Pokok Permasalahan Kerangka Penulisan

Dalam penelitian ini, Marsada Band dapat dikaji dari sisi etnomusikologi, yaitu mengkaji musik yang digarap dan dipertunjukkannya dalam konteks kebudayaan Batak Toba secara umum. Yang menjadi permasalahan utama kajian adalah unsur kreativitas garapan dan pertunjukan musik mereka. Kemudian dalam konteks budaya, unsur-unsur tradisional dan modern dipadukan dalam garapan musik mereka. Masyarakat Batak secara umum juga menyukai musik mereka ini. Untuk itu penulis memberi judul skripsi ini dengan, Analisis Lagu-lagu Batak yang Digarap dan Dipertunjukan Kembali oleh Marsada Band.

1.2 Pokok Permasalahan

Berdasarkan uraian pada Latar Belakang yang tertera diatas, maka terdapat pokok permasalahan mengenai tulisan karya ilmiah ini: 1. Bagaimana lagu-lagu Batak baik yang anonim atau telah ada pengarangnya yang digarap dan dipertunjukan kembali dengan kemampuan estetis oleh grup Marsada Band sehingga disukai oleh masyarakat? 2. Bagaimana eksistensi dan perjalanan karir Marsada Band sehingga dapat dikenal oleh kalangan masyarakat Batak, bahkan sampai ke Eropa? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Secara umum penelitian bertujuan untuk mengetahui atau mengungkapkan objek yang diteliti yang bertujuan untuk menemukan sebuah kesimpulan dari sebuah masalah antara lain, 1. Untuk mengetahui lebih jelas struktur musikal yang digarap dan dipertunjukkan oleh Marsada Band. Universitas Sumatera Utara 2. Untuk mengetahui eksistensi perjalanan dari kelompok Marsada Band.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini khusunya terhadap masyarakat luar, pada saat membaca penulisan karya ilmiah ini. Adapun manfaat tersebut antara lain; 1. Untuk mengetahui alasan mereka dalam mengarap dan mempertunjukkan musik Batak, menjadi musik gaya mereka sendiri, dan menjadikan musik Batak lebih dicintai dan dapat dinikmati oleh para pemiliknya. 2. Dapat memberi sumbangsih pemikiran yang sederhana terhadap perkembangan musik-musik Batak yang lain. 3. Agar masyarakat lebih menyadari bahwa pentingnya musik daerah sendiri. 4. Untuk pengembangan keilmuan, khususnya disiplin etnomusikologi dalam konteks mengkaji bagaimana seniman-seniman di tempat tertentu mengolah, menggarap, dan mempertunjukan music dengan estetika yang baru sehingga diterima oleh masyarakat luas. Tentu saja dalam hal ini menekankan kajian kepada musik, estetika, fungsionalisasi, dan budaya populer. 5. Menjadikan penulis menjadi sarjana seni dalam konteks menyelesaikan studi di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, yang telah menyelesaikan mata-mata kuliah lainnya. Semoga penulis bermanfaat bagi etnik Batak Toba, bangsa, dan negara Republik Indonesia. 6. Sebagai bahan kajian lebih lanjut bagi disiplin-disiplin ilmu terkait, baik dalam lingkup humaniora, sosial, maupun eksakta. Universitas Sumatera Utara 1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep Konsep merupakan defenisi singkat dari apa yang diamati. Konsep menentukan variabel-variabel utama dan kita ingin menentukan adanya hubungan empiris Merton, 1963:89. Dalam penulisan konsep ini, penulis akan menerangkan kata-kata kunci dalam judul tulisan yaitu: Analisis Lagu-lagu Batak yang Digarap dan Dipertunjukan Kembali oleh Marsada Band. Agar pembaca memahami maksud dari judul tulisan ini. Kata analisis berasal dari kata analisa yaitu, penyelidikan dan penguraian terhadap masalah untuk mengetahui keadaan yang sebenar-benarnya serta proses pemecahan masalah yang dimulai dengan dugaan akan sebenarnya. Sedangkan struktur adalah bagunan teoritis yang terdiri atas unsur-unsur yang berhubungan satu dengan lain dalam satu kesatuan Kamus Besar Bahasa Indonesia 1988. Kata garapan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1988 adalah mengandung makna diolah dan diberi suasana estetika. Kata ini juga mengandung makna adanya proses kreativitas seni yang menjadikan karya-karya seperti music, tari, teater, dan seni rupa menjadi indah, dan akhirnya disukai oleh banyak orang. Menurut Takari 2010 seni persembahan telah menjadi suatu disiplin ilmu pengetahuan yang mencoba menerapkan berbagai kajian dan metodologi, yang bersifat integratif dan interdisiplin. Kajian perbandingan dilakukan terhadap perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari, olah raga, sirkus, perayaan, upacara, hingga kepada pertunjukan musik, tari, dan teater, yang menekankan aspek estetika. Dalam mata kuliah teori dan metodologinya, dilakukan usaha untuk mengembangkan Universitas Sumatera Utara sekumpulan konsep dan pendekatan yang spesifik. Ilmu ini menggunakan teori-teori dan metodologi-metodologi dalam disiplin ilmu antropologi, sosiologi, sejarah, teori sastera, semiotik, analisis struktural, teori feminimisme, etnologi, analisis gerak-gerik, psikologi perseptual, estetika, dan teori seni pertunjukan itu sendiri. Untuk memberikan perspektif persembahan yang terintegrasi, tari dan musik tidak hanya dipelajari sebagai pertunjukan yang berdiri sendiri, tetapi juga sebagai bagian dari teater, ritual, dan kehidupan sosiobudaya.

1.4.2 Teori

Untuk mengkaji musik Batak yang digarap dan dipertunjukkan kembali oleh Marsada Band, penulis menggunakan teori semioti pertunjukan. Seperti yang dikemukakan oleh owzan dan Pavis dalam Takari 2008, pendekatan seni salah satunya mengambil teori semiotika dalam usaha untuk memahami bagaimana makna diciptakan dan dikomunikasikan melalui sistem simbol yang membangun sebuah peristiwa seni. Dua tokoh perintis semiotik adalah Ferdinand de Saussure seorang ahli bahasa dari Swiss dan Charles Sanders Pierce, seorang filosof dari Amerika Serikat. Saussure melihat bahasa sebagai sistem yang membuat lambang bahasa itu terdiri dari sebuah imaji bunyi sound image atau signifier yang berhubungan dengan konsep signified. Setiap bahasa mempunyai lambang bunyi tersendiri. Peirce juga menginterpretasikan bahasa sebagai sistem lambang, tetapi terdiri dari tiga bagian yang saling berkaitan: 1 representatum, 2 pengamat interpretant, dan 3 objek. Dalam kajian kesenian berarti kita harus memperhitungkan peranan seniman pelaku dan penonton sebagai pengamat dari lambang-lambang dan usaha kita untuk memahami proses pertunjukan atau proses penciptaan. Peirce membedakan lambang-lambang ke dalam tiga kategori: ikon, indeks, dan simbol. Apabila lambang Universitas Sumatera Utara itu menyerupai yang dilambangkan seperti foto, maka disebut ikon. Jika lambang itu menunjukkan akan adanya sesuatu seperti timbulnya asap akan diikuti api, disebut indeks. Jika lambang tidak menyerupai yang dilambangkan, seperti burung garuda melambangkan negara Republik Indonesia, maka disebut dengan simbol. Dengan mengikuti pendekatan semiotik, maka dua pakar pertunjukan budaya, Tadeuz Kowzan dan Patrice Pavis dari Perancis, mengaplikasikannya dalam pertunjukan. Kowzan menawarkan 13 sistem lambang dari sebuah pertunjukan teater--8 berkaitan langsung dengan pemain dan 5 berada di luarnya. Ketiga belas lambang itu adalah: kata-kata, nada bicara, mimik, gestur, gerak, make-up, gaya rambut, kostum, properti, setting, lighting, musik, dan efek suara. Meriam 1964:44-47 mengatakan apa yang dikerjakan oleh etnomusikologi di lapangan ditentukan oleh rumusan metodenya yang tidak hanya dari aspek saja, tetapi sosial budaya, psikologi, dan estetika yang baik. Oleh karena itu ada enam area pemeriksaan untuk diperhatikan dalam penulisan karya ilmiah ini, antara lain: 1. kebudayaan material musik, 2. studi terhadap teks nyanyian, 3. studi terhadap kategori musik, 4. studi terhadap para pemusik, 5. studi dengan penekanan pada penggunaan dan fungsi musik, dan 6. studi tentang musik sebagai aktivitas kreatif kebudayaan. Melalui teori di atas, penulis mengarahkan tulisan ini dengan pembahasan utama yaitu studi terhadap poin keenam yaitu tentang musik sebagai aktivitas dan kreativitas kebudayaan yang dilakukan oleh Marsada Band dalam merubah musik terhadap lagu-lagu batak dari musisi-musisi batak terdahulu. Universitas Sumatera Utara Bila dilihat dalam pokok permasalahan yang berbicara gaya dan karakter, disini penulis juga menjelaskan apa itu gaya dan karakter. Menurut Jeff Todd Titon yang dimaksud gaya dan karakter adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan organisasi bunyi musikal itu sendiri, anatara lain: 1. elemen-elemen nada yaitu, tengga nada, modus, melodi, harmoni, sistem laras, dan lain-lain, 2. elemen-elemen waktu yaitu, ritme dan metrik, 3. elemen warna suara yaitu, kualitas suara dan warna suara instrumen, dan 4. intensitas bunyi yaitu, keras dan lembut. Keseluruhan ini tergantung pada aspek estetika suatu kebudayaan musik. Dengan kata lain, gaya dan nilai estetika secara bersamaan diciptakan suatu bunyi musikal yang dapat dikenal suatu kelompok masyarakat dan memahaminya sebagai milik sendiri. Dari uraian konsep dan teori yang tertera diatas inilah yang akan penulis bahas dalam tulisan karya ilmiah ini terhadap objek yang diteliti.

1.5 Metode Penelitian

Metode yang penulis lakukan adalah dengan cara mencari tahu dan mewawancari informan pangkal dan informan kunci. Informal pangkal adalah sebuah informan yang dianggap banyak tahu dan mengerti mengenai kebudayaan Batak. Mereka sendiri terdiri dari musisi-musisi Batak, dan para budayawan Batak, selanjutnya dari mereka ini akan terkuat siapa-siapa saja yang sangat cocok untuk dituliskan ke dalam tulisan karya ilmiah yang menjadi topik pembahasan yang biasanya disebut informan kunci. Pada tahap sebelum penulis turun ke lapangan, penulis mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan penelitian seperti kamera digital untuk mengambil Universitas Sumatera Utara gambar agar lebih jelas dan terbukti. Serta alat perekam suara, pada saat melakukan wawancara. Kemudian studi kepustakaan sebagai informan awal yang dijadikan acuan dengan membaca buku-buku serta mencari tahu dengan menggunakan internet yang berhubungan dengan objek penelitian. Agar dapat berjalan dengan lancar sampai selesainya penulisan karya ilmiah ini. Metode penelitian yang penulis gunakan dalam tulisan ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu suatu penelitian yang berdasarkan atas tujuannya dalam menggambarkan dan menafsirkan data yang dijumpai di lapangan. Metode ini bertujuan untuk menggambarkan dengan jelas sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, kelompok tertentu, menentukan frekuensi atau penyebaran dari suatu gejala lain dalam suatu masyarakat Koentjaraning-rat,1990:29. Dalam rangka kerja penelitian ini, penulis juga berpedoman pada disiplin etnomusikologi. Seperti yang disarankan Curt Sachs dalam Nettl 1964:62 yaitu penelitian etnomusikologi dibagi dalam dua jenis pekerjaan yakni kerja lapangan field work dan kerja laboratorium deks work. Kerja lapangan meliputi studi kepustakaan, observasi, wawancara, dan perekaman lagu. Sedangkan kerja laboratorium meliputi pembahasan dan penganalisisan data yang telah diperoleh selama penelitian. Sehingga melalui pendekatan ini penulis lebih terfokus dan memusatkan objek yang ingin diteliti untuk dituliskan kedalam karya ilmiah ini serta dapat dipertangung jawabkan.

1.5.1 Studi Kepustakaan

Maksud dari studi kepustakaan adalah mendapat data berupa tulisan yang bersal dari buku-buku, jurnal, majalah seni, skripsi-skripsi di Perpustakaan Departemen Etnomusikologi. Universitas Sumatera Utara Sehingga pada tahap awal dalam kerja lapangan ini, penulis terlebih dahulu melakukan studi kepustakaan yaitu mencari buku, makalah, skipsi-skripsi Etnomusikologi dan literatur-literatur yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini. Studi kepustakaan ini dipergunakan untuk mengetahui konsep-konsep dan teori-teori yang erat kaitannya dengan apa yang akan diteliti. Studi ini merupakan landasan bagi penulis dalam melakukan penelitian. 1. Buku-buku yang digunakan adalah Kebudayaan Musik Pasifik, Timur Tengah, dan Asia yang diterjemahkan oleh Muhammad Takari 1993. Bku aslinya adalah dalam bahasa Inggris oleh William P. Malm, 1977. Music Cultures of the Pacific, Near East, and Asia. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall. Buku ini menjadi panduan untuk menganalisis melodi lagu-lagu yang dipertunjukkan dan digarap kembali oleh Marsada Band. Untuk penulisan karya ilmiah ini, penulis juga mencari tahu lewat internet. 2. Tulisan ilmiah lainnya yang digunakan untuk enambah wawasan adalah skripsi Ruth Apulina Sitompul yang berjudul Musik Populer Barat dalam Kehidupan Generasi Muda di Medan: Suatu Kajian Sosiomusikologis. Dalam skripsi ini dibahas pengaruh musik terhadap generasi muda ditinjau dari aspek sosiologi dan psikologi. Ruth Apulina Sitompul mengatakan musik populer yang diciptakan seorang atau lebih disukai dan diminati masyarakat cepat menyebar luas, sarana penyebarannya adalah media massa elektronik. Musik populer sangat dekat dengan masyarakat khususnya generasi muda karena dapat mewakili jiwa mereka dan menunjukkan hubungan antara sosiologi dan musik. Dalam skripsi ini juga dibahas tentang masyarakat khususnya generasi muda dalam kehidupan sehari-hari mempunyai hubungan dengan dunia musik dan saling mempengaruhi timbal balik. 3. Skripsi Ivo Kesuma yang berjudul Musik Populer Batak Toba: Suatu Observasi Musikologi-diskografis. Di dalam skripsi ini dikaji perkembangan musik populer Batak Toba dan minat umum masyarakat Batak Toba secara umum di dalam penyimpulannya minat masyarakat Batak Toba tersebut terhadap musik yang berasal Universitas Sumatera Utara dari tradisinya sendiri sangat umum khususnya generasi muda, lagu-lagu populer Batak Toba merupakan gambaran tentang kehidupan masyarakat Batak Toba. 4. Buku yang berjudul Musik dan Ideologi Pasar karangan C. Teguh Budiarto. Di dalam buku ini diutarakan bahwa musik tidak hhanya enak didengarkan melainkan juga bisa melenakan pendengarnya. Musik modern telah kehilangan auura, telah kehilangan pamornya. Penyebabnya musik tidak lagi otonom dalam penciptaannya, dia hanya menjadi alat ideologis kelompok tertentu. Tegasnya, musik telah menjadi propaganda pihak-pihak tertentu. Termasuk menjadi alat kepentingan pasar, ketika kaum borjuis memperhitungkan pasar dalam segala bidang seiring dengan meningkatnya industrialisasi—industri budaya dan perdagangan seni. 4. Peter Manuel dalam bukunya yang bertajuk Popular Music of the non- Western Worlds: An Introduction Survey. Dalam buku in dikaji secara umum keberadaan mussik-musik populer yang ada di seluruh dunia di luar kebudayaan Barat. Misalnya saja musik-musik populer di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. 5. Untuk mengkaji fungsi musik populer Batak Toba dalam masyarakatnya, peneliti menggunakan teori fungsionalisme. Teori ini pada prinsipnya menyatakan bahwa segala aktivitas kebudayaan sebenarnya bermaksud memuaskan suatu rangkaian dan kebutuhan-kebutuhan naluri manusia yang berhubungan dengan kehidupannya, misalnya: kesenian timbul karena pada mulanya manusia hendak memuaskan kebutuhan nalurinya akan keindahan; ilmu pengetahuan timbul karena kebutuhan naluri manusia untuk selalu ingin tahu. Dalam konteks seni dangdut, seni ini muncul karena berbagai kebutuhan dalam budaya masyarakat Indonesia. 6. Buku lainnya yang menjadi panduan untuk mengkaji fungsi musik populer dalam budaya etnik Batak Toba, terutama penerimaan masyarakat Batak Toba terhadap lagu-lagu garapan Marsada Band dan fungsinya, adalah karya Merriam yang berjudul The Anthropology of Music 1964. Sebagai salah seorang ahli teori fungsionalisme dalam etnomusikologi, secara implisit mengemukakan gagasan bahwa fungsi itu memiliki dua pengertian, yaitu sebagai penggunaan uses dan fungsi sebagai fungsi function. Music is used in certain situations and becomes a part of them, but it may or may not also have a deeper function. If the lover uses song to w[h]o his love, the function of such music may be analyzed as the continuity and perpetuation of the biological group. When the supplicant uses music to approach his god, he is employing a particular mechanism in conjunction with other mechanisms such as dancer, prayer, organized ritual, and ceremonial acts. The function of music, on the other Universitas Sumatera Utara hand, is inseparable here from the function of religion which may perhaps be interpreted as the establishment af a sense of security vis- vis the universe. Use them, refers to the situation in which music is employed in human action; function concerns the reason for its employment and particularly the broader purpose which it serves 1964:210. Menurut Merriam, seperti kutipan di atas, musik dipergunakan dalam situasi tertentu yang menjadi bagian darinya--fungsi ini dapat atau tidak dapat menjadi fungsi yang lebih dalam. Ia memberikan contoh, jika seseorang menggunakan nyanyian untuk kekasihnya, maka fungsi musik seperti itu dapat dianalisis sebagai kontinuitas dan kesinambungan keturunan. Mekanismenya fungsional seperti itu adalah melalui penari, pembaca doa, ritual yang diorganisasikan, dan kegiatan-kegiatan seremonial. Penggunaan menunjukkan situasi musik dipakai dalam kegiatan manusia; sedangkan fungsi memperhatikan pada sebab yang ditimbulkan oleh pemakaiannya, dan terutama tujuan-tujuan yang lebih jauh dari apa yang dilayaninya. 7. Untuk mengkaji respons masyarakat Batak Toba terhadap musik populer Batak Toba yang digarap dan dipertunjukkan oleh Marsada Band, penulis mempergunakan teori perilaku musik. Seperti yang dikemukakan oleh R. Douglas Greer. Music behaviors include performance, composition, analytical conceptualization e.g., verbal behavior, and listening. One may assume responsibility for music instruction and not regard oneself as responsible for music learning. Many, if not all, professional musicians have some responsibility for music instruction: performer, musicologists, composers, theoriests, and conductors commit a portion of their careers to educationally related tasks such as children’s concerta and academic appointments. Indeed, it is difficult to think of a single musician who is not concerned in some manner with music instruction. Although many rerecognize this association with music instruction, some musicians do not regard themselves as being responsible for music learning Greer 1975:3. Menurut Greer seperti kutipan di atas perilaku musik mencakup pertunjukan, komposisi, konseptualisasi analitis misalnya perilaku verbal atau bahasa, dan belajar dengan cara mendengar. Sebagian besar musisi seniman, musikolog, komposer, ahli teori, dan dirigen memiliki berbagai respons dalam menginstruksikan musik yang diajarkannya. Dalam tulisan ini akan dikaji secara terfokus pada perilaku masyarakat Universitas Sumatera Utara Batak Toba dalam merespons musik populer Batak Toba yang digarap dan dipertunjukkan oleh Marsada Band. 1.5.2 Pegumpulan Data di Lapangan 1.5.2.1 Observasi Kerja lapangan berkaitan dengan pengumpulan data melalui kaset-kaset dan CD kemudian penulis pun langsung melakukan penelitian di lapangan yaitu melihat bagaimana cara Marsada Band merubah musik dari lagu-lagu batak yang terdahulu. Selain itu, mencari informal pangkal yang mendukung dan membuka jalan bagi penulis untuk bertemu dan mengenal lebih jauh group Marsada Band itu sendiri, sehingga sedapat mungkin informan pangkal tersebut berasal dari kebudayaan yang sama dengan informal kunci.

1.5.2.2 Wawancara

Dalam penelitian ini penulis menggunakan wawancara jenis wawancara riwayat secara lisan Moleong, 2000:137. Wawancara ini dimaksudkan mewawancarai sang informan kunci secara mengalir tanpa adanya draft pertayaaan yang disusun. Wawancara tidak terkesan kaku melainkan terkesan santai seperti pembicaraan sehari-hari. Kemudian penulis menggunakan 2 jenis informan yaitu, informan pangkal, dan informan pokok koetjaraningrat 1977:163-164, yang menjadi informan pangkal saya adalah teman saya sendiri marin mahasiswa Universitas Negeri Medan sebagai penunjuk tempat ataupun lokasi dari personil Marsada Band sendiri. Sebagai informan pokok kunci adalah Marsada Band sendiri sebagai objek penelitian penulis dalam pembahasan karya ilmiah ini. Universitas Sumatera Utara

1.5.2.3 Rekaman

Dalam penulisan ini penulis menggunakan beberapa instrumen pendukung antara lain kamera digital merk Lumix DMC-FX 12. Kamera digunakan untuk merekam proses wawancara dan saat masa observasi penelitian lapangan. Selain itu, penulis juga menggunakan rekaman komersial dalam bentuk Album Pertama Marsada Band. Alasannya melalui album inilah Marsada Band menjadi popular di kalangan masyarakat. Album ini juga mengekspresikan aspek garapan dan pertunjukan musik dipadu dengan tarian.

1. 5. 3 Kerja Laboratorium

Seluruh hasil wawancara dan rekaman oleh informan kunci yang penulis dapatkan dari penelitian, penulis langsung kelapangan kemudian diolah kedalam laboratorium. Hal ini dimaksudkan untuk menghasilkan hasil transkripsi dan analisis musik yang mereka buat serta menyusun perjalan karir mereka. Kemudian pada tahap akhir semua data yang sudah terkumpul di analisa kembali dengan menyaring data, meyeleksi data, menambah data yang kurang, memodifikasi teori dan pengkalsifikasian data, dengan tujuan agar penulis dapat menjawab permasalahan yang ada dengan benar sesuai dengan fakta.

1. 6 Lokasi Penelitian

Pada tahap penelitian penulis mencari tahu letak kehadiran dari markas Marsada Band sendiri. Setelah penulis sempat mencari tahu dengan bertanya-tanya kepada orang yang mengenal dan mengetahui lebih dekat terhadap group Marsada Band ini, pada akhirnya penulis mendapat informasi dari salah seorang teman saya yang dekat dan menegnal salah satu personil Marsada Band sendiri. Universitas Sumatera Utara Adapun alas an penulis memilih lokasi penelitian di Samosi dikarenakan personil Marsada Band tinggal dan kebanyakan berkarya di daerah tersebut, tetapi tidak menutup kemungkinan didaerah-daerah lain seperti tarutung dan di Medan sendiri, untuk mendapatkan informan untuk memperoleh data-data yang konkrit dalam penulisan karya ilmiah ini.

1.7 Kerangka Penulisan

Tulisan dalam bentuk skripsi ini, secara pengorganisasiannya ditbagi ke dalam lima bab. Setiap bab dipandag sebagai satu kesatuan yang dekat dan menyatu. Adapun setiap bab dirinci sebagai berikut. Bab I, merupakan Pendahuluan yang terdiri dari sub-sub bab: Latar Belakang Masalah, Pokok Permasalahan, Tujuan daan Manfaat Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Peneilitian, Konsep dan Teori Konsep, Teori, Metode Penelitian Studi Kepustakaan, Pengumpulan Data di Lapangan, Observasi, Wawancara, Rekaman, Kerja Laboratorium, dan Lokasi Penelitian. Bab II diberi judul Deskripsi Kebudayaan Batak Toba di Pulau Samosir. Adapun sub-sub babnya adalah sebagai berikut: Agama, Bahasa, Mata Pencaharian Ekonomi, Sistem Organisasi, Kesenian, Pendidikan, dan Teknologi. Ini dilakukan menurut kajian antropologis yang biasanya dalam mendeskripsikan kebudayaan mencakup tujuh unsur universalnya seperti tersebut di atas. Bab III berjudul Perjalanan Karir Bermusik Marsada Band. Kemudian judul ini didukung oleh sub-sub bab: Sejarah terbentuknya grup Marsada Band, Sistem Perekrutan Anggota, Keberadaan dan Eksistensi, Sistem Pembelajaran dan Proses Latihan, Perlengkapanperalatan, Manajemen Pertunjukan, Konteks Penyajian, Universitas Sumatera Utara Pandangan Masyarakat, Tempat Pertunjukan, Pendukung, dan Prestasi yang Pernah Diraih. Selanjutnya Bab IV berjudul Garapan, Pertunjukan, Transkripsi, dan Analisis Lagu-lagu Batak oleh Marsada Band. Judul ini didukung oleh sub-sub bab sebagai berikut: Garapan, Pertunjukan, Transkripsi Metode Pentranskrip-sian, Sistem Notasi, Analisis musik Batak yang Digarap kembali oleh Marsada Band. Bab V adalah Bab Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Kesimpulan dibuat dalam rangka menjawab dua pokok permasalahan yang telah ditetapkan di dalam Bab I. Sementara saran adalah berupa pemikiran penulis untuk menjaga eksistensi musik Batak, khususnya dalam kerangka bagaiman kebijakan untuk Marsada Band dan kelompok musik Batak lainnya. Universitas Sumatera Utara

BAB II DESKRIPSI KEBUDAYAAN BATAK TOBA

SEBAGAI LATAR BELAKANG BUDAYA PARA ANGGOTA MARSADA BAND

2.1 Asal-usul Orang Batak