BAB II
METODE PENELITIAN
II.1 Metode Penelitian
Pada dasarnya analisis kebijakan bersifat deskriptif, yang mencari tentang sebab dan akibat dari kebijakan-kebijakan publik. Dan analisis kebijakan juga
bersifat normatif, artinya bahwa analisis kebijakan menciptakan dan melakukan kritik terhadaptentang nilai-nilai kebijakan di masa lalu, masa kini, maupun masa
yang akan datang. Menurut Cassel dan Simon, metode kualitatif merupakan metode
penelitian ilmu sosial yang berusaha melakukan deskripsi dan interpretasi yang akurat akan makna dari gejala yang terjadi dalam konteks sosial, dan metode ini
menekankan pada pengumpulan dan analisis teks tertulis, ataupun juga yang terucapkan, serta memberikan gambaran menyeluruh tentang situasi yang
dipelajari oleh peneliti. Bentuk penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan analisis data
kualitatif yang mengemukakan gejalakejadianperistiwamasalah sebagaimana adanya secara lengkap dan diikuti dengan pemberian analisa dan interpretasi.
Universitas Sumatera Utara
II.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan studi pustaka library research, yaitu dengan mengumpulkan teori-teori dari buku-buku yang
mendukung dan berkaitan dengan penelitian ini.
Peneliti juga akan mengumpulkan data sekunder yang meliputi dokumen yang dimiliki oleh pemerintah dan data-data penunjang lainnya yang termuat
dalam jurnal-jurnal ilmiah, majalah, undang-undang, serta dokumen-dokumen tertulis maupun dokumen-dokumen visual lainnya.
III.3. Teknik Analisa Data
Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar
51
51
Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Ilmu Pengetahuan dan Aplikasinya. Jakarta. Ghalia Indonesia. h. 97.
. Penelitian ini bersifat deskriptif-eksploratif dengan pendekatan kualitatif karena mencoba
mengeksplorasi dan mengelompokkan fakta yang ada dalam suatu kesimpulan. Data yang diperoleh akan dikumpulkan untuk kemudian dianalisis, disusun,
diperinci secara sistematis dan selanjutnya diinterpretasikan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan. Hal ini dilakukan untuk mendeskripsikan secara
umum dan kualitatif tentang masalah-masalah dalam topik penelitian ini. Selain itu, hal ini juga bertujaun agar penelitian ini nantinya menghasilkan gambaran
yang jelas tentang penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
Data-data yang telah diperoleh tersebut kemudian dianalisis berdasarkan daya nalar dan pola pikir peneliti dalam menghubungkan fakta-fakta informasi.
Pada akhirnya data-data tersebut akan mengahasilkan kesimpulan yang menunjukkan hasil akhir dari penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
BAB III DESKRIPTIF FAKTOR PENDORONG
KEBIJAKAN PRIVATISASI BUMN
III. 1. Pendirian BUMN Perusahaan Negara di Indonesia
Didalam alinea ke-empat UUD 1945, disebutkan bahwa ada 4 tujuan utama dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, yakni: “...1melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; 2untuk memajukan kesejahteraan umum; 3mencerdaskan kehidupan bangsa; dan 4ikut
melaksanakan ketertiban dunia bedasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial,..”
Pendirian dan pengembangan BUMN merupakan salah satu upaya negara untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, khususnya berkaitan dengan elemen
“memajukan kesejahteraan umum” dan “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Amanat inilah yang menjadi landasan awal bagi negara untuk mengadakan unit-
unit usaha yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang belum dapat dipenuhi secara mandiri oleh rakyatnyaswasta. Pada awal kemerdekaan
Republik Indonesia, hampir seluruh sektor usaha yang penting bagi masyarakat belum dapat berkembang sendiri tanpa adanya keterlibatan langsung pemerintah.
Oleh karena itu, dilakukanlah nasionalisasi perusahaan-perusahaan ex-Belanda, yang sektor usahanya sangat beragam, seperti perkebunan, perdagangan,
konstruksi, asuransi, dan perbankan. Diantaranya adalah KLM yang
Universitas Sumatera Utara
dinasionalisasikan menjadi Garuda Indonesia Arways, Batavie Verkeers Mij dan Deli Spoorweg Mij dinasionalisasikan menjadi Djawatan Kereta Api DKA
untuk sektor transportasi. Sedangkan untuk komunikasi, pemerintah melakukan nasionalisasi terhadap Post, Telegraph en Dienst menjadi Jawatan Pos, Telegraph
dan Telepon. Secara politik-ekonomi, pendirian BUMN di Indonesia mempunyai tiga
alasan pokok
52
1. Sebagai wadah bisnis aset asing yang dinasionalisasi. Alasan ini terjadi di
tahun 1950-an, ketika pemerintah menasionalisasi perusahaan-perusahaan asing.
, yaitu :
2. Membangun industri yang diperlukan masyarakat, namun masyarakat
sendiri atau swasta tidak mampu memasukinya, baik karena alasan investasi yang sangat besar maupun resiko usaha yang sangat besar.
3. Membangun industri yang sangat strategis karena berkenaan dengan
keamanan negara. Oleh karena itu, pemerintah membangun industri persenjataan Pindad, bahan peledak Dahana, percetakan uang Peruri,
hingga pengelolaan stok pangan Bulog. Kebijakan menyangkut pengaturan perusahaan negara BUMN
sebelumnya diatur melalui Undang-Undang Nomor 19 Prp 1960 tentang Perusahaan Negara yang kemudian ditegaskan dengan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 1969 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Penganti Undang-Undang
52
Riant Nugroho dan Randy R. W. 2008. Manajemen Privatisasi BUMN. Jakarta : PT Elex Media Komputindo. h. xiv
Universitas Sumatera Utara
Nomor 1 Tahun 1969. Berdasarkan beberapa peraturan menyangkut perusahaan negara tersebut BUMN dibedakan menjadi Perjan perusahaan jawatan, Perum
perusahaan Umum dan Perseroan Terbatas. Dikarenakan terdapat banyak kendala serta hambatan yang dihadapi
pemerintah dalam menjalankan perusahaan negara, maka pemerintah menimbang perlu diperbaruinya aturan-aturan menyangkut BUMN agar dapat berkompetisi
dan mengikuti perkembangan dunia usaha yang pesat. Berdasarkan hal tersebut kemudian pemerintah menetapkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003
Tentang Badan Usaha Milik Negara sebagai pengganti Undang-Undang terkait perusahaan negara sebelumnya, dimana dalam UU No 19 Tahun 2003 ini
perusahaan negara BUMN dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu Perum dan Persero, serta menghapuskan perusahaan negara yang berbentuk Perjan karena
dianggap tidak sesuai lagi dengan kondisi perekonomian yang dihadapi. Dibawah ini adalah peraturan-peraturan yang berhubungan dengan BUMN
di Indonesia sejak awal pendirian BUMN itu sendiri sampai sekarang, yaitu : 1
Peraturan dan Ketentuan Terkait Tentang Nasionalisasi Perusahaan- perusahaan Belanda di Indonesia
a. Undang-undang Nomor 86 tahun 1958 Tentang Nasionalisasi
Perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia; b.
Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1959 Tentang Tugas Kewajiban Panitia Penetapan Ganti Kerugian Perusahaan-
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan Milik Belanda Yang Dikenakan Nasionalisasi dan Cara Mengajukan Permintaan Ganti Kerugian;
c. Undang-undang Nomor 19 tahun 1960 Tentang Perusahaan
Negara. 2
Peraturan dan Ketentuan Terkait Dengan Bentuk Usaha Negara a.
Instruksi Presiden Nomor 17 tahun 1967 Tentang Pengarahan dan Penyederhanaan Perusahaan Negara ke dalam Tiga Bentuk Usaha
Negara; b.
Undang-undang Nomor 9 tahun 1969 Tentang Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 tahun
1969 Lembaran Negara tahun 1969 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2890 Tentang Bentuk-bentuk Usaha
Negara menjadi Undang-undang; c.
Undang-undang Nomor 19 tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara.
3 Peraturan dan Ketentuan Terkait Dengan Tingkat Kesehatan BUMN
a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 740KMK.001989 Tentang
Peningkatan Efisiensi dan Produktifitas BUMN; b.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 826KMK.0131992 Tentang Perubahan Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN;
c. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 198KMK.0161998 Tentang
Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN;
Universitas Sumatera Utara
d. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan BUMNKepala Badan
Pembinaan BUMN Nomor 215M- BUMN1999 Tentang Penilaian Tingkat KesehatanPenilaian Tingkat Kinerja BUMN;
e. Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-100MBU2002 Tentang
Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN. 4
Peraturan dan Ketentuan Terkait Dengan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan RKAP Rencana Jangka Panjang RJP BUMN
a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 196KMK.0161998 Tentang
Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan BUMN; b.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 197KMK.0161998 Tentang Rencana Jangka Panjang BUMN;
c. Keputusan Menteri Negara PBUMN Nomor 169M-PBUMN1999
Tentang Rencana Jangka Panjang BUMN; d.
Keputusan Menteri Negara PBUMN Nomor 210M-PBUMN1999 tentang Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan BUMN;
e. Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-101MBU2002 Tentang
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan BUMN; f.
Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-102MBU2002 Tentang Penyusunan Rencana Jangka Panjang BUMN.
5 Peraturan dan Ketentuan Terkait Dengan Komite Audit BUMN
a. Keputusan Menteri Negara PBUMN Nomor 133M-PBUMN1999
tanggal 8 Maret 1999 Tentang Pembentukan Komite Audit bagi BUMN;
Universitas Sumatera Utara
b. Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-103MBU2002 Tentang
Pembentukan Komite Audit bagi BUMN; c.
Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-05MBU2006 Tentang Komite Audit BUMN.
6 Peraturan dan Ketentuan Terkait Dengan Pelepasan Aktiva Tetap BUMN
a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 89KMK.0131991 Tentang
Pedoman Pemindahtanganan Aktiva Tetap Badan Usaha Milik Negara;
b. Instruksi Menteri Negara BUMN Nomor 01-MBUMN2002
Tentang Pedoman Kebijakan Pelepasan Aktiva Tetap BUMN; c.
Instruksi Menteri BUMN Nomor 02M.MBU2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pemindahtanganan Aktiva Tetap Berupa
Rumah Dinas BUMN. 7
Peraturan dan Ketentuan Terkait Dengan Sinergi BUMN Instruksi Menteri BUMN Nomor 109MBU2002 Tentang Sinergi
Antar BUMN. 8
Peraturan dan Ketentuan Terkait Dengan Kemitraan dengan Usaha Kecil dan Bina lingkungan
Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-236MBU2003 Tentang Program Kemitraan BUMN Dengan Usaha Kecil dan Program Bina
Lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
9 Peraturan dan Ketentuan Terkait Dengan Restrukturisasi Hutang Usaha
Kecil dan Menengah Keputusan Menteri BUMN Nomor 576MBU2002 Tentang Tindak
Lanjut Keputusan Presiden Nomor 56 tahun 2002 Tentang Restrukturisasi Hutang Usaha Kecil dan Menengah.
10 Peraturan dan Ketentuan Terkait Dengan Penilaian Calon Anggota
Direksi BUMN a.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 146KMK.052001 tanggal 27Maret 2001 Tentang Penilaian Calon Anggota Direksi BUMN;
b. Keputusan Menteri BUMN Nomor 104MBU2002 Tentang
Penilaian Calon Direksi BUMN; c.
Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-09AMBU2005 Tentang Penilaian Kelayakan dan Kepatutan fit and proper test Calon
Anggota Direksi Badan Usaha Milik Negara; d.
Instruksi Presiden Nomor 8 tahun 2005 tanggal 3 Mei 2005 dan Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 2005 tanggal 19 Mei 2005.
11 Peraturan dan Ketentuan Terkait Dengan Penenerapan Good Coorporate
Government bagi BUMN Keputusan Menteri BUMN Nomor 117M-MBU2002 tentang
Penerapan Praktek GCG Pada BUMN.
Universitas Sumatera Utara
Peraturan yang terkait dengan pembinaan dan pengelolaan BUMN dapat kita lihat dalam gambar di bawah ini :
Gambar3.1 Pembinaan dan Pengelolaan BUMN
sumber: MasterPlan BUMN 2010-2014
Dengan mendirikan BUMN dan mengeluarkan undang-undang serta peraturan-peraturan yang mendukung hadirnya BUMN itu, pemerintah
mengharapkan akan terjadi perkembangan perekonomian melalui penciptaan lapangan kerja baru. Alasan lain dari pendirian BUMN adalah keberadaan sektor-
sektor tertentu dari perekonomian yang memiliki posisi strategis. Kaitan yang diciptakan sektor ini sangat berarti untuk proses pembangunan nasional. Oleh
karena itu, dalam upaya menjamin terlaksananya tanggung jawab sosial, maka
Universitas Sumatera Utara
pemerintah harus mengendalikannya, dan tidak mungkin memberikannya pada pihak swasta baik nasional maupun asing.
Dalam perkembangan selanjutnya, ekspansi BUMN antar sektor, antar negara dan dalam dunia perdagangan internasional menjadi fenomena baru dalam
sejarah kapitalisme industri. BUMN berangsur-angsur mulai menjadi saingan bagi swasta dalam pasar internasional. Perkembangan BUMN yang cepat berarti pula,
perluasan campur tangan pemerintah yang semakin besar. Dari satu negara ke yang lainnya, perluasan campur tangan pemerintah yang tak terkendali akan
mengakibatkan
53
1 Inefisiensi ekonomi dalam kegiatan produksi sektor publik dengan biaya
produksi tinggi, ketidakmampuan menghasilkan inovasi dan keterlambatan penyerahan barang yang mahal biayanya.
:
2 Tidak efektifnya penyediaan barang dan jasa, seperti kegagalan memenuhi
tujuan yang ingin dicapai, pembelokan keuntungan kepada kelompok- kelompok elit dan campur tangan politik dalam pengelolaan organisasi
BUMN. 3
Perluasan birokrasi yang cepat akan menambah berat beban anggaran, masalah-masalah perburuhan di sektor publik akan muncul, dan
pemerintah semakin tidak efisien. Dari pemasalahan yang timbul akibat campur tangan pemerintah terhadap
pengelolaan BUMN dan juga tekanan perekonomian dunia dan didorong pula oleh keinginan untuk mengendalikan pengeluaran pemerintah, mengakibatkan
53
Jurnal Ekonomi Pembangunan JEP: XI 1 2003, ISSN. 0854-526X. h. 83.
Universitas Sumatera Utara
pemerintah dibanyak negara meninjau kembali BUMN yang dimilikinya. Mereka mulai mengevaluasi kemungkinan menggeser pengelolaan oleh negara sedikit
demi sedikit ke swasta. Kenyataan ini segera saja menjadi pertimbangan utama lembaga
peminjaman internasional seperti International Monetary Found IMF dan World Bank untuk memberikan kredit kepada negara-negara berkembang didunia.
Dimana penekanan pada pelaksanaan privatisasi terhadap BUMN oleh IMF dan Bank Dunia berkembang menjadi kondisionalitas dalam peminjaman luar negeri
pada akhir 1980an. Mulailah terjadi arus swastanisasi atau lebih popular dengan sebutan
privatisasi. Gelombang awal privatisasi yang melanda dunia dimulai di Inggris dan kemudian menyebar diseluruh dunia dan sampai ke Indonesia. Privatisasi pun
segera menjadi fenomena global sekalipun distribusi aktifitas ini tidak merata secara geografis.
III.2 Perkembangan Kinerja BUMN 2005-2009
Jumlah BUMN sampai dengan saat iniadalah sebanyak 141 BUMN terdiri dari 15 BUMN Tbk, 112 BUMN Persero dan 14 BUMN Perum. Kinerja seluruh
BUMN selama waktu 2005-2009 terus mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan terlihat dari pertumbuhan asset dan ekuitas masing-masing dari Rp
1.291,25 Triliun dan Rp 370,06 Triliun pada tahun 2005 menjadi Rp 2.150,03 Triliun dan Rp 566,03 Triliun pada tahun 2009. Selanjutnya pertumbuhan Laba
Usaha dan Laba Bersih masing-masing dari Rp 82,57 Triliun dan Rp 25,77 Triliun pada tahun 2005 menjadi Rp 110,78 Triliun dan Rp 72,84 Triliun pada tahun
Universitas Sumatera Utara
2009. Sedangkan dalam kurun waktu 2005-2009 capaian Return on Assets RoA dan Return on Equity RoE rata-rata mencapai 3,15 dan 11,20. Hal tersebut
diatas dapat kita lihat pada tabel dan gambar dibawah ini
54
Perkembangan jumlah BUMN di Indonesia periode tahun 2005-2009
Sumber: MasterPlan BUMN 2010-2014
Tabel 3.2 :
Tabel 3.1
Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN periode tahun 2005-2009
Sumber: MasterPlan BUMN 2010-2014
Gambar 3.2 Grafik perkembangan ROA dan ROE
Sumber: MasterPlan BUMN 2010-2014
54
MasterPlan BUMN tahun 2010-2014, h.17-18
Universitas Sumatera Utara
Sementara itu, sepanjang tahun 2007 – 2011 telah dimasukkan program privatisasi. Untuk tahun 2007 sebanyak 24 BUMN, tahun 2008 sebanyak 15
BUMN, dan 2009-2011 sebanyak 11 BUMN. hal tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 3.3 Rencana Privatisasi Tahun 2007
Sumber: MasterPlan BUMN 2010-2014
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 3.3 diatas terdapat 17 BUMN yang kepemilikan saham pemerintah diatas 51 yang direncanakan akan diprivatisasi pada tahun 2007
dengan dasar pertimbangan bahwa BUMN itu bergerak di bidang usaha yang kompetitif. Dan terdapat 7 BUMN yang akan diprivatisasi dengan menggunakan
metode Initial Public Offering IPO. Tabel 3.4
Rencana Privatisasi Tahun 2008
Sumber: MasterPlan 2010-2014
Dari Tabel 3.4 diatas, rata-rata dasar pertimbangan BUMN yang masuk dalam rencana privatisasi di tahun 2008 didasarkan atas pertimbangan
pengembangan usaha, peningkatan modal dan sektor usaha yang kompetitif. Dan terdapat 9 BUMN yang menggunakan metode Initial Public Offering IPO.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.5 Rencana Privatisasi Tahun 2009-2011
Sumber: MasterPlan BUMN 2010-2014
Dari Tabel 3.5 diatas, terdapat 8 BUMN yang masuk dalam rencana privatisasi Tahun 2009-2011 dengan dasar pertimbangan untuk pengembangan
usaha. Dan terdapat 9 BUMN yang kepemilikan saham pemerintah diatas 51. Pemilihan-pemilihan BUMN tersebut untuk diprivatisasi sesuai dengan
ketentuanperaturan yang ada meliputi antara lain, industri kompetitif atau kepemilikan negara minoritas. Di samping itu, sesuai kebijakan yang dilakukan
dalam 5 tahun terakhir, maka hasil privatisasi diutamakan untuk kepentingan dan pengembangan BUMN.
Universitas Sumatera Utara
Hasil privatisasi selama pelaksanaan Master Plan Tahun 2005 – 2009 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.6 Hasil Privatisasi tahun 2005-2009
Sumber: MasterPlan BUMN 2010-2014
Pada tahun 2005 tidak ada pelaksanaan privatisasi karena tidak ada PTP Komite Privatisasi baru terbentuk tanggal 13 Oktober 2006. Dan pada tahun
2006 juga tidak ada PTP, namun pelaksanaan privatisasi PT PGN Tbk merupakan privatisasi lanjutan yang sudah mendapat persetujuan DPR dan telah ada
Peraturan Pemerintah. Pada tahun 2008 tidak ada pelaksanaan privatisasi karena kondisi perekonomian dan pasar modal tidak mendukung, sedangkan pelaksanaan
privatisasi terhadap 6 BUMN Minoritas sampai saat ini masih dalam proses karena PP tentang privatisasi 6 BUMN minoritas tersebut baru terbit pada tanggal
Universitas Sumatera Utara
31 Desember 2008. Tahun 2009 dilaksanakan privatisasi terhadap PT Bank Tabungan Negara Persero
55
Pengalaman internasional memperlihatkan bahwa faktor pendorong privatisasi ada dua, yaitu: pertama, untuk mengurangi defisit fiskal dan atau
menutupi kewajiban-kewajiban hutang-hutang pemerintah yang jatuh tempo, dan kedua, untuk mendorong kinerja ekonomi makro atau efisiensi makro
.
III. 3. Faktor-Faktor Pendorong Privatisasi Di Indonesia
56
Negara-negara maju yang menggulirkan program privatisasi dengan tujuan utama adalah efisiensi makroekonomi termasuk: Inggris; Perancis, dan Jepang.
State owned enterprises SOEs, yang mereka privatisasi umumnya dimulai dari sektor telekomunikasi: British Telcom Inggris; French Telkom Perancis; dan
Nippon Telegraph and Telephone, NTT, Jepang. Sedangkan negara-negara berkembang yang mengadopsi program privatisasi dengan tujuan utama untuk
menutupi defisit fiskal dan atau untuk menutupi kewajiban-kewajiban hutang- hutang pemerintah yang jatuh tempo, termasuk: RRC; Chile Telefones de
Chile; Mexico ; Brazil; Bolivia; dan Afrika Selatan .
Tujuan pertama umumnya diadopsi oleh negara-negara maju industri dan tujuan kedua umumnya diadopsi oleh negara-negara berkembang utamanya dalam
kerangka tujuan jangka pendek
57
Kebijakan privatisasi di Indonesia pada mulanya diakibatkan oleh memburuknya kinerja BUMN yang terjadi pada tahun 1980, ketika liberalisasi
.
55
MasterPlan BUMN 2009-2014
56
Kajian Ekonomi dan Keuangan Volume. 6, No.4 tahun 2002. h. 15.
57
Ibid., h. 16.
Universitas Sumatera Utara
ekonomi Indonesia mulai dilaksanakan. BUMN yang sudah terbiasa mendapatkan fasilitas khusus dari pemerintah tidak siap menghadapi persaingan saat
dimulainya ekonomi pasar pada tahun 1990. Kondisi kinerja dan tingkat keuntungan BUMN pasa saat itu lebih parah dibandingkan swasta. Akibatnya
adalah ketidakmampuan BUMN untuk membiayai perluasan usaha atau untuk membayar utang perusahaan.
Adapun tujuan utama privatisasi pada saat itu adalah untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi dan nilai tambah BUMN. Disadari oleh pemerintah Indonesia
bahwa sebagian besar BUMN memiliki kinerja yang rendah, sehingga tidak mampu memberikan kontribusi yang memadai bagi negara. Seiring dengan
memburuknya ekonomi negara, tujuan privatisasi kemudian lebih diarahkan untuk memenuhi kebutuhan keuangan negara. Strategi utama privatisasi BUMN, oleh
karenanya adalah divestiture divestasi yaitu dengan pengalihan asset pemerintah yang terdapat pada BUMN kepada pihak lain.
Munculnya keinginan untuk melakukan privatisasi BUMN tidak didorong dari pemerintah saja tetapi juga didorong dari dalam jajaran direksi BUMN itu
sendiri. Tekad BUMN untuk melakukan privatisasi yang berasal dari direksinya sendiri pada umumnya didasarkan pada berbagai pertimbangan, antara lain
58
a Mengurangi beban keuangan pemerintah, sekaligus membantu sumber
pendanaan pemerintah divestasi. :
b Meningkatkan efisiensi pengelolaan perusahaan.
58
Riant Nugroho D dan Randy Wrihatnolo.op. cit., h. 107.
Universitas Sumatera Utara
c Meningkatkan profesionalitas pengelolaan perusahaan.
d Mengurangi campur tangan birokrasipemerintah terhadap pengelolaan
perusahaan. e
Mendukung pengembangan pasar modal dalam negeri. f
Sebagai flag-carrier pembawa bendera dalam mengarungi pasar global. Pelaksanaan privatisasi di Indonesia menuntut dilakukannya transfer
fungsi dari pemerintah kepada swasta, yang menurut para pendukung privatisasi disebabkan karena sektor swasta lebih efisien dalam penggunaan resource dan
pemberian pelayanan publik. Oleh karena itu, tujuan utama privatisasi pada dasarnya adalah untuk meningkatkan efisiensi birokrasi pemerintah.
Savas juga sepaham dengan penilaian bahwa tujuan privatisasi adalah untuk efisiensi birokrasi pemerintah. Namun demikian, bagi Savas privatisasi
tidak hanya didrong oleh tujuan efisiensi. Savas menyebutkan terdapat empat faktor pendorong privatisasi, meliputi: pragmatic, ideological, commercial, dan
populist
59
59
Jurnal Administrator Borneo; Volume 4; Nomor 2; 2008; h. 1271.
.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.7 Faktor-Faktor Pendorong Privatisasi
Faktor Tujuan
Alasan
Pragmatic Pemerintahan yang lebih
baik better government Privatisasi dapat mengarahkan pelayanan publik
yang lebih cost-effective.
Ideological Pemerintahan yang lebih
ramping less government Pemerintah terlalu besar, terlalu kuat, terlalu
mencampuri kehidupan masayarakat, sehingga berbahaya bagi demokrasi. Kebijakan pemerintah
bersifat politis, oleh karena itu dengan sendirinya kurang memadai dibandingkan kebijakan yang
ditetapkan melalui pasar bebas.
Commercial More business
Belanja pemerintah merupakan bagian terbesar dari ekonomi. Semua ini dapat dan seharusnya
diselenggarakan oleh swasta. BUMN dan assetnya dapat digunakan oleh sektor swasta
secara lebih baik.
Populist Better society
Penduduk mestinya memiliki banyak pilihan dalam pelayanan publik. Mereka harus
diberdayakan untuk mendefinisikan dan menentukan kebutuhan umum.dan meletakan
sense of community melalui perhatian yang lebih pada keluarga, tetangga, lembaga keagamaan, dan
kesukuan serta lembaga-lebaga voluntir dan kurang terhadap struktur birokrasi.
Sumber: Savas, E., 1987. The Key to Better Governments dalam Jurnal Administrator Borneo; Volume 4; Nomor 2; 2008; h. 1269-1287
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan menurut Mahmudin Yasin, ada tiga faktor utama mengapa privatisasi BUMN di Indonesia perlu dilaksanakan dengan segera, yaitu
60
1 Perbaikan kinerja BUMN dan peningkatan value.
:
Pengalaman privatisasi di berbagai negara menunjukkan bahwa pemilik baru dari sebuah BUMN lazimnya melakukan perbaikan secara
lebih efektif mengingat adanya modal, teknologi, keahlian danatau jaringan pemasaran yang baru. Hal ini akan meningkatkan daya saing
BUMN terhadap perusahaan swasta dan meningkatkan laba. Selanjutnya, BUMN akan mampu melakukan ekspansi usaha baik menggunakan
sumber dana internal laba ditahan maupun melalui hutang-hutang komersial tanpa mengharapkan bantuan pendanaan pemerintah.
2 Mendorong terbentuknya Good Corporate Governance perusahaan yang
sehat, transparan dan akuntabel serta pmerintahan yang efektif. Privatisasi menjadi salah satu mesin pendorong bagi pembentukan
pemerintahan yang efektif sehingga tugas-tugas pemerintahan yang berkaitan dengan dunia usaha akan lebih terfokus, efisien dan ditekankan
pada perancangan dan penyempurnaan regulasi tingkat sektoral serta penetapan kebijakan sektor yang jelas dan kondusif bagi investasi.
3 Mengurangi beban negara.
Negara tidak sanggup untuk memiliki persero dengan biaya tinggi atau tidak efisien, terutama persero yang bidang usahanya adalah
kompetitif dan dapat dikelola baik oleh swasta. Privatisasi adalah bagian
60
Yasin, Mahmudin. 2002. Reformasi BUMN : Upaya Menata Ulang Peran Pemerintah dalam Dunia Usaha. FE UGM, Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
dari reformasi struktural yang akan mendorong bangsa Indonesia keluar dari resesi saat ini, terutama dengan penyerahan pengelolaan sektor-sektor
yang tidak menyangkut hajat hidup orang banyak. Dengan demikian, beralihnya fokus peranan pengelolaan BUMN dari
pihak pemerintah kepada pihak swasta diasumsikan akan meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya. Pada saat itu, akan berlangsung mekanisme pasar.
Meningkatnya akses pasar akan mampu meningkatkan arus kas perusahaan negara, sehingga perusahaan negara mampu memenuhi permintaan pasr serta
mampu memproduksi barang dan jasa yang berkualitas. Untuk mendukung pelaksanaan kebijakan privatisasi di Indonesia maka
pemerintah juga mengeluarkan peraturan-peraturan yang mengatur tentang privatisasi tersebut. Dibawah ini adalah peraturan-peraturan yang berhubungan
dengan pelaksanaan privatisasi BUMN di Indonesia sejak kebijakan privatisasi itu dilaksanakan sampai dengan sekarang :
a Keputusan Presiden Nomor 103 tahun 1998 Tentang Tim Evaluasi
Privatisasi BUMN; b
Keputusan Menteri Koordinator Pengawasan PembangunanPAN Nomor 41KEPMK.WASPAN91998 Tentang Tata Cara Penyetoran Penerimaan
Negara Bukan Pajak Dari Hasil-Hasil Pengelolaan Kekayaan Negara Yang Dipisahkan;
c Keputusan Presiden Nomor 24 tahun 2001 Tentang Tim Konsultasi
Privatisasi BUMN;
Universitas Sumatera Utara
d Keputusan Presiden Nomor 122 tahun 2001 Tentang Tim Kebijakan
Privatisasi BUMN jo Keputusan Presiden Nomor 7 tahun 2002 Tentang Tim Kebijakan Privatisasi BUMN;
e Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor KEP-35M.BUMN2001
tentang Prosedur Privatisasi BUMN; f
Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2005 Tentang Tata Cara Privatisasi;
g Keputusan Presiden Nomor 18 tahun 2006 Tentang Komite Privatisasi
Perusahaan Perseroan Persero.
III.4 Prosedur Privatisasi
Prosedur privatisasi sesuai dengan Undang-undang Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun
2005 tentang tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan Persero jo Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 33 Tahun 2005 tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan
Persero secara garis besar adalah sebagaimana flowchart berikut ini.
Gambar 3.3 Flowchart Prosedur Privatisasi
Sumber: MaterPlan BUMN 2010-2014
Universitas Sumatera Utara
Hal-hal yang perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan privatisasi BUMN, yaitu
61
a. Proses pelaksanaan privatisasi, sesuai dengan ketentuan dan peraturan
yang berlaku tidak hanya melibatkan Kementerian BUMN, tetapi juga instansi dan lembaga lainnya seperti Komite Privatisasi, Kementerian
Keuangan, DPR RI, Kementerian Hukum dan HAM, Sekretaris Negara dan Presiden, sehingga membutuhkan waktu yang relatif cukup lama yang
kadang sering mengakibatkan hilangnya momentum yang tepat dari pelaksanaan privatisasi tersebut. Untuk itu, diperlukan upaya-upaya
peningkatan koordinasi dan komunikasi dengan instansi dan lembaga terkait tersebut.
:
b. Perlu dilakukan peningkatan upaya-upaya sosialisasi yang lebih intensif
dalam rangka menyamakan persepsi mengenai privatisasi. III.5 Kriteria Umum bagi BUMN yang akan Diprivatisasi
Kriteria Umum bagi BUMN-BUMN yang akan diprivatisasi telah ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 19 tahun 2005 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 33 tahun 2003 jo Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2005 tentang Tata
Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan Persero. Kriteria umum tersebut adalah sebagai berikut:
61
MasterPlan BUMN 2010-2014, h.111
Universitas Sumatera Utara
a. Persero yang dapat diprivatisasi harus sekurang-kurangnya memenuhi
kriteria: 1 Industrisektor usahanya kompetitif; atau
2 Industrisektor usaha yang unsur teknologinya cepat berubah. b.
Sebagian aset atau kegiatan dari Persero yang melaksanakan kewajiban pelayanan umum danatau yang berdasarkan Undang-undang kegiatan
usahanya harus dilakukan oleh BUMN, dapat dipisahkan untuk dijadikan penyertaan dalam pendirian perusahaan untuk selanjutnya apabila
diperlukan dapat diprivatisasi. Sedangkan kriteria khusus yang harus dimiliki oleh BUMN yang akan
diprivatisasi adalah sebagai berikut: 1 Tidak ada PSO;
2 Telah dan sedang dalam restrukturisasi; 3 Ada kebutuhan dana untuk pengembangan;
4 Perbaikan struktur modalleverage; 5 Rugi terus menerus;
• profitisasi sulit dilaksanakan;
• masih potensial profitisasi;
• ada alokasi PMN tapi perlu pendanaan tambahan.
6 Perubahan regulasi yang berpengaruh pada sektor usaha; 7 Kepemilikan minoritas sehingga tidak ada kontrol negara dan lambat
laun kepemilikan akan terdilusi dan tidak strategis; 8 Untuk yang IPO, dalam 2 tahun berturut-turut menghasilkan laba.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan Persero yang tidak dapat diprivatisasi adalah: 1.
Persero yang bidang usahanya berdasarkan peraturan perundangan hanya boleh dikelola oleh BUMN;
2. Persero yang bergerak di sektor usaha yang berkaitan dengan
pertahanan dan keamanan negara; 3.
Persero yang bergerak di sektor tertentu yang oleh Pemerintah diberikan tugas khusus untuk melaksanakan kegiatan tertentu yang
berkaitan dengan kepentingan masyarakat; 4.
Persero yang bergerak di bidang usaha sumber daya alam yang secara tegas berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang dilarang untuk
diprivatisasi.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV DESKRIPTIF PROSES PERUMUSAN
KEBIJAKAN PRIVATISASI BUMN
IV.1. Perumusan Kebijakan sebagai Titik Kritis