Musik Populer Barat dan Pengaruhnya pada Musik Populer Batak

3.3 Musik Populer Barat dan Pengaruhnya pada Musik Populer Batak

Pada dasarnya perhatian ke arah dunia musik diawali dengan timbulnya kegoncangan di dunia perdagangan internasional dan juga dalam bidang moneter internasional yang tidak hanya terjadi di negara-negara maju developed countries tetapi pengaruhnya juga dirasakan pula oleh negara-negara berkembang developing countries, seperti halnya Indonesia Sindhunata 1983:96, sebagai upaya mengatasi situasi ekonomi akibat rendahnya pendapatan negara melalui sektor minyak dan gas bumi, sehingga sektor non migas merupakan alternatif yang berpeluang baik untuk dikembangkan. Tidak hanya produksi ekonomi saja yang diindustrikan, tetapi semua kejadian dalam masyarakat, terjadilah industri kebudayaan, seni, pemikiran, dan lain- lain Sumitro Djojohadikusumo 1975:76-110. Pada tahun 1920 terjadi suatu perkembangan besar dalam musik populer. Beberapa perkembangan penting yang bersifat teknis bertambah dengan didirikannya stasiun radio komersial yang berkaitan erat dengan perkembangan teknologi, media elektronika seperti radio, televisi, piringan hitam, kaset video, film musikal, laser disc serta perkembangan proses rekaman yang sangat berperan dalam penyebarluasan musik populer di seluruh dunia. Dengan adanya penemuan media elektronika, musik populer menjadi komoditas industri yang baru untuk kepentingan komersial. Pesatnya penjualan produksi musik populer didukung oleh pemutaran-pemutaran film atau sinetron musikal, yang memberikan akses kepada masyarakat untuk menyaksikan pertunjukan musik populer di gedung-gedung bioskop, atau hanya dengan memegang remote control di rumah melihatnya melalui televisi. Masyarakat umum adalah bahagian utama sebagai konsumen dari musik populer ini. Puncak penjualan industri musik populer Barat dan dunia tercatat pada tahun 1955 ketika pemusik Bill Halley memperkenalkan musik rockn’ roll dalam film Universitas Sumatera Utara musikal yang bertajuk Arround the Clock. Selanjutnya bermunculan kelompok musik baru yang juga bergaya rockn’ roll yang menguasai pasaran musik dunia melalui piringan hitam, kaset rekaman atau pertunjukan musik, dan pemutaran film musik. Munculnya budaya popular dunia yang datangnya dari dunia Barat tersebut, baik secara sengaja atau tidak juga masuk ke dalam kehidupan maysrakat Batak Toba. Semangat akulturasi ini diperkuat lagi dengan institusi agama Kristen di Tanah Toba yang juga dibawa oleh para misionaris Kristen Eropa. Khususnya yang paling kuat erpengaruh adalah zending Jerman. Orang-orang Batak Toba dengan mudah dapat menyanyikan dan memainkan musik-musik popo gaya Eropa. Kemudian disertai dengan kreativitasnya, orang-orang Batak Toba ini menciptakan sendiri lagu-lagu populer daerahnya baik secara inovatif ataupun akulturatif. Salah satunya pada masa kini adalah seperti yang dilakukan Marsada Band, melakukan inovasi dan akulturasi garapan dan pertunjukan musik populernya. Untuk itu mari kita kaji sejarah dan perkembangan Marsada Band di tengah-tengah belantika musik populer daerah dan nasional Indonesia.

3.4 Sejarah Terbentuknya Grup Marsada Band