Konvensi Montevideo Tidak Mengatur Punahnya Suatu

Negara-negara Amerika namun sampai saat ini hanya memiliki sembilan belas penandatangan dan enam belas negara pihak. 264 Meskipun terdapat banyak dukungan untuk kriteria Montevideo sebagai wakil dari hukum kebiasaan internasional dimana wilayah merupakan persyaratan kenegaraan, otoritas bertentangan juga ada. Misalnya, Komisi Hukum Internasional ILC telah berulang kali menolak tugas mendefinisikan negara , dan pada satu kesempatan, definisi yang secara substansial mirip definisi Montevideo malah dihapusnya. 265 Louis Henkin, seorang ahli hukum internasional terkenal dan drafter dari Undang - Undang Ketiga tentang Hubungan Luar Negeri Amerika Serikat US Third Restatement on Foreign Relations, sembari menerima kriteria Montevideo sebagai hukum, ia juga mengkritik kriteria tersebut dengan alasan bahwa itu “not requisite qualifications but descriptions of states as we know them ” yang artinya “bukanlah syarat negara melainkan deskripsi negara yang kita ketahui.” 266

2. Konvensi Montevideo Tidak Mengatur Punahnya Suatu

Negara Definisi Montevideo Konvensi atas negara tidak membahas persyaratan bagi sebuah negara untuk terus eksis apabila negara tersebut telah mencapai statehood . 267 264 Konvensi ini dinegosiasikan antara dan ditandatangani oleh Argentina, Bolivia, Brazil, Chili, Kolombia, Kuba, Republik Dominika, Ekuador, El Salvador, Guatemala, Haiti, Honduras, Meksiko, Nikaragua, Panama, Paraguay, Peru, Amerika Serikat, Uruguay dan Venezuela Masyarakat internasional sendiri tidak bergantung pada kriteria 265 Yearbook of the International Law Commission, Vol. II, New York: United Nations Publication, 1966, hal. 192 266 Louis Henkin, International Law: Politics and Values, London: Martinus Nijhoff Publishers, 1995, hal. 13 267 Chiara Giorgetti, op.cit., hal. 65-66 Universitas Sumatera Utara Montevideo dalam menentukan kenegaraan dari suatu Negara sekali negara tersebut telah didirikan. Oleh karena itu, meski kriteria yang diatur dalam Pasal 1 Konvensi Montevideo telah menjadi bagian dari hukum kebiasaan internasional, mereka hanya berlaku dalam konteks penciptaan kenegaraan dan bukan ketika Negara telah ditetapkan. Oleh karena itu, kriteria ini tidak dapat diterapkan untuk menentukan apakah negara – negara kepulauan berdataran rendah masih mempertahankan kenegaraan mereka. Penting adanya pada tahap ini untuk merujuk pada kesimpulan yang ditarik oleh Brownlie berkaitan dengan kriteria kenegaraan yang tercatat dalam naskah Konvensi Montevideo: “This brief enumeration of criteria is often adopted in substance by jurists, but it is no more than a basis for further investigation ” yang artinya “Penjabaran singkat atas kriteria ini sering diadopsi substansinya oleh para ahli hukum, tetapi masih adanya dasar untuk penelitian lebih lanjut .” 268 Perlu dicatat bahwa penelitian lebih lanjut ini meliputi pergeseran dan perkembangan mengenai masalah kenegaraan dalam bidang hukum internasional publik. Dengan kata lain, kriteria kenegaraan yang diadopsi dalam Konvensi Montevideo harus dianggap sebagai suatu kriteria yang minimum 269 dan masih perlunya diadakan penelitian selanjutnya dari pertanyaan atas kenegaraan sesuai dengan perkembangan yang hidup dalam bidang internasional publik hukum. 268 Ian Brownlie, op.cit., hal. 70 269 Chris N. Okeke, Controversial Subjects of Contemporary International Law: An Examination of the New Entities of International Law and Their Treaty-Making Capacity , Rotterdam: Rotterdam University Press, 1974, hal. 87 Universitas Sumatera Utara

3. Doktrin Praduga Kelanjutan Keberadaan Negara