Pendidikan Penerangan Hiburan Tradisi tari seudati masyarakat Kota Lhokseumawe Aceh (Analisis epistemologi Islam gerakan dan syair) - Repository UIN Sumatera Utara TESIS KHAIRIL FAZAL

1. Pendidikan

Seudati memang mengandung nilai-nilai pendidikan, terutama yang menyangkut masalah kebodohan, juga pantun-pantun yang disampaikan berupa pesan-pesan moral, banyak diselipkan pesan-pesan pendidikan antara lain menghormati orang tua, mengerjakan yang baik-baik, menjauhi yang mungkar dan lain-lain yang bernilai pendidikan edukatif. 125

2. Penerangan

Seudati dengan seni sastra yang tidak terikat dengan pantun atau kalimat yang khusus standar, dapat dimanfaatkan sebagai media penyampaian pesan.

3. Hiburan

Seudati sebagai kesenian yang disajikan untuk ditonton, jelas mempunyai nilai hiburan.Sebagai hiburan hendaklah diingat bahwa pengunjung atau penonton datang melihat dan menghibur dirinya. 126 Tarian Seudati sebagai pendidikan, penerangan dan hiburan serta tari Seudati sebagai kesenian rakyat, tari ini juga diperagakan dimancanegara sebagai promosi wisata tentang keindahan dan keberagaman seni budaya bangsa Indonesia. Tentu ada beberapa hal yang harus disesuaikan dengan lingkungan tempat Seudati diselenggarakan, sebagaimana tarian Seudati di gelar di Portugal, maka oleh panitia diminta seluruh penari Seudati mengenakan rompi. 127

H. Epistemologi Islam dan Alirannya

Epitemologi adalah salah satu cabang filsafat yang membahas tentang hakikat pengetahuan manusia. Persoalan pokok yang berkembang dalam epistemologi adalah meliputi sumber-sumber pengetahuan, watak dari pengetahuan manusia, apakah pengetahuan itu benar atau tidak. Bagaimana pengetahuan manusia itu didapat, dengan cara apa dan apa saja syarat-syarat yang 125 Suhelmi et al, Apresiasi., h. 41. 126 Suhelmi et al, Apresiasi., h. 41. 127 Syamsul Rijal dan Iskandar Ibrahim, Implementasi., h. 75. harus dipenuhi. Sehingga epistemologi sampai pada problem hubungan metodologi dengan obyek dari ilmu pengetahuan. 128 Dalam lingkungan studi Islam, istilah epistemologi sering dipertukarkan dengan istilah pemikiran. Pemikiran berasal dari kata pikir yang berarti akal budi, ingatan, angan-angan, sehingga pemikiran berarti proses, cara, perbuatan memikir. Dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan dikutip dari “Jurnal Studi Keislaman” yang di tulis oleh Anwar Mujahidin, pikiran berarti suatu entitas yang memperlihatkan fungsi seperti mencerap, mengamati, mengingat memungkinkan manusia merefleksikan dunia obyektif ke dalam tataran konsep, putusan dan teori lewat proses abstraksi, analisis, sintesis, pemecahan dan hipotesis. Menurut Michel Foucault, sebagaimana dikutip Johan Meuleman dalam kata pengantar penebitan karya Arkoun, pemikiran berarti pemahaman dan pandangan seseorang terhadap suatu objek kenyataan. Pemahaman tersebut meliputi apa yang dianggap penting dan tidak penting, hubungan apa yang diadakan antara berbagai unsur kenyataan dalam penggolongan dan analisis, dan lain sejenisnya. 129 Tradisi keilmuan Islam secara global dapat dipetakan dalam tiga kategori, bayani, irfani, dan burhani. Ketiga istilah ini, walaupun secara literal sudah ada dalam berbagai teks keislaman, seperti dalam Alquran, bahasa Arab, filsafat, dan kalam, namun ketiga istilah tersebut muncul sebagai suatu bentuk penalaran atau epistemologi keilmuan Islam baru belakangan ini ketika Muhammad Abed al- Jabiri melakukan dekonstruksi atas tradisi keilmuan Islam dalam proyek Kritik Nanar Arab-nya. 130 Dalam kajian epistemologi Barat, dikenal ada tiga aliran pemikiran, yakni empirisme yakni manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Dan pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman inderawi, rasionalisme yakni akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan 128 Anwar Mujahidi, “Epistemologi Islam: Kedudukan Wahyu Sebagai Sumber Ilmu”, dalam Ulumuna Jurnal Studi Keislaman, Volume 17 Nomor 1 Juni 2013, h. 42. 129 Anwar Mujahidi, Epistemologi Islam., h. 42. 130 Sembodo Ardi Widodo, “Nalar Bayani, Irfani, dan Burhani”, dalam Hermeneia, Jurnal Kajian Islam Interdisipliner,Vol. 6, Nomor l, Januari-Juni 2007, h. 1. diukur berdasarkan akal semata. Manusia, memperoleh pengetahuan melalui kegiatan akal menangkap objek. Sebagai teori pengetahuan ilmiah, epistimologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan harus berkembang terus, sehingga tidak jarang temuan ilmu pengetahuan ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang kemudian. Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep- konsep atau teori-teori yang ada. Penguasaan epistimologi, terutama cara-cara memperoleh pengetahuan sangat membantu seseorang dalam melakuakan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain maupun dirinya sendirinya. Sehingga perkembangan ilmu pengetahuan relatif mudah dicapai, bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya. Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia. Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya. Epistimologi menjadi modal dasar dan alat strategis dalam merekayasa pegembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. 131 Namun, rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh pengetahuan, pengalaman indera diperlukan untuk merangsang akal dan memberikan bahan-bahan yang dapat menyebabkan akal dapat bekerja. Akan tetapi, untuk sampainya manusia kepada kebenaran adalah semata-mata dengan akal, 132 dan intuitisme yakni Menurut aliran ini tidak hanya indera yang terbatas namun akal juga terbatas. Begitu juga objek yang kita tangkap selalu berubah- ubah. Dengan demikian, pengetahuan terhadap suatu objek tidak pernah tetap, dengan menyadari keterbatasan indera dan akal, maka perlu dikembangkan satu kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki manusia yaitu intuisi. Sementara itu, dalam pemikiran filsafat Hindu dinyatakan bahwa kebenaran bisa didapatkan dari tiga macam, yakni teks suci, akal dan pengalaman pribadi. Dalam kajian pemikiran Islam terdapat juga beberapa aliran besar dalam kaitannya dengan teori 131 Mujammil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam: Dari Metode Rasional Hingga Metode Kritik, Jakarta: Erlangga 2005, h. 27. 132 Ahmad Tafsir, Fisafat Umum, Akal dan Hati Sejak Thales sampai Chapra, Cet. XIX Bandung: Pustaka Rosda, 2012, h. 25. pengetahuan epistemologi. Setidaknya ada tiga model sistem berfikir dalam Islam, yakni bayani, burhani dan irfani, yang masing-masing mempunyai pandangan yang sama sekali berbeda tentang pengetahuan. 133

1. Pengertian Epistemologi