dipungkiri bahwa tidak akan ada yang penduduk permanen yang melekat padanya atau pemerintah yang dapat mengaturnya.
255
Negara kepulauan yang terpengaruh juga berbagi pandangan yang sama. Beberapa di antaranya yaitu Nauru, yang berpandangan bahwa kenaikan
permukaan air laut akan menyebabkan hilangnya seluruh pulau dan bahkan negara.”
256
Sehubungan dengan ini, Tuvalu juga khawatir kedaulatannya ikut terendam ketika seluruh tanahnya terendam.
257
Demikian pula Negara federal Mikronesia yang menyatakan bahwa apabila seluruh tanah Mikronesia terendam,
maka warga negaranya akan terhalang untuk pulang ke negara mereka untuk selamanya.
258
2. Hilangnya Hak – Hak Maritim
Pasal 47 Konvensi PBB tentang Hukum Laut tahun 1982 United Nations Convention on the Law of the Sea UNCLOS
menjelaskan prosedur bagi negara- negara kepulauan dalam menarik garis pangkal:
255
United Nations High Commissioner for Refugees, Climate Change and Statelessness: An Overview
15 May 2009, hal. 1 – 2, dapat diakses pada: http:www.unhcr.orgrefworlddocid4a2d189d3.html [diakses tanggal 10 Maret 2014]
256
Permanent Mission of the Republic of Nauru to the United Nation, Views on the Possible Security Implications of Climate Change to be Included in the Report of the Secretary-
General to the 64
th
Session of the United Nations General Assembly 2009, hal. 10, dapat diakses
pada: http:www.un.orgesadsdresourcesres_pdfsga-64cc-inputsPSIDS_CCIS.pdf [diakses tanggal
10 Maret 2014]
257
Tuvalus Views on the Possible Security Implications of Climate Change to be included in the report of the UN Secretary General to the UN General Assembly 64th Session
2009, hal. 3, dapat diakses pada: http:www.un.orgesadsdresourcesres_pdfsga-64cc-inputsTuvalu_CCIS.pdf [diakses tanggal
10 Maret 2014]
258
Permanent Mission of the Federated States of Micronesia to the United Nation, Views on the Possible Security Implications of Climate Change to be included in the report of the
Secretary-General to the 64th Session of the United Nations General Assembly 2009, hal. 7,
dapat diakses pada: http:www.pacificdisaster.netpdnadmindataoriginalFSM_UN_2009_CCIS.pdf [diakses tanggal
10 Maret 2014]
Universitas Sumatera Utara
“An archipelagic State may draw straight archipelagic baselines joining the outermost points of the outermost islands and drying reefs of the archipelago..”
yang artinya “Suatu Negara kepulauan dapat menarik garis pangkal lurus kepulauan yang menghubungkan titik-titik terluar pulaupulau dan karang kering
terluar kepulauan itu.”
259
Pada dasarnya, ketentuan ini memungkinkan zona maritim diukur dari titik terluar negara kepulauan, yang dihubungkan dengan garis lurus.
260
Metode dimana ini zona maritim ditentukan ini menggunakan garis pantai negara sebagai
bagian penting dari perhitungan, yang berarti bahwa klaim yang sah dari negara atas zona maritim yang diukur dari titik-titik ini akan berubah jika garis pangkal
berubah akibat erosi dari kenaikan permukaan laut.
261
Di samping itu, apabila seluruh teritori suatu negara terendam air, maka pulau – pulaunya sudah tidak dapat ditinggali maupun mendukung kehidupan
Aturan yang berkaitan dengan garis pangkal untuk pengukuran laut teritorial semua mengacu pada batas
air rendah yang mengacu pada persimpangan tanah dengan permukaan air yang sedang surut. Kesimpulan yang dapat diperoleh tak lain dan tak bukan adalah
wilayah terendam tidak bisa bersinggungan dengan permukaan air. Dengan demikian, UNCLOS menyatakan dengan sangat jelas bahwa wilayah yang
terendam tidak dapat lagi mendukung klaim maritim maupun sumber daya di dalamnya.
259
United Nations Convention on the Law of the Sea 1982, pasal 47
260
Robin R. Churchill dan Alan V. Lowe, The Law of the Sea, 3rd ed., Manchester: Manchester University Press, 1999, hal. 50
261
W. Michael Reisman dan Gayl S. Westerman, Straight Baselines in Maritime Boundary Delimitation,
New York: Palgrave Macmillan, 1992, hal. 4
Universitas Sumatera Utara
danatau aktivitas manusia. Sehubungan dengan ini, pasal 1213 dari Konvensi Laut menyatakan bahwa:
“Rocks which cannot sustain human habitation or economic life of their own shall have no exclusive economic zone or continental shelf”
yang artinya “Batu karang yang tidak dapat mendukung kediaman manusia atau kehidupan ekonomi
tersendiri tidak mempunyai zona ekonomi eksklusif atau landas kontinen.”
262
Hal ini berarti ekspansi buatan manusia terhadap kemampuan batu karang untuk mempertahankan tempat tinggal manusia atau kehidupan ekonomi tidak
memungkinkan untuk digunakan sebagai dasar hak maritim. Dengan demikian , sebuah pulau yang menjadi benar-benar terendam tidak
bisa lagi mengklaim ZEE atau landas kontinen atau bahkan laut teritorial.
B. Negara – Negara Kepulauan Berdataran Rendah