89 peningkatan tekanan darah yang disebabkan MSG berlangsung
lebih cepat.
c. Konsumsi daging
Di desa Poleganyara, daging merupakan jenis makanan yang cukup sering ditemui dalam acara-acara yang diadakan di desa
baik acara yang bersifat kerohanian maupun seperti pesta pernikahan. Berbeda dalam mengkonsumsi dengan olahan
sendiri dirumah, daging jarang ditemukan dalam menu makanan setiap hari, selain harganya yang cukup mahal,juga ketersediaan
daging yang hanya ditemukan pada waktu-waktu tertentu jika dilakukan pemotongan, karena kebanyakan daging berasal dari
hasil ternak penduduk desa. Frekuensi mengkonsumsi daging bisa mencapai satu atau
dua kali dalam seminggu. Hal ini dipengaruhi jika ada acara-acara tertentu yang diselenggarakan di desa, meskipun terkadang juga
dalam beberapa minggu tidak mengkonsumsi daging, namun hal ini biasanya jarang terjadi. Dalam penelitian ini, frekuensi
mengkonsumsi daging tidak memiliki pengaruh yang cukup signifikan karena selain tidak dikonsumsi setiap hari, partisipan
lebih pada membatasi jumlah konsumsi daging. Terdapat perbedaan jumlah konsumsi daging sebelum dan
setelah mendapat hipertensi. Dari hasil peneltian, partisipan lebih
90 membatasi jumlah konsumsi daging menjadi lebih sedikit
dibandingkan konsumsi daging sebelum menderita hipertensi yang bertujuan untuk mencegah kambuhnya hipertensi.
Pengurangan jumlah konsumsi daging ini memberi dampak positif dalam usaha mencegah hipertensi.Hal ini sejalan dengan
penelitian Miura,et.al 2004 bahwa mengurangi konsumsi daging kecuali ikan dapat menurunkan risiko hipertensi.
Jenis daging yang sering dikonsumsi yaitu daging babi, daging sapi, daging kelelawar, daging anjing dan daging ayam.
Menurut partisipan jenis daging ini dapat menyebabkan hipertensi jika dikonsumsi dalam jumlah berlebih. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Wang, et al 2008, bahwa daging merah dapat meningkatkan risiko hipertensi tidak termasuk jenis
unggas.
d. Konsumsi sayuran dan buah-buahan