasnya dalam mengobral “BUMN”, maka pantaslah SBY disebut sebagai bapak privatisasi Indonesia 7 Berdasarkan uraian diatas maka penulis sangat tertarik untuk mengetahui dan melakukan penelitian mengenai bagaimana proses perumusan kebijakan privatisasi BUMN di Indonesia terkhusus pada masa pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan judul “ANALISIS KEBIJAKAN . Namun demikian, ini tidak berarti bahwa kebijakan privatisasi BUMN yang dikembangkan saat ini tidak memiliki kekurangan. Penulis melihat bahwa disana- sini masih terdapat banyak hal yang perlu dibenahi agar kebijakan privatisasi ini tidak menimbulkan kontroversi yang justru bisa menjadi bumerang bagi Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di kemudian hari. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis berfokus pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono yaitu sejak tahun 2004-2010. 7 http:berdikarionline.comeditorial20101104sby-bapak-privatisasi-indonesia.html Universitas Sumatera Utara PRIVATISASI BUMN PADA MASA PEMERINTAHAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO 2004-2010” .

I.2 Perumusan Masalah