46 wawancara dengan riset partisipan ini yakni ibu O,
mengatakan:“
Garam itu, masih ba garam hahaha, tidak bisa ma ade tidak ba garam hahaha
”P24,18. Ibu O menyukai rasa asin, namun ketika ditanya apakah itu mempengaruhi munculnya
hipertensi ibu O menjawab bahwa tekanan darah naik karena makanan asin, tetapi menurut ibu O seperti dalam wawancara
berikut: “
Ada juga, kalo berapa hari itu saya makan ba garam, ada biasa dia muncul, pi tensi lagi so nae lagi. Tapi abis itu kalau diistirahat
akan tidak oh, turun pasti depe rasa sakit. Kan saya minum akan ramuan juga to, bae saya rasa, tidak apa-apa, belum apa-apa yau.
Cumakan tidak diminta-minta sakit to
.” P24,20. Meskipun konsumsi garam ini berpengaruh terhadap hipertensi, ibu O
mampu mengantisipasi setiap gejala hipertensi yang muncul yang disebabkan konsumsi garam berlebih sehingga meskipun
memiliki hipertensi, tidak merubah pola konsumsi garam, dimana masih tetap sama seperti sebelumnya.
b. Konsumsi MSG
MSG merupakan salah satu bahan makanan yang menyebabkan hipertensi jika digunakan dalam jumlah
berlebih.Setiap riset partisipan memahami bahwa pentingnya membatasi penggunaan MSG dalam campuran makanan demi
menjaga kestabilan tekanan darah.Penggunaan MSG oleh riset
47 partisipan berkurang bahkan ada riset partisipan yang tidak
menggunakan MSG sama sekali dalam campuran makanan, hal ini dilakukan setelah riset partisipan memiliki riwayat tekanan
darah tinggi. Jenis MSG yang sering digunakan adalah vitsin dan
masako. Bagi riset partisipan yang menggunakan vitsin dalam masakan, takarannya sebanyak 1 bungkus kecil dan jika
menggunakan masako, untuk 1 bungkus dapat digunakan 4-6 kali pemakaian dalam memasak. Seperti dalam wawancara
dengan ibu T misalnya yang mengatakan: “
1 bungkus masako itu banyak to, saya biasa 1 bungkus itu 5-6 kali pake, jangan juga banyak
dipake tidak enak.
” P22,19. Dari 30 riset partisipan, riset partisipan 46,67 tidak
menggunakan MSG sama sekali dalam campuran makanan yang diolah sendiri. sedangkan 16partisipan yang lain 53,33
menggunakan MSG. Beberapa alasan riset partisipan tidak menggunakan
MSG karena tidak terbiasa menggunakannya dan tidak menyukai rasa dari makanan jika menggunakan MSG sebagai
bahan campurannya, seperti dalam wawancara dengan ibu BT yang mengatakan: “
Ane penyedap rasa bere’e ku pa pake ungkari o
wi, kuepe be mawongi se’e, ja ne’e mo kudika Kalau penyedap rasa
48
tidak. Saya rasa tidak enak juga, jadi tidak usah saya taruh”
, hal serupa juga disampaikan oleh 14 riset partisipan yang tidak
menyukai bumbu penyedap rasa untuk digunakan dalam masakan karena tidak terbiasa maupun tidak menyukai rasa
masakan jika ditambahkan MSG.Ada 16 riset partisipan yang masih menggunakan MSG sebagai penambah cita rasa dalam
masakan.
c. Konsumsi Daging
Mengurangi konsumsi daging sangat penting dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Berdasarkan hasil wawancara, jenis daging yang sering dikonsumsi oleh riset partisipan adalah daging babi, daging sapi
dan daging ayam. Jenis daging ini yang umumnya sering dikonsumsi penduduk desa Poleganyara.
Dari hasil penelitian yang dilakukan tentang frekuensi mengkonsumsi daging, 28 dari 30 riset partisipan mengatakan
jarang mengkonsumsi daging karena untuk mengkonsumsi daging hanya didapatkan pada waktu tertentu, misalnya pada
acara pesta pernikahan, ibadah kolom ibadah kelompok gereja atau padungku acara pengucapan syukur desa atas hasil panen
yang diselenggarakan satu tahun sekali, seperti dalam wawancara dengan ibu HB: “
Mana daging mo di makan tidak ada.
49
Jarang-jarang kalo makan daging. Paling kalo ada acara, pesta bagitu, padungku atau biasa ba evang baru makan daging babi atau sapi,
daging ayam juga. ”
P18,13. Hal serupa juga disampaikan oleh 27 riset partisipan bahwa untuk mengkonsumsi daging jika ada
acara yang dilaksanakan baik itu acara kerohanian, pesta pernikahan maupun acara syukuran desa. Sedangkan 2 riset
partisipan tidak memiliki frekuensi konsumsi daging karena sejak mendapat hipertensi sudah berhenti mengkonsumsi daging.
Sebanyak 28 riset partisipan masih mengkonsumsi daging dalam jumlah yang sedikit dalam artian membatasi
jumlah potongan daging yang dikonsumsi. Rata-rata mereka mengkonsumsi daging sebanyak 4-5 potongan kecil setiap kali
makan, hal ini untuk mencegah rehipertensi. Dari 28 riset partisipan yang masih mengkonsumsi
daging, beberapa riset partisipan yang mengkonsumsi 1 jenis daging yaitu 5 riset partisipan hanya mengkonsumsi daging babi,
5 partisipan lainnya hanya mengkonsumsi daging ayam. Beberapa partisipan yang mengkonsumsi 2 jenis daging
yaituada 9 riset partisipan yang mengkonsumsi daging babi dan daging ayam dan 2 riset partisipan yang mengkonsumsi daging
babi dan daging sapi serta 1 riset partisipan yang mengkonsumsi daging babi dan daging anjing. Untuk beberapa partisipan yang
50 mengkonsumsi 3 jenis daging yaitu 3 riset partisipan
mengkonsumsi daging babi, daging sapi dan daging ayam, dan 2 partisipan yang mengkonsumsi daging babi, daging sapi dan
daging anjing. Untuk partisipan yang mengkonsumsi 4 jenis daging yaitu 1 partisipan masih mengkonsumsi daging ayam,
daging kelelawar daging anjing dan daging babi. Alasan riset partisipan tidak mengkonsumsi daging
maupun mengurangi jumlah konsumsi daging karena pentingnya untuk tetap menjaga tekanan darah agar tetap normal serta
untuk menghindari penyakit karena beberapa partisipan merasa sakit yang sangat mengganggu dan tidak ingin merasakan lagi
gejala penyakit tersebut, seperti yang disampaikan oleh ibu NK dalam wawancara: “
saya tidak makan daging. Daging sapi, daging babi, ikan lele saya tidak makan, paniki saya tidak makan, cuma daging
ayam, ikan mujair dan ikan laut saja yang saya makan. Sudah lama dari kena penyakit itu bukan karena pantangan atau dokter larang
makan itu, tapi saya rasa sendiri lama saya pantangan makan tidak pernah lagi kena kembali penyakit itu oh berarti betul. Karena bukan
orang lain yang rasa, saya yang rasa. Kesembuhannya saya yang rasakan. Kalau paksa makan daging nanti kena lagi itu penyakit
. ”
P8,26.
51 Dari 28 riset partisipan, terdapat2riset partisipan yang
masih mengkonsumsi daging namun melakukan tindakan pencegahandengan membuat ramuan untuk diminum setelah
mengkonsumsi daging. Hal ini dilakukan oleh ibu MH yang dalam wawancara mengatakan “
Biasa daun balacai. Tapi biasa juga kalo saya makan daging, tapi tidak juga kalo makan daging karena so
jarang. Tapi kalo saya makan, sebelum itu sa so bikin akan ramuan
.” P21,6. Hal serupa juga dismpaikan oleh ibu S dengan
membuat ramuan dari daun balakama. Menurut mereka, cara ini sangat membantu untuk mencegah rehipertensi yang
disebabkan konsumsi daging.
d. Konsumsi Sayuran