Proses Diklat Pendamping PKH Angkatan IX di BBPPKS Yogyakarta

53 Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa dinamika kelompok merupakan kegiatan awal sebelum diklat memasuki proses belajar mengajar. Dinamika kelompok merupakan kegiatan yang berfungsi untuk membuat peserta saling mengenal, memiliki rasa kebersamaan dan kerjasama, serta membentuk komitmen tinggi dalam melaksanakan tugas baik sebagai individu, anggota kelompok atau lembaga dan masyarakat. Dinamika kelompok diisi dengan permainan-permainan yang bertujuan agar peserta tidak merasa bosan dalam mengikuti kegiatan. Pembukaan diklat dilaksanakan pada hari kedua tepatnya tanggal 25 Juni 2016. Pembukaan diklat dilaksanakan oleh Plt. Sekjen Kemensos RI. Pembukaan diklat diisi dengan penyampaian sambutan yang kemudian dilanjutkan dengan penyematan tanda peserta sebagai tanda dimulainya kegiatan diklat. Hal ini disampaikan oleh Bapak SD bahwa : “pembukaan diklat dilaksanakan pada hari kedua diklat yang dihadiri oleh pejabat struktural, widyaiswara, panitia, dan seluruh peserta diklat pendamping PKH. Diisi dengan sambutan serta pengarahan singkat dari Plt. Sekjen Kemensos RI dan dilanjut penyematan tanda peserta ” CW-1 Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa pembukaan diklat dilaksanakan pada hari kedua diklat oleh kepala bidang penyelenggara diklat yang diisi dengan sambutan, pengarahan kepada peserta diklat agar mereka dapat menggunakan waktu selama diklat untuk sharing pengalaman serta berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan diklat sehingga nantinya dapat diaplikasikan dalam pendampingan PKH di lapangan. 54 Proses pembelajaran dilaksanakan pada tanggal 27 Juni - 30 Juli 2016. Penyampaian materi disampaikan oleh widyaiswara, narasumber sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. Setiap harinya diklat dimulai pada tanggal 07.30, kegiatan diawali dengan review materi yang diterima sebelumnya, walaupun terdapat hambatan yakni keterlambatan narasumber dari pusat, namun dapat teratasi dengan penggeseran jadwal dan materi yang disampaikan. Hal ini disampaikan Bapak UH selaku widyaiswara bahwa : “setiap harinya proses belajar dimulai pukul 07.30 diawali dengan review materi yang diterima sebelumnya. Review materi dilaksanakan per kelompok sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. Namun kemaren sempat ada narasumber dari pusat yang datangnya terlambat mbak, jadi kami dari widyaiswara berkonsultasi dengan penyelenggara untuk mengatur ulang jadwal. Jadi waktunya tidak terbuang dan kami isi dengan materi lain yang memungkinkan mbak. ” CW-8 Proses pembelajaran dalam diklat pendamping PKH berlangsung selama kurang lebih empat hari. Materi yang disampaikan meliputi: Kebijakan Pelaksanaan PKH, Pengembangan Motivasi, Pengembangan Integritas, Mekanisme Pelaksanaan PKH, Etika Pendampingan Sosial, Pertemuan Awal dan Sosialisasi PKH, Validasi Calon Peserta PKH, Verifikasi Komitmen Peserta PKH, Pemutakhiran Data Peserta PKH, Penyaluran Bantuan dan Rekonsiliasi, Pelaporan Pengarsipan Dokumen, Pendampingan dan Koordinasi, Pertemuan KelompokP2K2FDS, dan Sistem Pengaduan Masyarakat. Materi disesuaikan dengan kebutuhan peserta ketika peserta terjun untuk mendamping PKH di wilayahnya masing-masing. Hal ini disampaikan oleh Bapak UH selaku widyaiswara bahwa : 55 “materi semua dibuat oleh pusdiklat dimana materinya disesuaikan dengan kebutuhan peserta untuk melakukan pendampingan nantinya. Materinya seputar bagaimana mekanisme program dilaksanakan di lapangan” CW-8 Hal ini ditegaskan juga oleh peseta diklat Ibu VV bahwa : “materi diklat seputar PKH dan saya rasa sangat bermanfaat sekali, materinya disesuaikan dengan apa yang harus dilakukan pendamping. Saya yang pendamping baru dan harus belajar dari nol jadi terbuka wawasannya tentang PKH ” CW-7 Materi yang disampaikan pada saat diklat berdasarkan kurikulum Diklat Pendamping Program Keluarga Harapan Angkatan IX berjumlah 80 jamlat 45 menit dengan perincian sebagai berikut : Tabel 6. Kurikulum No. Materi Jamlat Materi Dasar 1. Dinamika Kelompok 2 2. Kebijakan Pelaksanaan PKH 2 3. Kebijakan Pengembangan SDM Kesos Reg III Yogyakarta 2 Materi Inti 4. Pengembangan Motivasi 5 5. Pengembangan Integritas 5 6. Mekanisme Pelaksanaan PKH 2 7. Etika Pendampingan Sosial 5 8. Pertemuan awal dan Sosialisasi PKH 4 9. Validasi Calon Peserta PKH 3 10. Verifikasi Komitmen Peserta PKH 3 11. Pemutakhiran Data Peserta PKH 3 12. Penyaluran Bantuan dan Rekonsiliasi 3 13. Pelaporan Pengarsipan Dokumen 3 14. Pendampingan dan Koordinasi 3 15. Pertemuan Kelompok P2 K2FDS 6 16. Sistem Pengaduan Mayarakat 2 17. Praktek Belajar Lapangan 20 Materi Penunjang 18. Pengarahan teknis, pengarahan PBL, Pembukaan, Penutupan, Pretest-postest, evaluasi penyelenggaraan 7 Jumlah 80 Sumber : Buku Laporan Diklat Pendamping PKH 2016 56 Berdasarkan tabel 6. Kurikulum dapat dikatakan bahwa materi diklat dibagi menjadi tiga bagian utama, yang pertama adalah materi dasar mengenai PKH secara garis besar dan juga permainan untuk mengondisikan kelas DK yang setiap materinya disampaikan selama dua jamlat sehingga total penyampaian materi dasar berlangsung selama enam jamlat. Selanjutnya ada materi inti yang terdiri dari beberapa sub materi mengenai PKH secara lebih mendetail diantaranya yakni mengenai pengembangan motivasi, pengembangan integritas, dan etika pendampingan sosial yang masing-masing berlangsung selama lima jamlat, selanjutnya materi mekanisme pelaksanaan PKH dan sistem pengaduan masyarakat yang masing-masing berlangsung selama dua jamlat, kemudian materi validasi calon peserta PKH, verifikasi komitmen, pemutakhiran data, penyaluran bantuan dan rekonsiliasi, pelaporan pengarsipan dan pendampingan koordinasi masing-masing berlangsung selama tiga jamlat, serta materi pertemuan kelompok FDS yang berlangsung selama enam jamlat sehingga total penyampaian materi inti pada saat diklat berlangsung selama 67 jamlat. Materi inti yang disampaikan semuanya sangat penting untuk menunjang kegiatan pendampingan yang dilakaukan oleh pendamping di daerahnya masing-masing. Materi terakhir adalah materi penunjang yang disampaikan diakhir masa diklat, yang meliputi pengarahan teknis, pengarahan PBL, pembukaan diklat, penutupan diklat, termasuk didalamnya adalah pretest-posttest dan evaluasi diklat yang berlangsung selama tujuh jamlat sehingga total 57 keseluruhan materi yang disampaikan dalam diklat pendamping PKH adalah 80 jamlat. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa materi diklat pendamping PKH dibuat oleh Pusdiklat Kesejahteraan Sosial yang disesuaikan dengan kebutuhan para peserta diklat dalam melaksanakan pendampingan di masyarakat. Materi yang disampaikan antara lain meliputi etika pendampingan sosial, pengembangan motivasi, pengembangan integritas dan pertemuan kelompok FDS yang semuanya sangat menunjang kegiatan pendampingan yang akan dilakukan oleh peserta diklat. Diklat yang dilaksanakan oleh BBPPKS Yogyakarta memiliki program yang dapat menunjang diklat yaitu praktek belajar lapangan PBL. Praktek belajar lapangan merupakan tahapan akhir dimana peserta dituntut untuk mengimplementasikan materi yang sudah didapatkan sebelum ke lapangan. Hal ini disampaikan oleh Bapak SD bahwa : “dalam setiap diklat ada PBL dimana didalam PBL peserta diajak melihat langsung keadaan PKH di lapangan yang nantinya untuk acuan dalam pendampingan PKH mereka ketika sudah kembali diklat “CW-1 Praktek Belajar Lapangan PBL dalam diklat pendamping PKH dilaksanakan dalam 2 hari yang dilaksanakan di salah satu desa dimana terdapat PKH yang telah ditentukan oleh penyelenggara diklat sebelumnya. Praktek Belajar Lapangan PBL diklat pendamping PKH ini dilaksanakan dengan melakukan kunjungan ke kelompok PKH , setelah kegiatan PBL maka akan dilaksanakan review hasil PBL dengan widyaiswara. Hal ini diungkapkan oleh Bapak UH selaku widyaiswara dalam diklat ini bahwa : 58 “PBL dilaksanakan selama dua hari. Dalam PBL diklat pendamping PKH ini kami melakukan kunjungan, wawancara dengan pihak setempat mengenai pendampingan PKH, melakukan pendataan, dan kegiatan motivasi. Kemudian setelah PBL selesai maka akan diadakan review bersama dan diadakan seminar untuk presentasi hasil PBL per kelompok” CW-8 Praktek Belajar Lapangan dilaksankan di kelompok PKH di desa Kwarasan Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten. Desa yang dipilih ini merupakan wilayah yang dapat dikatakan sudah merasakan dampak positif dari adanya PKH. Dalam pelaksanaan PBL peserta diklat dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok I dengan fokus koordinasi didampingi widyaiswara dan pendamping setempat melakukan kunjungan ke fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, kantor pos, desa, Dinas Sosial dengan melakukan tanya jawab untuk menggali informasi baik kendalapermasalahan yang ada sebagai bahan penyusunan laporan. Hal ini disampaikan oleh bapak SS sebagai peserta diklat PKH bahwa: “kelompok satu kebagian mengunjungi fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, kantor pos, Dinas Sosial dan melakukan wawancara untuk bahan penulisan laporan besok Mbak” CW-3 Selanjutnya kelompok II dengan fokus pendataan ditugaskan untuk melakukan kunjungan kerumah-rumah warga dengan didampingi pendamping setempat untuk melaksanakan pendataanupdate kepesertaan dengan kemungkinan terjadinya perubahan data dan lain-lain. Hal ini disampaikan oleh Ibu KN sebagai peserta diklat bahwa : “kalau saya kelompok 2 Mbak. Kelompok saya ditugaskan untuk melakukan pendataan. Jadi kami melakukan kunjungan ke rumah- rumah warga dan didampingi oleh pendamping setempat” CW-5 59 Sedangkan kelompok III dengan fokus motivasi dengan dibimbing oleh fasilitstor dan pendamping setempat melakukan kegiatan motivasi kepada 15 Keluarga Miskin KM di Balai Desa. Kegiatan motiasi dengan menggunakan teknik Family Development Session untuk memberikan rasa percaya diri, mental, spiritual, dan dorongan agar mampu mengelola keuangan dengan baik dan melakukan kegiatan berusaha. Hal ini ditegaskan oleh Ibu VV selaku peserta diklat bahwa : “kalau kelompok saya ditugaskan untuk melakukan motivasi kepada Keluarga Miskin KM. Kami melakukan motivasi di Balai Desa dengan teknik Family Development Session Mbak. Lalu kami menuliskan hasil diskusi kami degan peserta soalnya nanti akan kami diskusikan lagi dengan fasilitator dan peserta diklat lainnya pada saat seminar” CW-7 Dari beberapa uraian di atas dapat dikatakan bahwa Praktek Belajar Lapangan PBL dilaksanakan dengan tujuan agar peserta mengetahui PKH yang ada di daerah Kwarasan Juwiring Klaten yang nantinya akan dijadikan sebagai bahan diskusi dalam seminar yang akan diadakan di akhir proses PBL. Materi yang akan di diskusikan dalam seminar antara lain materi yang sudah dibagi per kelompok PBL yaitu tentang koordinasi, pendataan, dan yang terakhir adalah motivasi. Pelaksanaan diklat yang telah berjalan selama 10 hari secara resmi ditutup oleh kepala bidang peyelenggara diklat. Penutupan dilaksanakan setelah kegiatan post test dan evaluasi. Hal ini disampaikan oleh Bapak SD bahwa: 60 “setelah 10 hari pelaksanaan diklat maka diklat ditutup, penutupan ini dilaksanakan setelah kegiatan post test dan evaluasi” CW-1 Selain acara resmi penutupan, dilaksanakan juga penyelesaian administrasi oleh bagian keuangan meliputi uang transport dan uang harian. Hal ini diungkapkan oleh peserta diklat Ibu VV bahwa : “kegiatan penutupan diisi dengan pelaporan hasil diklat oleh panitia kemudia ada pelepasan tanda peserta dan penyerahan sertifikat. Sebelum pulang kami juga diberi uang harian sebagai hak peserta dan uang transport”CW-7 Penutupan diklat merupakan kegiatan terakhir dalam pelaksanaan diklat, kegiatannya diisi dengan pelaporan hasil diklat oleh panitia, pelepasan dan penyerahan sertifikat kepada perwakilan peserta diklat serta pemberian hak peserta berupa uang transport dan uang harian. Dari uraian di atas dapat dikatakan hari pertama diisi dengan pengarahan dan pretest. Proses pembelajaran dilaksanakan pada tanggal 27 Juni sampai dengan 30 Juli 2016. Setiap harinya diklat dimulai pada tanggal 07.30, kegiatan diawali dengan review materi yang diterima sebelumnya. Diklat yang dilaksanakan oleh BBPPKS Yogyakarta memiliki program yang dapat menunjang diklat yaitu praktek belajar lapangan PBL. Praktek belajar lapangan merupakan tahapan akhir. Peserta dituntut untuk mengimplementasikan materi yang sudah didapatkan sebelum ke lapangan. Tahap terakhir yakni tahap penutupan diklat. Pada tahap penutupan diklat dilaporkan hasil pelaksanaan diklat, pelepasan tanda peserta, dan penyerahan sertifikat secara simbolis kepada peserta yang memiliki nilai tertinggi dari hasil post test. 61 c. Metode dalam diklat pendamping PKH Diklat pendamping PKH menggunakan metode pembelajaran orang dewasa andragogy. Metode ini menekankan partisipasi aktif dan pemanfaatan pengalaman peserta. Dalam metode andragogy seorang widyaiswara hanya sebatas memfasilitasi dan mendampingi proses belajar. Upaya yang dilakukan widyaiswara dalam menerapkan metode ini yaitu melibatkan semua kelompok dalam pembelajaran dan mengemas materi melalui permainan dan study kasus. Hal ini diungkapkan widyaiswara dalam diklat pendamping PKH yaitu Bapak UH bahwa : “metode yang digunakan dalam diklat menggunakan metode andragogy dimana widyaiswara hanya memfasilitasi. Metode ini bertujuan membuat peserta lebih aktif dan partisipatif, dalam setiap pembelajaran kami mengemas materi melalui permainan dan kasus yang harus dipecahkan oleh peserta” CW-8 Dari wawancara yang telah dilakukan kepada widyaiswara dan penyelenggara diklat ada beberapa metode yang digunakan dalam pembelajaran antara lain : 1 Curah pendapat Brainstorming yaitu metode untuk mengetahui pengetahuan, kemampuan serta pengalaman peserta berkaitan dengan pokok bahasan materi pelatihan 2 Ceramah dan tanya jawab yaitu widyaiswara memberikan uraian tentang substansi-substansi pokok yang terkandung dalam setiap materi pelatihan kemudian peserta mengajukan pertanyaan atau 62 mengemukakan pendapat tentang topik. Fasilitator akan memberikan jawaban atau penjelasan atas pertanyaan atau tanggapan peserta. 3 Permainan peran yaitu metode peragaan prilaku oleh fasilitator maupun peserta atas konsep, sikap maupun ketrampilan tertentu yang telah disiapkan sebelumnya. Setelah permainan peran widyaiswara bersama peserta memberikan tanggapan dan evalauasi atas pelatihan peran tersebut. 4 Diskusi kelompok dan pleno yaitu tiap kelompok mendiskusikan suatu materi atau kasus sesuai dengan pedoman diskusi atau lembar kerja yang telah dipersiapkan. Widyaiswara terlibat mendampingi peserta selama proses diskusi. Hasil diskusi dirumuskan dalam suatu laporan dan akan disampaikan dalam diskusi pleno. Pada diskusi pleno tiap kelompok memberikan tanggapan terhadap hasil diskusi kelompok lain. Widyaiswara memberikan tanggapan atas materi dan jalannya diskusi. 5 Studi kasus yaitu peserta mendiskusikan suatu kasus. Kasus diambil dari pengalaman peserta atau telah dipersiapkan sebelumnya oleh fasilitator. Studi kasus merupakan metode untuk memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilan dalam memecahkan masalah-masalah empirik dalam kehidupannya. Dalam pelaksanaan diklat menurut salah satu peserta metode yang digunakan terlalu banyak materi sehingga banyak peserta yang merasa 63 bosan jika materi yang disampaikan tidak dikemas secara menarik dan kreatif. Hal ini disampaikan Ibu KN bahwa : “metodenya saya rasa kemarin banyak materinya jadi kami ya mendengarkan sambil ngantuk gitu tapi untungnya ada widyaiswara yang tanggap ketika peserta ngantuk langsung dikasih ice breaking atau nonton video ” CW-5 Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa metode yang digunakan dalam diklat yaitu metode pembelajaran orang dewasa andragogy yang pembelajarannya menekankan pada partisipasi aktif dan pemanfaatan pengalaman peserta dengan sebagian besar menggunakan metode studi kasus untuk pembelajarannya. Namun pada pelaksanaannya peserta merasa diklat pendamping PKH terlalu banyak materi sehingga menyebabkan peserta mudah bosan. d. Media pembelajaran dalam diklat pendamping PKH Dalam proses pembelajaran, penggunaan media pembelajaran merupakan hal yang penting. Media pembelajaran berfungsi untuk mempermudah peserta memahami materi yang disampaikan dan mempermudah peserta dalam berinteraksi secara aktif dengan widyaiswara. Hal ini disampaikan Bapak UH selaku widyaiswara dalam diklat bahwa: “setiap proses belajar pasti kami menggunakan media pembelajaran dimana media ini fungsiya untuk membuat peserta mengerti apa yang kami sampaikan sehingga ada hubungan interaktif antara peserta dan widyaiswara”CW-8 Media yang digunakan dalam pelaksanaan diklat pendamping PKH diantaranya yaitu modul yang berisi materi diklat, Laptop, LCD, flip chart yang berisi tentang materi diklat, kertas plano yang digunakan peserta 64 untuk mempresentasikan hasil diskusi serta film atau video. Hal ini diungkapkan salah satu peserta diklat yaitu Ibu KN : “untuk media pembelajaran cukup membantu kami dalam memahami materi yang disampaikan widyaiswara jadi kami tidak hanya mendengar tapi juga bisa baca. Media yang digunakan ada modul, laptop, LCD, flip chart , kertas plano, film juga” CW-5 Dari wawancara di atas dapat dikatakan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam diklat pendamping PKH adalah modul berisi materi PKH, laptop, LCD, flip chart, kertas plano, dan film atau video. Media yang digunakan berfungsi membantu peserta dalam memahami materi yang disampaikan oleh widyaiswara sehingga terjadi hubungan yang interaktif antara peserta dengan widyaiswara. e. Faktor pendukung terkait proses pelaksanaan diklat pendamping PKH Program diklat pendaping PKH merupakan kegiatan diklat yang diperuntukkan bagi pendamping PKH yang memiliki faktor pendukung dan penghambat dalm pelaksanaannya. Faktor pendukung yang dirasakan oleh penyelenggara diklat yaitu adanya koordinasi yang baik dengan dinas sosial kabupaten kota. Hal ini yang dirasakan Bapak SD sebagai penyelenggara diklat bahwa : “koordinasi yang baik dengan dinsos di kabupaten kota menjadi salah satu faktor pendukung yang kami rasakan dengan koordinasi yang baik akan memudahkan kami untuk mendapatkan data tentang calon peserta yang telah lolos seleksi dan siap mengikuti diklat” CW-1 Faktor pendukung lain yang diketahui dari hasil wawancara yaitu sarana dan prasarana diklat yang disediakan oleh BBPPKS Yogyakarta 65 sudah memadai. Hal ini diungkapkan oleh Ibu KN selaku sasaran program yang menyatakan bahwa: “sarana prasarana dan fasilitas yang disediakan BBPPKS sudah lengkap dik ada laptop, LCD, flipchart, modul yang sangat membantu kami untuk memahami materi yang disampaikan. Ruang kelas dan kamarnya juga sudah enak ada AC” CW-5 Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka dapat diketahui bahwa terdapat faktor pendukung terkait proses pelaksanaan diklat pendamping PKH. Faktor pendukung tersebut meliputi adanya koordinasi yang baik antara BBPPKS dengan dinas sosial kabupaten kota dan faktor kedua yaitu sarana dan prasarana yang disediakan sudah memadai. f. Hambatan terkait proses pelaksanaan diklat pendamping PKH Hambatan yang dirasakan oleh penyelenggara diklat terkait pelaksanaan diklat yaitu terkadang ada fasilitator dari pusat yang datangnya terlambat, ada peserta diklat yang membawa balita serta anggota keluarganya, serta ada juga peserta diklat yang tengah hamil tua. Hal ini disampaikan oleh Bapak SD selaku penyelenggara diklat bahwa : “hambatannya antara lain terkadang kita mendatangkan narasumber dari Pusat, dan beliau yang menjadi narasumber kadang datang terlambat sampai disini, bisa sampai 1-2 hari. Ya itu sudah menjadi resiko penyelenggara diklat disini. Yang dapat kami lakukan hanyalah menggeser jadwal materi yang disampaikan. Itupun tidak bisa sembarang, karena terkadang ada materi yang baru bisa disampaikan setelah materi yang satunya sudah disampaikan. Kalau tidak ya bisa tidak nyambung dan peserta tidak akan memahami materi tersebut. Ya istilahya kalau anak kuliahan itu seperti mata kuliah bersyarat. Terkadang juga kedatangan peserta molor karena pesawat yang mereka tumpangi mengalamai delay, tapi itu dapat kami antisipasi karena memang peserta didatangkan H-1 sebelum diklat dibuka yang biasanya acara awalnya hanya perkenalan dan Dinamika Kelompok, sehingga jika peserta diklat terlambat hal tersebut tidak akan terlalu berpegaruh terhadap keberlangsungan 66 diklat. Hambatan lainnya adalah ada peserta diklat yang tengah hamil tua dan bahkan ada yang membawa balita dan juga asistannyakeluarganya. Hal tersebut tentunya cukup menggangu panitia, karena akan berimbas pada keaktifan, agresivitas dan kesehatan peserta selama mengikuti diklat, terlebih mereka yang membawa balita tentunya akan berimbas pada bengkaknya dana konsumsi juga pengadaan tempat istirahat kamar dan fasilitas lainnya. Biasanya hal tersebut kami antisipasi dengan menuliskan beberapa persyaratan pada surat undangan yang kami kirim sebelum mereka berangkat kesini, diantaranya tidak boleh membawa balita, tetap kadang tetap masih saja ada peserta yang membawa balita. Jika hal tersebut sudah terjadi biasanya kami tanggulangi dengan memberikan pengarahan kepada mereka agar mencari penginapan di luar kantor karena memang fa silitas yang ada tidak mencukupi” CW-1 Hambatan yang dirasakan oleh peserta diklat yaitu waktu diklat yang bersamaan dengan akhir bulan Ramadhan sehingga peserta merasa bosan ketika pembelajaran di dalam kelas karena saat itu sudah mendekati Hari Raya Idhul Fitri. Sebagian peserta sudah menginginkan untuk pulang ke kampung halaman. Hal ini disampaikan oleh Ibu VV sebagai peserta diklat bahwa : “hambatannya menurut saya karena diklatnya bersamaan dengan puasa ramadhan. Pada saat itu kami puasa dan masih harus melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas diklat, walaupun memang fasilitator dan widyaiswaranya menyampaikan materi dengan menarik tapi kadang saya masih merasa ngantuk dan bosan. Mungkin hal ini juga terpengaruh dari waktu diklat yang sudah mepet hari raya idul fitri. Waktu itu kita diklat dari akhir Juni sampai tanggal 3 atau 4 Juli, sedangkan tanggal 6 Juli sudah Idhul Fitri Mbak. Jadi pikiran kami sudah ingin pulang ke rumah, sudah mikirin Lebaran. Tapi jika secara keseluruhan tidak ada faktor penghambat yang begitu mengganggu kegiatan diklat ini” CW-7 Hambatan lainnya yang disampaikan oleh peserta adalah dari konsumsi yang jumlahnya kurang sesuai dengan jumlah peserta diklat, serta 67 menu yang dianggap membosankan. Hal ini ditegaskan oleh Ibu KN sebagai peserta diklat bahwa : “penghambatnya tidak ada sih mbak, mungkin itu saja dari segi makanannya tidak bervariasi, makanannya juga kurang mencukupi. Dulu saya pernah pas waktunya buka puasa saya sholat maghrib dulu, baru makan, pada saat itu saya hanya kebagian lauk tahu saja. Tahu lagi tahu lagi, sayurnya juga cuma jagung muda sama tahu doang mbak. Judulnya tahu tahu dan tahu mbak. Bosan makannya itu itu saja. Jadi kalau malam saya kadang lebih milih makan di luar sekalian jalan-jalan keluar, soalnya pas waktu itu saya bawa motor sendiri mbak. Sama pas waktu PBL di Klaten Timur itu kan naik mobil minibus, saya kan posisinya sedang hamil tua, jadi saya mual pada saat itu, jadi saya membawa motor sendiri saat mengikuti PBL, sorenya saya langsung pulang ke rumah, kan deket mbak cuma di Kebonarum juga. Paginnya saya mengikuti PBL lagi dan diklat lagi” CW-5 Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat hambatan pada saat pelaksanaan diklat pendamping PKH. Hambatan tersebut meliputi keterlambatan fasilitator dari pusat, adanya peserta diklat yang membawa balita dan keluarganya, waktu diklat yang bersamaan dengan bulan Ramadhan, serta jumlah konsumsi yang kurang memadai dan bervariasi.

3. Evaluasi Diklat Pendamping PKH Angkatan IX di BBPPKS

Yogyakarta Evaluasi diklat pendamping PKH dilakukan untuk memberikan gambaran hasil diklat yang telah dilaksanakan. Adapun kegiatan evaluasi diklat pendamping PKH diuraikan sebagai berikut: a. Proses evaluasi diklat pendamping PKH Evaluasi diklat pendamping PKH dibagi menjadi tiga yaitu evaluasi terhadap peserta, evaluasi terhadap fasilitator, dan evaluasi terhadap penyelenggaraan diklat. Evaluasi terhadap peserta dilakukan dengan 68 melaksanakan pra test dan post test. Pra test bertujuan untuk mengetahui kemampuan dan pengetahuan awal yang dimiliki oleh peserta tentang diklat yang akan dilaksanakan, sedangkan post test dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan dan pengetahuan peserta setelah diklat serta untuk mengetahui kritik, saran, dan kekurangan yang dirasakan peserta selama diklat. Hal ini disampaikan oleh salah satu peserta diklat Ibu KN bahwa : “evaluasi untuk peserta ada dua yaitu pra test dan post test. Pra test dilaksanakan pas awal sebelum diklat materinya tentang PKH secara umum kalo post test dilaksanakan akhir diklat materinya tentang diklat yang dilaksanakan selain itu ada juga evaluasi untuk pelaksanaan diklat mulai dari prosesnya, sarprasnya sama widyaiswaranya” CW-5 Evaluasi terhadap widyaiswara bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan widyaiswara. Evaluasi widyaiswara dilaksanakan setelah widyaiswara selesai mengajar satu sesi. Peserta diklat mengisi kuesioner untuk mengevaluasi widyaiswara. Informasi yang diperoleh dari peserta sangat penting karena akan dijadikan perbaikan diklat selanjutnya oleh widyaiswara. Komponen yang dievaluasi adalah : a. Cara menjawab pertanyaan b. Kemampuan meyajikan c. Kerapian berpakaian d. Kerjasama antar pelatih e. Pemberian motivasi kepada peserta f. Pencapaian tujuan instruksional g. Penggunaan bahasa 69 h. Penggunaan metode dan sarana bantu i. Penguasaan materi j. Sikap dan perilaku k. Sistematika penyajian Hasil evaluasi terhadap widyaiswara terlampir pada lampiran 7. Berdasarkan hasil wawancara dengan penyelenggara diklat dari kegiatan evaluasi pada widyaiswara diperoleh nilai baik. Widyaiswara mampu menjelaskan materi dengan baik dan mampu menjawab pertanyaan dari peserta secara baik, namun banyak peserta yang menyarankan agar penyampaian materi dilaksanakan lebih kreatif lagi agar peserta tidak cepat bosan. Hal ini disampaikan oleh Bapak SD selaku penyelenggara diklat bahwa : “untuk evaluasi widyaiswara, hasilnya baik widyaiswara mampu menyampaikan materi dengan rinci, mampu memberikan motivasi pada peserta dan baik dalam menjawab pertanyaan peserta namun diakui peserta dalam memberikan materi widyaiswara kurang kreatif sehingga peserta cepat bosan” CW-1 Evaluasi selanjutnya dilaksanakan terhadap penyelenggaraan diklat dilakukan dengan mengisi kuesioner. Evaluasi terhadap penyelenggaraan diklat bertujuan untuk mengetahui persepsi peserta diklat terhadap penyelenggaraan diklat. Komponen dalam evaluasi terhadap penyelenggaraan diklat yaitu : 1 Bidang administratif meliputi waktu penyelenggaraan, kurikulum, jadwal pelatihan, dan kesekretariatan 70 2 Bidang edukatif meliputi widyaiswara, dinamika kelompok, dan diskusiseminar 3 Sarana dan prasarana meliputi ruang belajar, ruang asrama, perpustakaan dan konsumsi Secara umum hasil pada peyelenggaraan diklat mendapat nilai baik, namun pada bidang administratif terdapat beberapa kekurangan dalam hal waktu penyelenggaraan dan sarana prasarana. Menurut peserta diklat dalam proses belajar materi terlalu banyak sehingga menyebabkan peserta cepat bosan, peserta berharap waktu praktek lebih banyak. Sedangkan untuk sarana dan prasarana peserta merasa layanan perpustakaan seharusnya juga ada yang di kantor Veteran dan juga untuk konsumsi seharusnya jumlahnya mencukupi untuk semua peserta serta ada variasi menunya. Hal ini ditegaskan oleh Ibu KN : “secara umum sih penyelenggaraan diklat baik tapi saya rasa diklat kemaren terlalu banyak materi namun waktunya tidak mencukupi. Selain itu juga harusnya di kantor Veteran disediakan perpustakaan, dan untuk konsumsi jumlahnya harusnya disesuaikan dengan jumlah peserta diklatya. Saya sering tidak kebagian lauk karena saya makannya akhir. Sayurnya juga kurang variasi” CW-5 Evaluasi diklat tidak berhenti pada evaluasi untuk peserta dan penyelenggara saja, evaluasi juga dilakukan untuk mengetahui dampak dari pelaksanaan diklat. Evaluasi dilaksanakan setelah enam bulan dari pelaksanaan diklat dimana penyelenggara diklat turun ke lapangan untuk melihat bagaimana hasil dampingan PKH dari masing-masing peserta. Hal ini diungkapkan oleh Bapak SD bahwa : 71 “evaluasi dampak kami laksanakan setelah enam bulan pelaksanaan diklat, kami dari penyelenggara dan bidang evaluasi akan meninjau langsung ke lapangan untuk melihat perkembangan PKH dampingan peserta diklat” CW-1 Berdasar uraian di atas dapat diketahui bahwa evaluasi diklat dibedakan menjadi empat yaitu evaluasi terhadap peserta, evaluasi terhadap widyaiswara, evaluasi terhadap penyelenggaraan diklat yang dilakukan dengan cara mengsi kesioner dan evaluasi dampak. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui kritikan, kekurangan, dan saran yang dapat dijadikan acuan perbaikan untuk pelaksanaan diklat selanjutnya. Selain itu evaluasi juga dilaksanakan untuk mengetahui dampak bagi peserta maupun anggota dampingan yang mana evaluasi dilaksanakan setelah enam bulan pelaksanaan diklat. Secara umum pelaksanaan diklat pendamping PKH berlangsung dengan baik walaupun ada kekurangan yang dirasakan peserta di bidang administratif, dan sarana prasarana. b. Dampak yang dirasakan peserta diklat setelah diklat pendamping PKH Penyelenggaraan diklat pendamping PKH merupakan suatu upaya untuk memenuhi kualitas dan kompetensi pndamping dalam penanggulangan kemiskinan. Secara khusus diklat ini bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan pendamping tentang pendampingan sosial program penanggulangan kemiskinan melalui Proram Keluarga Harapan. Dampak yang dirasakan peserta anggota PKH dari dampingan peserta diklat setalah mengikuti diklat pendamping PKH diantaranya :

Dokumen yang terkait

Sistem evaluasi manfaat diklat di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS)

0 6 65

PERSEPSI PEGAWAI TERHADAP EVALUASI PROGRAM DIKLAT ANALISIS KEBIJAKAN SOSIAL DI BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL (BBPPKS) LEMBANG BANDUNG.

1 7 53

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PADA BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL: Studi Evaluatif Program Pelatihan Pejabat Fungsional Pekerja Sosial Tingkat II di BBPPKS Bandung.

0 4 58

PENGARUH PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA PESERTA DIKLAT PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) DI BBPPKS (BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL).

0 2 42

PENGEMBANGAN KURIKULUM BERDASARKAN KOMPETENSI PADA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEJABAT FUNGSIONAL PEKERJA SOSIAL TINGKAT II DI BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BANDUNG.

1 1 67

EVALUASI PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENDAMPING KUBE ANGKATAN III DI BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL ( BBPPKS) DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

0 2 209

PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEMANTAPAN PENDAMPING KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) DI BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL YOGYAKARTA.

0 2 183

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) PENDAMPING PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) ANGKATAN VIII DI BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL (BBPPKS) YOGYAKARTA.

0 0 184

LAPORAN INDIVIDU PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL YOGYAKARTA.

0 2 57

LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) LOKASI: BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL (BBPPKS) YOGYAKARTA.

1 7 60