Kreativitas dalam Dimensi Afektif

tipe group investigation dapat dipakai guru untuk mengembangkan kreativitas siswa baik secara perorangan maupun kelompok Rusman, 2010: 222. Peningkatan kreativitas dalam dimensi kognitif pada topik I ke topik II dan dari topik II ke topik III termasuk dalam kriteria rendah. Hal ini disebabkan pengembangan kreativitas siswa membutuhkan waktu yang cukup lama dan terus menerus. Hal ini sejalan dengan pendapat Khanafiyah Rusilowati 2010 bahwa untuk meningkatkan kreativitas secara maksimal, pembelajaran perlu dilakukan secara bertahap dan terus menerus.

4.1.3. Kreativitas dalam Dimensi Afektif

Penilaian hasil belajar afektif meliputi penilaian terhadap kebebasan dalam ungkapan diri, kepercayaan terhadap gagasan sendiri, kemandirian dalam memberi pertimbangan, kelenturan dalam berpikir dan minat terhadap kegiatan kreatif. Hasil analisis angket disajikan pada Tabel 4.4. Tabel 4.4. Skor Angket Kreativitas Siswa dalam Dimensi Afektif Keterangan Topik I Topik II Topik III Skor rata-rata Skor rata- rata Skor rata- rata K re at iv it as da la m di m en si a fe k ti f 1. Kebebasan dalam ungkapan diri 1,81 2,20 2,58 2. Kepercayaan terhadap gagasan sendiri 1,75 2,03 2,39 3. Kemandirian dalam memberi pertimbangan 2.51 2,80 2,92 4. Kelenturan dalam berpikir 2,17 2,49 2,68 5. Minat terhadap kegiatan kreatif 1,70 2,04 2,17 Rata-rata 2 2,31 2,55 Skor tertinggi 43,85 56,10 62,81 Skor terendah 25,97 31,37 40,18 Skor rata-rata 36,64 42,85 47,92 Gain score g 0,173 rendah 0,117 rendah 0,310 sedang Hasil analisis nilai angket siswa menggunakan teknik skala Likert dikategorikan dalam tabel berikut: Tabel 4.5. Kategori Kreativitas dalam Dimensi Afektif Menggunakan Teknik Skala Likert Berdasarkan hasil analisis data, kreativitas siswa dalam aspek afektif dari topik I ke topik II dan dari topik II ke topik III mengalami peningkatan. Peningkatan ini terjadi karena selama proses pembelajaran guru menggunakan pendekatan empat P sebagai unsur penting dari kreativitas. Pendekatan empat P meliputi pengembangan kreativitas ditinjau dari aspek pribadi, pendorong, proses dan produk. Hal ini sejalan dengan pendapat Rhodes tentang kreativitas bahwa pada umumnya kreativitas dirumuskan dalam istilah pribadi person, proses dan produk. Kreativitas dapat pula ditinjau dari kondisi pribadi dan lingkungan yang mendorong press. Rhodes menyebut keempat definisi tentang kreativitas ini sebagai “Four P`s of Creativity: Person, Process, Press, Product” Munandar, 2009: 20. Melalui aspek pribadi, guru memahami bahwa setiap siswa merupakan pribadi-pribadi unik dengan bakatnya masing-masing. Guru menghargai keunikan Skor T Kategori Topik I Topik II Topik III Jumlah siswa Jumlah siswa Jumlah siswa 99,89 – 124,88 Sangat Kreatif 5 74,92 – 99,88 Kreatif 7,5 12,5 49,95 – 74,91 Cukup Kreatif 37,5 37,5 40 24,98 – 49,94 Kurang Kreatif 45 47,5 42,5 0 – 24,97 Tidak kreatif 17,5 7,5 pribadi dengan memberikan kebebasan pada siswa untuk bertanya, memberikan pendapat dan mengembangkan ide-idenya dalam proses diskusi dan presentasi di kelas. Hal ini sejalan dengan pendapat Munandar 2009: 45 bahwa setiap orang pada dasarnya memiliki bakat kreatif dan kemampuan untuk mengungkapkan dirinya secara kreatif, meskipun masing-masing dalam bidang dan dalam kadar yag berbeda-beda. Pada dunia pendidikan yang paling penting ialah bahwa bakat tersebut dapat dan perlu dikembangkan dan ditingkatkan. Melalui aspek pribadi, guru membimbing siswa untuk memecahkan permasalahan dan melakukan kegiatan praktikum dengan langkah-langkah sesuai dengan metode ilmiah. Hal ini bertujuan agar siswa dapat memecahkan permasalahan secara sistematis dan sesuai dengan kaidah ilmiah. Perilaku guru ini sesuai dengan pendapat Torrance Munandar, 2009: 21 bahwa kreativitas pada dasarnya menyerupai langkah-langkah dalam metode ilmiahyang meliputi seluruh proses kreatif dan ilmiah mulai dari menyampaikan masalah sampai dengan menyampaikan hasil. Selanjutnya berdasarkan aspek pendorong, guru memberikan dorongan positif kepada siswa karena menurut Satiadarma 2003: 117, terlepas dari seberapa jauh prestasi anak memenuhi standar orang dewasa, mereka harus didorong untuk kreatif dan bebas dari ejekan dan kritik yang sering kali dilontarkan pada anak yang kreatif. Guru juga medorong siswa untuk percaya pada kemampuan sendiri karena menurut Munandar 2009: 12, suasana non- otoriter, ketika belajar atas prakarsa sendiri dapat berkembang, ketika guru menaruh kepercayaan terhadap kemampuan anak untuk berpikir dan berani mengemukakan gagasan baru serta ketika anak diberi kesempatan untuk bekerja sesuai dengan minat dan kebutuhannya maka kemampuan kreatif dapat tumbuh dengan subur. Dorongan yang diberikan guru juga dapat mamupuk semangat siswa untuk membuat produk-produk secara kreatif karena menurut Munandar 2009: 46, jika siswa memiliki bakat dan diberi dorongan internal maupun eksternal untuk bersibuk diri secara kreatif, maka produk-produk kreatif yang bermakna dengan sendirinya akan timbul. Pengembangan kreativitas dalam dimensi afektif sangat penting dilakukan karena menurut Munandar 2009: 11, pengembangan kreativitas siswa tidak hanya memperhatikan pengembangan kemampuan berpikir kratif tetapi juga pemupukan sikap dan ciri-ciri kepribadian kreatif. Peningkatan kreativitas dalam dimensi afektif pada topik I ke topik II dan dari topik II ke topik III termasuk dalam kriteria rendah. Hal ini disebabkan pengembangan kreativitas siswa membutuhkan waktu yang cukup lama dan terus menerus. Hal ini sejalan dengan penelitian Khanafiyah 2010 bahwa untuk meningkatkan kreativitas secara maksimal, pembelajaran perlu dilakukan secara bertahap dan terus menerus.

4.1.4. Kreativitas dalam Dimensi Psikomotor

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik investigasi kelompok (group investigation) terhadap hasil belajar biologi siswa

0 30 71

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Terpadu (Quasi Eksperimen di SMPN 87 Jakarta)

0 8 204

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA.

2 3 51

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK.

0 2 40

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI DAN MENGETAHUI PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA.

1 2 38

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA.

0 0 47

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK PADA MATERI KALOR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMA.

0 0 38

Keefektifan Penggunaan Metode Pemberian Tugas dan Resitasi dengan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Sejarah Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Pemalang -

0 2 128

View of PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

0 1 7