Kemerdekaan Status Kenegaraan (Statehood) Negara – Negara Kepulauan Berdataran Rendah (Low-Lying Island Nations) Yang Seluruh Wilayahnya Terendam Air Laut

dalam menghadapi permasalahan yang ada dalam negaranya. 217 Ketidakkonsistensian ini muncul karena kriteria Montevideo secara eksplisit diarahkan pada penciptaan negara dan tidak memberikan pedoman untuk keberlanjutan Negara atau kriteria apa saja untuk menentukan kapan suatu Negara dapat kehilangan status kedaulatannya. Akibatnya , kedaulatan justru menjadi perisai milik Negara lemah dari tekanan eksternal dan ini malah menempatkan pemerintahan yang tidak berpengalaman dan tidak memiliki kontrol politik yang efektif dalam suatu posisi dimana mereka dapat melakukan apapun yang mereka suka tanpa harus menghadapi konsekuensi utama: Kepunahan Negaranya.

C. Kemerdekaan

Independence sebagai Kriteria Statehood Kemerdekaan memainkan peran penting karena berfungsi sebagai kendaraan lanjutan dari klaim atas status kenegaraan. Perlu ditekankan pula bahwa gagasan kemerdekaan telah dianggap sebagai prinsip hukum internasional yang fundamental. 218 Dalam bukunya yang berjudul Identity and Continuity of States in Public International Law , Marek menjelaskan pentingnya konsep kemerdekaan yang didasarkan pada hukum internasional publik dengan menyatakan bahwa kemerdekaan Negara membentuk prasyarat dari hukum internasional dan merupakan suatu kondisi yang tidak bisa ditanggalkan tanpa menyangkal raison dêtre-nya sendiri pada saat yang sama. 219 217 United Nations Security Council Resolution 814 26 March 1993, para. 4; United Nations Security Council Resolution 897 4 February 1994, para. 2 218 Status of Eastern Carelia USSR v. Finland, Advisory Opinion, P.C.I.J. Rep Series B No. 5 1923, hal. 27 219 K. Marek, op.cit., hal. 163 Universitas Sumatera Utara Fakta bahwa kemerdekaan merupakan komponen penting kenegaraan telah terkonfirmasi dalam platform internasional. Kasus Kepulauan Åaland, contohnya, memiliki signifikansi dalam konteks kenegaraan dan sangat informatif mengenai pengertian hak manusia dalam menentukan nasib sendiri right to self – determination . Komisi dalam kasus tersebut dipercayakan oleh Dewan Liga Bangsa-Bangsa untuk menangani masalah status pulau-pulau yang terletak di Laut Baltik. The International Committee of Jurists meneliti situasi internal Finlandia demi memperoleh penerangan atas status kenegaraan pulau tersebut. Perlu dicatat bahwa Finlandia sendiri mencapai kemerdekaan dari Rusia. The International Committee of Jurists mengacu pada situasi revolusi disana dan menekankan kurangnya komponen penting kenegaraan yang disebabkan oleh adanya tindakan anarkis. 220 “Oleh karena itu, sulit untuk menyatakan kapan tanggal tepat Republik Finlandia, dalam istilah hukum, benar-benar menjadi suatu Negara yang berdaulat. Hal ini tentu belum dapat tercapai sampai dibuatnya organisasi politik yang stabil, dan otoritas publik yang ada telah menjadi cukup kuat untuk menegaskan diri mereka di seluruh wilayah negara tanpa bantuan pasukan asing.” Kesimpulan berikut ditarik oleh Komite yang berkaitan dengan masalah status kenegaraan Finlandia: 221 Pernyataan ini menekankan pentingnya gagasan kemerdekaan dan menghubungkannya dengan isi hukum dari konsep yang digambarkan sebagai negara berdaulat. Oleh karena itu, sebagaimana tampak dari pertimbangan di 220 Aaland Islands case, op.cit., hal. 8 221 Ibid., hal. 9 Universitas Sumatera Utara atas, persyaratan kemerdekaan dianggap sebagai suatu komponen penting dari status kenegaraan atau statehood.

i. Pengertian

Independence Gagasan kemerdekaan dalam hukum internasional berarti adanya sejumlah hak dan kewajiban: misalnya, hak negara untuk memiliki yurisdiksi atas wilayah dan penduduk permanen, atau hak untuk terlibat pada suatu tindakan pertahanan diri dalam situasi tertentu. Ini menyiratkan pula kewajiban untuk tidak campur tangan dalam urusan internal negara-negara berdaulat lainnya. Apa yang merupakan urusan internal negara masih sering disengketakan dan memiliki standar yang terus berubah. Rumus klasik atau definisi dari istilah kemerdekaan telah diberikan oleh Hakim Anzilotti dalam kasus Customs Régime between Austria and Germany sering pula disebut Austro-German Customs Union Case. Anzilotti membahas arti dari istilah kemerdekaan dan mutlak sesuai dengan pasal 88 dari Treaty of Saint-Germain 1919, dimana isu yang dibahas adalah mengenai status Austria. Pernyataan berikut telah dibuat oleh ahli terkemuka ini yang berkaitan dengan konsep-konsep yang disebutkan sebelumnya: “I think the foregoing observations show that the independence of Austria within the meaning of Article 88 is nothing else but the existence of Austria, within the frontiers laid down by the Treaty of Saint-Germain, as a separate State and not subject to the authority of any other State or group of States. Independence as thus understood is really no more than the normal condition of States according to international law; it may also be described as sovereignty Universitas Sumatera Utara suprema potestas, or external sovereignty, by which is meant that the State has over it no other authority than that of international law” 222 Sebagaimana terlihat dari definisi ini, suatu hubungan antara kemerdekaan dan kedaulatan telah terbentuk, dan lagi, dua konsep ini telah disamakan dengan satu sama lain. Adapun berikut ini merupakan unsur-unsur penting dari konsep kemerdekaan, yakni: eksistensi sebagai negara terpisah yang dihubungkan dengan pemenuhan kriteria empiris kenegaraan dan tidak tunduk kepada otoritas negara – negara lain. yang memiliki arti bahwa “saya kira pengamatan di atas menunjukkan bahwa kemerdekaan Austria dalam pengertian Pasal 88 adalah tidal lain dari keberadaan Austria, dalam batas- batas yang ditetapkan oleh Perjanjian Saint-Germain, sebagai negara yang terpisah dan tidak tunduk pada otoritas Negara maupun kelompok Negara lain. Kemerdekaan dengan demikian dipahami sebagai sesuatu yang tidak lebih dari kondisi normal negara - negara menurut hukum internasional; yang juga dapat digambarkan sebagai kedaulatan suprema potestas, atau kedaulatan eksternal, yang artinya Negara tidak memiliki otoritas lain atasnya selain daripada yang diberikan oleh hukum internasional.” 223 Serupa dengan penjabaran ini, Lauterpacht menghubungkan konsep kemerdekaan dengan gagasan pemerintah dan menegaskan bahwa prasyarat pertama kenegaraan adalah harus adanya pemerintah yang benar-benar independen dari Negara lain. 224 222 M. O. Hudson ed., World Court Reports, A Collection of the Judgments, Orders and Opinions of the Permanent Court of International Justice , Vol. II, 1927-1932, Washington 1935, hal. 726 223 James Crawford, op.cit., hal. 66 224 H. Lauterpacht, op.cit., hal. 26 Universitas Sumatera Utara Sedangkan Crawford mengisyaratkan bahwa gagasan kemerdekaan mencakup dua dimensi, yakni: 225 i. kemerdekaan resmi yang ada di mana kekuasaan pemerintah dari suatu wilayah dalam urusan internal dan eksternal dipegang oleh otoritas yang terpisah di negarayang bersangkutan. ii. kemerdekaan sebenarnya yang dapat didefinisikan sebagai batas minimum kekuasaan pemerintahan yang nyata yang ada pada otoritas dari negara yang bersangkutan, yang diperlukan untuk memenuhi syarat menjadi ‘merdeka’. Kesimpulaannya, kemerdekaan dapat didefinisikan sebagai berikut: suatu Negara merdeka apabila validitasnya berasal langsung dari hukum internasional, dan bukan dari tatanan hukum Negara lain, yaitu ketika ia memiliki norma dasar sendiri yang tidak berasal dari, atau berbagi dengan, negara lain. 226 ii. Kedaulatan Negara sebagai Manifestasi Kemerdekaan Sebuah negara modern adalah suatu kedaulatan yang modern pula, dan kemerdakaan adalah conditio sine qua non dari kedaulatan, sehingga membuktikan adanya kemerdekaan. Kedaulatan bukanlah mitos, 227 225 James Crawford, op.cit., hal. 72 melainkan suatu instrumen yang dapat diterapkan jika masalah status kenegaraan dipertanyakan. Hakim Huber dalam kasus Island of Palmas menyampaikan definisi yang merangkum pentingnya pengertian kedaulatan dan kemerdekaan dimana kedaulatan dalam hubungan antar negara menandakan kemerdekaan. 226 K. Marek, op.cit., hal. 168 227 Kreijen, G., State Sovereignty, and International Governance, Oxford: Oxford University Press, 2002, hal. 31 Universitas Sumatera Utara Kemerdekaan terhadap sebahagian tertentu dari wilayah di dunia ini adalah hak untuk melaksanakan di dalamnya fungsi suatu Negara, dengan mengesampingkan negara - negara lain. 228 Sedangkan, Krasner menekankan bahwa istilah “kedaulatan” telah memperoleh empat arti yang berbeda dalam perkembangan konsepnya: 229 i. Kedaulatan hukum internasional Hal ini mengacu pada pengakuan negara antar satu dengan negara maupun badan lainnya. ii. Kedaulatan Westphalia Hal ini mengacu pada pengecualian aktor eksternal dari konfigurasi otoritas domestik. iii. Kedaulatan domestik Hal ini menyangkut otoritas negara, organisasinya dalam batas-batas wilayah negara dan tingkat kontrol efektif yang dijalankan oleh pihak masing-masing. iv. Kedaulatan dalam ketergantungan. Hal ini mengacu pada perlunya pengaturan terhadap perpindahan lintas batas negara dan efektivitas otoritas pemerintah dalam hal ini. Dalam ranah hukum internasional, kedaulatan sama dengan kemerdekaan dan terdiri dari segenap kompetensi yang belum dipindahkan melalui persetujuan 228 Island of Palmas case, op.cit., hal. 838 229 Krasner, S. D., Sovereignty: Organized Hypocrisy, Princeton: Princeton University Press, 1999, hal. 3 Universitas Sumatera Utara independen terhadap sebuah tatanan hukum internasional. 230 Sehingga, kedaulatan memiliki arti bahwa entitas yang memperoleh status tersebut telah menjadi subjek utuh hukum internasional. Oleh karena itu, kedaulatan, kemerdekaan dan gagasan yang diperkenalkan oleh kedua konsep ini, yaitu kepribadian hukum internasional, adalah manifestasi yang saling terkait. Sebuah negara modern yang merdeka dan berdaulat harus memiliki kemerdekaan resmi dan aktual. Dengan kata lain, negaranya harus asli dan bukan merupakan negara boneka. 231

D. Hak Menentukan Nasib Sendiri