Epistimologi Islam Tradisi tari seudati masyarakat Kota Lhokseumawe Aceh (Analisis epistemologi Islam gerakan dan syair) - Repository UIN Sumatera Utara TESIS KHAIRIL FAZAL

dapat mengetahui bahwa tarian Seudati pada mulanya bukanlah suatu tarian,tapi lebih merupakan suatu “ritus upacara” bersifat keagamaan yang permainannya dilaksanakan sambil duduk. Namun dalam perkembangan selanjutnya mengalami perubahan yang akhirnya Seudati ini dimainkan dalam bentuk berdiri seperti yang kita kenal sekarang, 18 maka dalam penelitian ini peneliti tradisi tari Seudati Aceh analisis epistimologi Islam gerakan dan syair.

3. Epistimologi

Epistimologi sering juga disebut teori pengetahuan theory of knowledge . Istilah epistimologi berasal dari kata bahasa Yunani „episteme‟ yang artinya pengetahuan, dan „logos‟ yang artinya teori. Jadi, epistimologi dapat didefinisikan sebagai dimensi filsafat yang mempelajari asal mula, sumber, manfaat, dan sahihnya pengetahuan. Secara sederhana disebutkan saja sebagai bagaimana cara mempelajari, mengembangkan dan memanfaatkan ilmu bagi kemaslahatan manusia. 19

4. Islam

Kata Islam secara etimologi berasal dari bahasa Arab, akar kata kerja „sălimă‟ yang berarti selamat, damai, dan sejahtera, lalu muncul kata „salam‟ dan „sălămăh‟. Dari „sălimă‟ muncul kata „aslămă‟ yang artinya menyelamatkan, mendamaikan, dan mensejahterakan. Kata „aslămă‟ juga berarti menyerah, tunduk atau patuh. Sedangkan dari kata „sălimă‟ juga muncul beberapa kata turunan yang lain, di antaranya adalah kata „salam‟ dan „salamah‟ artinya keselamatan, kedamaian, kesejahteraan, dan penghormatan, „tăslim‟ artinya penyerahan, penerimaan, dan pengakuan, „slim‟ artinya yang berdamai, damai, „salam‟ artinya kedamaian, ketenteraman, dan hormat, „sullăm‟, artinya tangga, „istislăm‟ artinya ketundukan, penyerahan diri, serta „muslim‟ dan „muslimah‟ artinya orang yang beragama Islam laki-laki atau perempuan. 20 18 L.K. Ara, Ensiklopedi Aceh, Banda Aceh: Yayasan Pena, 2012, h. 190-191. 19 HLM.A. Fuad Ihsan, Filsafat Ilmu, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, h. 225. 20 A.W. Munawir, Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap, Surabaya: Pustaka Progresif, 1997, h. 654-656. Islam adalah agama yang universal. Dalam Islam, tidak ada pemisahan antara agama dan politik. Karena keduanya saling berkaitan. Termasuk dalam kehidupan bernegara. Islam telah mengaturnya sedemikian rupa sehingga dimungkinkan bagi manusia untuk hidup saling bekerja sama dan tolong menolong. Memang tidak ada suatu konstitusi yang seragam yang dapat diterapkan pada semua negara. Sebabnya ialah lingkungan dan kepentingan tiap negara memerlukan penafsiran berdasarkan penalaran bebas guna menghasilkan konstitusi yang paling sesu ai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh syari„at Islam. Keragaman konstitusi dan bentuk pemerintahan barangkali malah lebih efektif dalam mewujudkan tujuan hukum Islam dari pada suatu konstitusi yang seragam, asalkan memenuhi prinsip –prinsip umum syari„at dan norma Islam. Karena keragaman hukum yang mengatur urusan masyarakat justru diperlukan untuk mewujudkan tujuan syari„at Islam, yang sasarannya ialah kepentingan umat Islam yang hidup dalam kondisi yang berbeda. 21 Selain itu, Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw., berpedoman pada kitab suci Alquran yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah Swt. 22 Sebagaimana Allah Swt., berfirman dalam surat Ali Imran ayat 19 yang berbunyi:                              Artinya: Sesungguhnya agama yang diridhai disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian yang ada di antara mereka. 21 Abdurrahman Azzam, Pemerintahan Islam dalam Sketsa dalam Salim Azzam ed, Beberapa Pandangaan Pemerintahan Islam,Bandung: Mizan, 1990, h 46. 22 Kamus Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, h. 340. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. Q.S. Ali Imran: 19. 23

5. Epistemologi Islam