mengemukakan gagasan baru serta ketika anak diberi kesempatan untuk bekerja sesuai dengan minat dan kebutuhannya maka kemampuan kreatif dapat tumbuh
dengan subur. Dorongan yang diberikan guru juga dapat mamupuk semangat siswa untuk
membuat produk-produk secara kreatif karena menurut Munandar 2009: 46, jika siswa memiliki bakat dan diberi dorongan internal maupun eksternal untuk
bersibuk diri secara kreatif, maka produk-produk kreatif yang bermakna dengan sendirinya akan timbul.
Pengembangan kreativitas dalam dimensi afektif sangat penting dilakukan karena menurut Munandar 2009: 11, pengembangan kreativitas siswa tidak
hanya memperhatikan pengembangan kemampuan berpikir kratif tetapi juga pemupukan sikap dan ciri-ciri kepribadian kreatif.
Peningkatan kreativitas dalam dimensi afektif pada topik I ke topik II dan dari topik II ke topik III termasuk dalam kriteria rendah. Hal ini disebabkan
pengembangan kreativitas siswa membutuhkan waktu yang cukup lama dan terus menerus. Hal ini sejalan dengan penelitian Khanafiyah 2010 bahwa untuk
meningkatkan kreativitas secara maksimal, pembelajaran perlu dilakukan secara bertahap dan terus menerus.
4.1.4. Kreativitas dalam Dimensi Psikomotor
Penilaian kreativitas dalam dimensi psikomotor meliputi penilaian terhadap kegiatan menyusun tujuan praktikum, menyusun langkah kerja,
menggunakan peralatan praktikum kreatif, membaca hasil praktikum atau pengukuran, kelengkapan data yang diukur dan kesesuaian dengan tujuan
praktikum, serta kecepatan mengerjakan praktikum. Penilaian dilakukan dengan menggunakan metode observasi selama pembelajaran berlangsung. Hasil
observasi dan analisis data disajikan pada Tabel 4.6. Tabel 4.6. Rekapitulasi Nilai Kreativitas Siswa dalam Dimensi Psikomotor
Keterangan Topik I
Topik II Nilai rata-
rata Nilai
rata-rata
K re
at iv
it as
d al
am d
im ens
i
p si
kom ot
or 1. Menyusun tujuan praktikum
70 93,3
2. Menyusun langkah kerja 63.3
73,3 3. Menggunakan peralatan
praktikum kreatif 36,7
100 4. Membaca hasil praktikum
pengukuran 80
73,3 5. Kelengkapan data yang diukur
dan kesesuaian dengan tujuan praktikum
83,3 83,3
6. Kecepatan mengerjakan praktikum
43.3 66,7
Rata-rata 62,78
81,67 Nilai tertinggi
77,78 88,89
Nilai terendah 50
72,22 Nilai rata-rata
62,78 81,67
Ketuntasan klasikal 20
80 Gain scoreg
0,301 sedang
Hasil perhitungan nilai ini dikategorikan seperti disajikan pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Kategori Kreativitas dalam Dimensi Psikomotor
Kategori Topik I
Topik III Jumlah
siswa Jumlah
siswa Sangat Kreatif
20 Kreatif
20 60
Cukup Kreatif 50
20 Kurang Kreatif
30 Tidak Kreatif
Berdasarkan hasil pengamatan pada topik I, aspek menyusun tujuan praktikum, menyusun langkah kerja dan menggunakan peralatan kreatif belum
memenuhi indikator ketuntasan. Hasil ini disebabkan siswa belum terlatih untuk bekerja melalui proses kreatif sehingga siswa kurang memiliki inisiatif dalam
melakukan kegiatan praktikum. Hal ini sejalan dengan pendapat Simpson bahwa kreativitas dalam taksonomi kemampuan psikomotor mencakup kemampuan
melahirkan pola gerak-gerak yang baru atas dasar prakarsa sendiri Dimyati, 2010: 27-29. Pada topik III aspek-aspek tersebut meningkat karena siswa telah
memiliki inisiatif untuk melahirkan pola-pola kerja sendiri. Aspek membaca hasil praktikumpengukuran dan kelengkapan data yang
diukur pada topik I telah mencapai indikator ketuntasan karena alat pengukuran yang digunakan memiliki skala yang jelas dan mudah digunakan siswa. Pada
topik 1 siswa mengukur volume menggunakan gelas ukur berskala dan mengukur waktu menggunakan stopwatch. Ketelitian pengukuran dipengaruhi oleh
kemampuan siswa dalam penggunaan alat ukur. Hal ini sejalan dengan pendapat Dimyati 2009: 144 bahwa mengukur merupakan kegiatan membandingkan
sesuatu yang diukur dengan satuan ukur tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Kegiatan mengukur erat kaitannya dengan penggunaan alat ukur.
Sedangkan pada topik III aspek membaca hasil praktikumpengukuran mengalami penurunan, hal ini dikarenakan siswa menggunakan skala yang kecil yaitu
millimeter dalam mengukur diameter selang menggunakan penggaris. Siswa kesulitan sehingga ketelitian siswa dalam pengukuran kurang.
Pada topik I, nilai aspek kecepatan mengerjakan praktikum belum memenuhi indikator ketuntasan karena banyak kelompok yang belum dapat
menyelesaikan praktikum sehingga guru memberikan waktu tambahan sampai semua siswa selesai melakukan praktikum. Guru berusaha menghindari kegiatan
yang dapat membatasi pertumbuhan kreativitas siswa yaitu dengan membatasi waktu praktikum. Hal ini karena menurut Satiadarma 2003: 117, untuk menjadi
kreatif, kegiatan anak seharusnya jangan diatur sedemikian rupa sehingga hanya sedikit waktu bebas bagi mereka untuk bermain-main dengan gagasan-gagasan
dan konsep-konsep den mencobanya dalam bentuk baru dan orisinil. Pada topik III, kreativitas siswa sudah mulai terbentuk sehingga siswa lebih cepat dalam
mengerjakan praktikum meskipun beberapa kelompok masih memerlukan waktu tambahan untuk menyelesaikan praktikum.
Pada topik III, aspek penggunaan alat praktikum yang dibuat siswa sendiri secara kreatif semakin meningkat. Hal ini karena guru selalu memberi dorongan,
bimbingan serta berusaha memfasilitasi siswa untuk menghasilkan suatu produk secara kreatif. Hal ini sejalan dengan pendapat Satiadarma 2003: 10 bahwa
pengembangan kreativitas dalam dimensi psikomotorik dilakukan dengan menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang memungkinkan siswa
mengembangkan keterampilannya dalam membuat karya-karya yang produktif dan inovatif.
Kegiatan laboratorium yang dilakukan merupakan kegiatan pendalaman materi dengan memberikan pengalaman langsung kepada siswa dalam
pembelajaran sehingga materi akan lebih mudah diingat dan bertahan lama. Hal
ini sejalan dengan pendapat Mundilarto 2003: 6 bahwa siswa dapat belajar dengan lebih mudah tentang sesuatu hal yang nyata dan dapat diamati melalui
pancainderanya. Dengan menggunakan pengalamannya siswa sedikit demi sedikit dapat mengembangkan kemampuannya untuk memahami konsep-konsep yang
abstrak serta memanipulasi simbol-simbol, berpikir logis, dan melakukan generalisasi. Kebanyakan siswa sangat tergantung pada kehadiran contoh-contoh
konkret terutama tentang ide-ide baru. Selain itu menurut Mundilarto 2002: 24, melalui kegiatan, misalnya kegiatan laboratorium, siswa dapat mempelajari sains
melalui pengamatan langsung terhadap gejala-gejala maupun proses sains, dapat melatih keterampilan ilmiah, dapat menanamkan dan mengembangkan sikap
ilmiah. Hal inilah yang menyebabkan peningkatan kreativitas dalam dimensi psikomotorik.
Kreativitas siswa dalam aspek psikomotorik dari topik I ke topik III dalam pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi
kelompok pada materi fluida dinamis mengalami peningkatan dengan kriteria sedang. Hal ini disebabkan oleh dorongan guru terhadap kreativitas siswa melalui
kegiatan praktikum. Dorongan guru dilakukan dengan cara memberikan kebebasan pada siswa untuk menentukan alat yang akan digunakan dalam
kegiatan praktikum bahkan siswa diperkenankan membuat alat sendiri serta diberi kebebasan dalam menentukan langkah kerja dan cara analisis data. Siswa tidak
terpaku pada satu cara yang ditentukan guru dalam melakukan kegiatan praktikum sehingga kreativitas siswa dapat meningkat. Hal ini sejalan dengan pendapat
Arasteh bahwa salah satu hambatan kreativitas adalah apabila pekerjaan menuntut
konformitas dengan pola standar serta keharusan mengikuti perintah dan peraturan tertentu, sebagaimana halnya dengan kebanyakan pekerjaan rutin, hal
itu akan membekukan kreativitas Satiadarma, 2003: 114. Selain itu menurut Munandar 2009: 46, anak perlu diberi kesempatan
untuk bersibuk diri secara kreatif untuk mengembangkan kreativitas. Pendidikan hendaknya dapat merangsang anak untuk melibatkan dirinya dalam kegiatan
kreatif, dengan membantu mengusahakan sarana dan prasarana yang diperlukan.
4.2. Keterbatasan Penelitian