Masing-masing bagian memiliki tema syair, irama dan cerita yang berbeda. Namun dapat dipastikan dalam setiap sampiran syair mengandung kiasan
yang diambil dari keadaan alam, kebiasaan dan adat masyarakat Aceh dan dibalik itu mengandung makna yang dapat dipahami dengan mudah.
198
Berikut syair yang disampaikan sebagai tanda salam pertanda dimulainya pertunjukan Seudati antara lain sebagai berikut:
1. Saleum Syahi Dan Saleum Rakan
Assalam mu‟alaikum lon tameng lam seung Lon mubi saleum keu jame teuka
Kareuna saleum nabi kheun sunat Jarou ta mumat syarat mulia
Mulia jame ranup lam puan Mulia rakan mameh suara
Tameng jak piyoh pat pat yang patot Lon keu neuk beu et bate suasa
Bate suasa ka lheuh lon pasou Patot malam nyou lon bie keu gata
Ranup neu pajoh bungkoh neu pulang Bek jeut keu utang geu tanyo dua
Neu pajoh ranup ie klat bek neuboh Kadang teungku jroh jet keu peunawa
Ranup na sion ureung gampong blou Geu peu jarou keu jame teu ka
Mu phet ngen meu heng neu rasa keudrou Bak ureung nanggrou bek neu calitra
198
T. Alamsyah, Anggota Bidang Pemuda, Pengkajian, Pendidikan Dan Pengkaderan Majelis Adat Aceh sekaligus Syekh Seudati Senior Di Kota Lhokseumawe wawancara di Kota
Lhokseumawe, tanggal 26 Desember 2016.
Bek neu celitra bak ureung nanggrau Male that kamoe dikeu rakyat bha.
199
Terjemahnya:
Assamulaikum kami memasuki pentas acara Kami memberi salam kepada tamu undangan
Karena salam nabi berkata sunnah Berjabat tangan tanda mulia
Mulia tamu ibarat kapur sirih tersusun Mulia saudara manis di suara
Masuk dan duduk di mana tempat di sediakan Kami ingin menyediakan tempat sirih
Tempat sirih sudah saya masukan Harusnya malam ini patut saya berikan kepada anda sekalian
Sirih anda makan bungkusan anda kembalikan Jangan sampai berhutang kita berdua
Makan sirih airnya pahit jangan dibuang
Kadang air pahit itu menjadi penawar wahai teungku Ada selembar sirih orang kampung beli
Dijadikan buah tangan untuk tamu sekalian Pahit dan tidak enak rasa rasa sendiri
Sama orang negeri jangan anda cerita Jangan cerita sama orang negeri
Malu sekali kami di depan rakyat nanti.
Analisis peneliti dengan epistemologi Islam terhadap Syair
199
Essi Hermaliza, dkk, Seudati Aceh., h. 104. Vidio Dari Dinas Perhubungan Pariwisata Dan Kebudayaan Kota Lhokseumawe Serta Direkomendasi Dari Dinas Pariwisata Dan
Kebudayaan Aceh Tahun 2013.
Assalamu‟alaikum yang artinya “Kesejahteraan, rahmat, dan berkah Allah semoga dilimpahkan kepada mu.” Dalam agama Islam amalan yang dapat
membuat keimanan sempurna adalah mengucapkan salam kepada siapa saja yang ditemuinya, baik itu yang sudah dikenal maupun yang belum dikenal. Salam juga
sunat Nabi dan sebuah syarat yang mulia bila kita saling berpegang tangan yaitu membantu sesama di muka bumi ciptaan Allah ini.
Memuliakan tamu di dalam Islam adalah salah satu sifat terpuji dan merupakan perintah dari Allah Swt., dan Rasulnya. Selain untuk menjalin
silaturrahim, ternyata bertamu dan menjamu tamu ini memiliki keberkahan tersendiri bagi yang melakukannya. Oleh sebab itu, sebagai umat muslim kita
diwajibkan untuk memuliakan tamu yang mendatangi kediamannya. Dalam Islam pun sebagai tuan rumah ada adab-adab tersendiri saat menjamu tamu, yaitu:
bersegeralah dalam menyambut dan menjamu tamu, menjawab salam dengan terbaik, menghidangkan kepada tamu dengan hidangan yang baik, meletakkan
hidangan di dekat tamu, menyambut mengajak bicara dengan bahasa yang sopan dan baik, menjaga dan melindungi tamu dari hal-hal yang bisa
memudharatkannya, tuan rumah berwajah gembira, tidak terburu-buru mengangkat hidangan dari meja tamu, tidak memaksa tamu memakan hidangan
yang tidak disukainya, jika tamu berpamitan hendak tuan rumah mengantar sampai keluar rumah. Alquran surat An-Nur ayat 27 Allah berfirman:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang
bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya.
yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu selalu ingat. Q.S. An- Nur:27.
200
2. Syair Tentang Peran Ayah Dan Ibu Dalam Keluarga