mengadakan peraturan.
64
Selain itu mereka terikat oleh aturan-aturan hukum internasional yang sehubungan dengan perilaku dalam perang dan mungkin pada
waktunya dapat diakui sebagai pemerintah. Kepribadian hukum dari pihak – pihak yang bersengketa ini tampak dari fakta bahwa Dewan Keamanan PBB
mengizinkan Organisasi Pembebasan Palestina PLO untuk berpartisipasi dalam debat anggota dengan hak partisipasi yang sama seperti yang dianugerahkan
kepada negara anggota yang bukan anggota Dewan Keamanan.
65
Terlebih lagi, PLO menandatangani Israel–PLO Declaration of Principles on Interim Self-
Government Arrangements di Washington pada 13 September 1993.
66
2. Negara sebagai Subjek Hukum Internasional Utama
Dengan demikian, jelaslah bahwa pihak – pihak yang bersengketa juga memiliki
kepribadian hukum dalam hukum internasional.
Pada dasarnya Negara merupakan subjek hukum yang terutama par excellence
dibanding dengan subjek-subjek hukum internasional lainnya. Sebagai subjek hukum internasional, negara memiliki hak-hak dan kewajiban-kewajiban
menurut hukum internasional.
67
Misalnya, ‘individu’ tidak memiliki hak atas Zona Ekonomi Eksklusif – suatu hak yang ada hanya pada negara.
68
64
Antonio Cassese, International Law, Oxford: Oxford University Press, 2001, hal 124
Demikian
65
Yearbook of the United Nations, New York: United Nations Department of Public Information, 1972, hal. 70; Yearbook of the United Nations, Volume 32, New York: United
Nations Department of Public Information, 1978, hal. 297
66
Declaration of Principles on Interim Self-Government Arrangements 1993, 32 ILM 1525. Perlu diketahui bahwa masing – masing pihak, Perdana Menteri Israel dan Ketua PLO,
melalui suratnya menyatakan pengakuan dan komitmennya terhadap proses perdamaian tersebut pada tanggal 9 September 1993.
67
Huala Adolf, SH, Aspek-Aspek Negara Dalam Hukum Internasional, Jakarta: Rajawali Press, 1991, hal. 1
68
United Nations Convention on the Law of the Sea 1982, 1833 U.N.T.S. 3, pasal 56
Universitas Sumatera Utara
pula, ‘individu’ tidak dapat memohon jurisdiksi Mahkamah Internasional.
69
Faktanya, bahkan ketika hak – hak tertentu ada pada individu, penegakannya hanya dimungkinkan melalui negara dengan mengatasnamakan namanya. Ian
Brownlie menyatakan bahwa hanya negara-lah yang ternyata memenuhi kriteria subjek hukum internasional secara penuh, sedangkan subjek hukum internasional
lainnya belum tentu atau bahkan tidak memenuhi kriteria tersebut secara keseluruhan, sehingga negara dapat pula disebut sebagai subjek hukum
internasional yang utuh.
70
69
Statute of the International Court of Justice, Jun. 26 1945, 1 U.N.T.S. 933, pasal 341
70
Ian Brownlie, op.cit., hal. 60
Universitas Sumatera Utara
BAB III KRITERIA STATUS KENEGARAAN
STATEHOOD BERDASARKAN HUKUM INTERNASIONAL
A. Kriteria
Statehood Berdasarkan Konvensi Montevideo 1933 1.
Sejarah Lahirnya Kriteria Statehood dalam Konvensi
Montevideo
Memang, teks Konvensi Montevideo tidak menjelaskan asal-usul kriteria negara. Namun demikian, sejak perumusannya pada Konferensi Internasional
Ketujuh Negara-Negara Amerika, Konvensi Montevideo tentang Hak dan Kewajiban Negara telah menjadi titik rujukan utama dalam upaya untuk
penentuan statehood. James Crawford , dalam bukunya The Creation of States in International Law
dengan tepat menyebut Pasal 1 Konvensi tersebut sebagai formulasi yang paling terkenal dari kriteria dasar statehood
.”
71
Pada tahun 1930-an dan 1940-an, sesaat setelah penandatanganan Konvensi tersebut oleh Amerika Serikat dan negara-negara Pan-Amerika
lainnya,
72
71
James Crawford, op.cit., hal. 36
terdapat banyak kutipan terhadap isi Konvensi. Empat unsur statehood yang ditawarkan oleh Konvensi tersebut mungkin bahkan lebih sering dikutip
dalam beberapa tahun terakhir, sehingga kutipan terhadap Konvensi tersebut dalam diskusi kontemporer tentang kenegaraan sudah hampir menjadi suatu
72
Negara – negara yang menandatangani Konvensi tersebut antara lain Honduras, Amerika Serikat, El Salvador, Republik Dominika, Haiti, Argentina, Venezuela, Uruguay,
Meksiko, Panama, Bolivia, Guatemala, Brazil, Ekuador, Nikaragua, Kolombia, Chili, Peru, dan Kuba.
Universitas Sumatera Utara