Fungsi Status Kenegaraan (Statehood) Negara – Negara Kepulauan Berdataran Rendah (Low-Lying Island Nations) Yang Seluruh Wilayahnya Terendam Air Laut

kurangnya sumber – sumber hukum lain. Meskipun ada berbagai literatur yang membahas kenegaraan dan parameternya, sangatlah sedikit sumber otoritatif yang menawarkan definisi yang bisa diterapkan negara.

B. Fungsi

Statehood dalam Hukum serta Hubungan Internasional Alasan pentingnya suatu entitas menjadi negara dalam Hukum maupun hubungan internasional secara keseluruhan adalah karena menjadi suatu Negara secara otomatis membuat suatu entitas menjadi kuat dan termasuk subjek utama dari Hukum Internasional.” 38 Sering kali, perselisihan status internasional dari suatu entitas, atau legalitas penggunaan kekerasan tertentu, atau bahkan atas pelanggaran standar hak asasi manusia, berujung pada sengketa mengenai statehood dari entitas yang bersangkutan. 39 Beberapa kapasitas utama pemilik kepribadian internasional, sebagaimana dijabarkan oleh Dixon, yaitu “to make claims before international and national tribunals in order to vindicate rights given by international law; to be subject to some or all of the obligations imposed by international law; to have the power to make valid international agreements treaties binding in international law; to enjoy some or all of the immunities from the jurisdiction of the national courts of Oleh karena itu, demi memperoleh perlindungan dalam hukum internasional, entitas – entitas lebih memilih untuk menjadi suatu negara agar dapat memperoleh status kepribadian internasional international legal person. 38 Martin Dixon, Textbook on International Law, 6th ed., United States: Oxford University Press, 2007, hal. 113. 39 James Crawford, The Creation of States in International Law, 1st ed., United States: Oxford University Press, 1979, hal. 93 Universitas Sumatera Utara other states ” yang artinya “untuk membuat klaim kepada pengadilan internasional dan nasional demi membela hak-hak yang diberikan oleh hukum internasional; untuk tunduk pada beberapa atau semua kewajiban yang dikenakan oleh hukum internasional; untuk memiliki kedudukan dalam membuat perjanjian internasional yang berlaku dan mengikat dalam hukum internasional; untuk menikmati beberapa atau semua kekebalan dari yurisdiksi pengadilan nasional negara lain.” 40 Selain daripada itu, pentingnya statehood juga termanifestasi dalam hal – hal lain seputar hubungan internasional. Partisipasi penuh dalam organisasi internasional yang besar baik secara tegas diatur 41 maupun dalam prakteknya, 42 membutuhkan status kenegaraan suatu pihak tersebut. Demikian juga dalam melakukan berbagai bentuk partisipasi yang lebih terbatas. 43 Sudah barang tentu bahwa tiga atau empat entitas berbeda yang statehood-nya ditolak hanya dapat berpartisipasi dalam hubungan internasional dalam lingkup yang sangat terbatas. 44 40 Martin Dixon, op.cit., hal. 112 41 Charter of the United Nations, pasal 4; Conditions for Admission of a State to Membership in the United Nations, Advisory Opinion, I.C.J. Reports 1948, p. 57, hal. 62 42 Misalnya, berdasarkan pasal 1 2 Covenant of the League of Nations 1919, hanya negara yang dapat memperoleh keanggotaan Liga Bangsa - Bangsa. Misalnya lagi, Organisasi Pembebasan Palestina PLO, yang mengaku mewakili negara Palestina, pada Mei 1989 mendaftar untuk keanggotaan penuh dari Organisasi Kesehatan Dunia WHO. WHO memutuskan untuk menunda keputusan tentang masalah tersebut selama satu tahun. Sementara Palestina bukan negara sebagaimana dimaksud untuk tujuan hukum internasional, PLO juga bukan tipe organisasi yang memenuhi syarat untuk subjektivitas hukum dalam hukum internasional , sehingga baik Palestina maupun PLO tidak ada yang memenuhi syarat sebagai anggota. Lihat Keesing’s Contemporary Archives: Record of World Event United Kingdom: Cartermill International,1990 43 Charter of the United Nations, loc.cit, pasal 32 dan 35 2; Rosalyn Higgins, The Development of International Law through the Political Organs of the United Nations , London: Oxford University Press, 1963 hal. 50-52; Sydney D. Bailey, The Procedure of the U.N. Security Council Oxford: Clarendon Press, 1975, hak. 145-52. 44 Misalnya, Taiwan memang memiliki hubungan bilateral dengan sejumlah Negara- negara yang tidak mengakui klaimnya sebagai pemerintah Cina yang sah. Namun, sejak 1971, tidak memiliki status ntuk segala tujuan yang berhubungan dengan PBB. Lihat Chiu, Hungdah, China and the Question of Taiwan: Documents and Analysis New York: Praeger Publishers, 1973 hal. 169-171 Universitas Sumatera Utara

C. Negara sebagai Subjek Hukum Internasional