TEOREMA . Fungsi f dikatakan turun pada interval I jika untuk setiap dua

13 Bukti Teorema 2.4: a [ dx d c ∫ ∫ = ]. [ ] dx x f dx d c dx x f = . x f c . Karena derivatifdari ∫ = . x f c dx x f c , itu sama artinya dengan ∫ ∫ = . . dx x f c dx x f c b ∫ ∫ ∫ ∫ + = + ] [ ] [ ] [ dx x g dx d dx x f dx d dx x g dx x f dx d = . x g x f + Jadi, ∫ ∫ ∫ + = + dx x g dx x f dx x g x f ] [ . Contoh 2.5 ∫ ∫ + + = + dx x x x dx x x 6 9 3 4 3 2 2 2 = ∫ ∫ ∫ + + dx x dx x dx x 4 3 2 6 9 = ∫ ∫ ∫ + + dx x dx x dx x 4 3 2 6 9 = c x x x + + + 5 4 3 5 1 2 3 3 Contoh 2.6 dx x x x x x 1 sin 2 3 1 3 ∫ + + + = ∫ ∫ ∫ ∫ − + + + dx x dx x dx x dx x 2 3 3 sin 2 1 3 1 = c x x x x + − + − 1 2 4 1 cos 2 ln 3 1 4 Contoh 2.7 dx x x ] 5 1 2 1 3 [ 2 2 − + + − − ∫ = ∫ ∫ ∫ − + + − − dx x dx x dx 5 1 2 1 3 2 2 = 3 − c x arctgx x + − + 5 2 arcsin . Kita perhatikan bahwa . 1 1 ] 1 1 [ 1 x f x f n n c x f n dx d n n + + = + + + = . x f x f n Dengan demikian, ∫ + + = + c x f n dx x f x f n n 1 1 1 . . 14 Mengingat dx x f x df = , maka dapat dirumuskan Dengan metode yang sama seperti di atas analog, dapat dikembangkan formula yang lebih umum dari tabel 1.1 menjadi tabel 2.2 berikut. Tabel 2.2 No Anti Derivatif 1 ∫ + = c x f dfx 2 ∫ + = c x f x f x df ln 3 ∫ + + = + c x f n x df x f n n 1 1 1 4 ∫ + = c x f x df x f sin cos 5 ∫ + − = c x f x df x f cos sin 6 ∫ + = c e x df e x f x f 7 ∫ + = c x tgf x f x df cos 2 8 ∫ + − = c x ctgf dx x f x df sin 2 Contoh 2.8 ∫ + dx x x 5 3 2 7 = ∫ + + 7 7 3 1 3 5 3 x d x = c x + + 6 3 7 6 1 . 3 1 = c x + + 6 3 7 18 1 . Contoh 2.9 ∫ + dx tgx x 2 1 = ∫ ∫ + dx x x x dx cos sin 2 1 = ∫ − x x d x cos cos ln 2 1 = c x x + − cos ln ln 2 1 = c x x + cos ln . Contoh 2.10 1 ; 1 1 1 − ± + + = ∫ + n c x f n x df x f n n Ingat: dx x x d 2 3 3 7 = + Ingat: xdx x d sin cos − = Ingat: dx x x d 1 ln = 15 ∫ dx x x ln 1 = ∫ x x d ln ln = c x + ln ln . Contoh 2.11 ∫ + − 5 2 2 x x dx = ∫ + − 4 1 2 x dx = 4 1 ∫ + − 1 2 1 2 x dx = 4 1 .2. ∫ + − − 1 2 1 2 1 2 x x d = C x tg arc + − 2 1 . 2 1 . Contoh 2.12 ∫ ∫ − = dx x dx x 2 cos 1 2 1 sin 2 ∫ − = dx x 2 cos 1 2 1 ∫ ∫ − = dx x dx 2 cos 2 1 2 1 ∫ ∫ − = 2 2 cos 2 1 . 2 1 2 1 x d x dx = C x x + − 2 sin 4 1 2 1 . Contoh 2.13 ∫ ∫ + = dx x dx x 2 cos 1 2 1 cos 2 ∫ ∫ + = dx x dx x 2 cos 1 2 1 cos 2 ∫ ∫ + = dx x dx 2 cos 2 1 2 1 ∫ ∫ + = 2 2 cos 2 1 . 2 1 2 1 x d x dx ∫ ∫ + = 2 2 cos 4 1 2 1 x d x dx 16 C x x + + = 2 sin 4 1 2 1 Contoh 2.14 ∫ ∫ = 3 3 1 3 3 x d e dx e x x c e x + = 3 3 1 . Latihan1 Tentukan Integral tak tentu berikut ini 1. ∫ − + − dx x x x 4 7 2 3 2 5 2. dx x x x 7 5 3 2 4 3 ∫ + − 4. dx x x x x x ∫ − + + 7 6 4 4 5 5. ∫ − − + dx x x x x 4 5 . 3 4 3 2 2 5 INTEGRAL PARSIAL Teknik lain sebagai salah satu alternatif yang mungkin dapat dilakukan untuk menentukan integral tak tentu adalah dengan pengintegralan parsial. Teknik ini didasarkan pada turunan hasil kali dua fungsi. Misalkan maka x g v dan x f u , = = [ ] . . . , , x f x g x g x f x g x f dx d + = . Dengan mengintegralkan kedua ruas persamaan di atas dan menggunakan Teorema 1.4 kita peroleh ∫ ∫ + = dx x f x g dx x g x f x g x f . . . , , Atau ∫ ∫ − = dx x f x g x g x f dx x g x f . . . , , . Karena dx x g dv , = dan dx x f du , = , persamaan terakhir dapat ditulis sebagai berikut. Persamaan di atas sering kita sebut dengan Rumus Integral Parsial bagian demi bagian. ∫ ∫ − = du v v u dv u . 17 Contoh 3.1 Tentukan ∫ dx x x cos Penyelesaian: Kita akan memisalkan dx x x cos sebagai dv u . Salah satu caranya adalah dengan memisalkan x u = dan dx x dv cos = . Dengan pemisalan itu kita peroleh dx du = dan c x dx x v + = = ∫ sin cos . Dengan rumus integral parsial kita peroleh, ∫ ∫ − + = dx x c x x dx x x sin sin . cos C x x x + + = cos sin . . Pemisalan u dan dv dipilih sehingga integral yang muncul lebih sederhana dan dapat diselesaikan. Pemilihan yang keliru tidak akan membantu dalam menyelesaikan integral bahkan justru dapat memunculkan integral yang lebih rumit. Jika untuk soal di atas kita melakukan pemisalan x u cos = dan xdx dv = , maka kita peroleh xdx du sin − = dan 2 2 x v = . Dengan menggunakan rumus integral parsial, maka diperoleh, ∫ ∫ − − = sin 2 2 cos cos 2 2 dx x x x x dx x x . Dengan melakukan pemisalan tersebut justru memunculkan integral yang lebih rumit. Contoh 3.2 Tentukan ∫ dx x ln Penyelesaian: Misalkan x u ln = dan dx dv = , maka dx x du 1 = dan x v = . Dengan menggunakan rumus integral parsial kita peroleh, ∫ ∫ − = dx x x x x dx x 1 . ln ln ∫ − = dx x x ln C x x x + − = ln . Latihan 2 Hitung integral berikut ini 1. ∫ xdx 3 ln 2. ∫ + dx x x 1 3. ∫ dx x x cos ln sin 18 4. ∫ dx e x x 2 5. ∫ dx x x cos 2 TEOREMA DASAR KALKULUS Contoh: Hitung ∫ − 3 1 2 2 dx x x Jawab:Karena x x x f 2 2 − = kontinu pada [1,3] dan 2 3 3 1 x x x F − = anti turunan dari f, maka ∫ − 3 1 2 2 dx x x =     − 2 3 3 1 3 1 x x = 3 2 . Kita boleh mengambil c x x x F + − = 2 3 3 1 , hal ini tidak akan berpengaruh pada hasil akhir. Contoh: Hitung ∫ π sin dx x Jawab: Karena x x f sin = kontinu pada [0, π ] dan anti turunan dari f adalah x x F cos − = , maka ∫ x dx x sin = [ ] x cos − π = 2.. Contoh: Hitung ∫ + 1 4 1 dx x x Jawab: Karena 4 1 x x x f + = kontinu pada [0,1] dan ∫ ∫ + = + = + c x arctg x x d dx x x 2 2 2 2 4 2 1 1 2 1 1 , maka ∫ + 1 4 1 dx x x = 8 2 2 1 1 π =     x arctg . Teorema Dasar Kalkulus Misalkan fungsi f kontinu pada [a, b] dan misalkan F sebarang anti turunan dari f, maka ∫ − = b a a F b F dx x f 19 MENENTUKAN LUAS DAERAH BIDANG Salah satu penggunaan integral tentu adalah untuk menentukan luas daerah bidang. Tentu tidak semua daerah bidang dapat ditentukan luasnya dengan mudah. Pada bagian ini kita akan membahas cara menentukan luas daerah bidang yang dibatasi oleh beberapa kurva yang diketahui atau dapat ditentukan persamaannya. Luas daerah yang dibatasi x f y = , garis a x = , garis b x = dan sumbu X; b x untuk x f ≤ ≤ ≥ . Contoh 1 Tentukan luas daerah yang dibatasi oleh kurva 1 2 + = x y , sumbu-X, garis 1 − = x dan 2 = x . Jawab: ∫ ∫ − − + = = 2 1 2 1 2 1 dx x dx y L =       + − x x 3 3 1 2 1 = 6 3 18 1 3 1 2 3 8 = =       − − −       + . Contoh 2 X Y b a y=f ∫ = b a dx x f L 20 Tentukan luas daerah di atas sumbu-X yang dibatasi oleh grafik x y = dan garis 6 + − = x y . Jawab: Grafik x y = dan 6 + − = x y berpotongan di = x 4. Garis 6 + − = x y memotong sumbu-X di 6 = x . ∫ ∫ + − + = 4 6 4 6 dx x dx x L = +           2 3 3 2 4 x       + − x x 6 2 1 2 6 4 = 3 22 2 3 16 = + . Jika f bernilai negatif pada suatu sub interval [a,b], maka luas daerah D adalah ∫ = b a dx x f L Contoh 3 Tentukan luas daerah yang diarsir berikut ini. Jawab: Daerah yang akan kita cari luasnya sebagian ada di atas sumbu-X dansebagian ada di bawah sumbu-X. Dengan demikian luasnya adalah 21 ∫ ∫ − − − − + − − − = 1 1 2 1 2 3 2 3 3 3 3 3 dx x x x dx x x x L , atau dapat pula ditulis, ∫ ∫ − − − − − − − − = 1 1 2 1 2 3 2 3 3 3 3 3 dx x x x dx x x x L = 2 1 2 3 4 1 1 2 3 4 3 2 4 3 2 4       + − − −       + − − − x x x x x x x x = 4- 4 23 4 7 =       − . Luas daerah yang dibatasi y f x = , garis a y = , garis b y = dan sumbu Y. ∫ = b a dy y f L Contoh 4 Tentukan luas daerah yang dibatasi oleh grafik 2 x y = , garis 4 = y dan sumbu Y. Jawab: 2 x y = y x = ⇔ 3 16 3 2 4 4 = = =     ∫ y y dy y L Contoh 5 Tentukan luas daerah yang dibatasi oleh grafik 3 x y = , garis 1 − = y , garis 8 = y dan sumbu Y. Jawab: 2 x y = 4 x y = 8 - 22 = + − = ∫ ∫ − 1 8 3 3 dy y dy y L 3 2 12 2 . 8 . 4 3 4 3 4 3 4 3 8 3 1 3 = +       − − =     +     − − y y y y . Luas daerah yang dibatasi x f y = , x g y = ,garis a x = , garis b x = dan sumbu Y. Contoh 6 Tentukan luas daerah yang dibatasi oleh grafik x y sin = , x y cos = , sumbu Y dan garis π = x . Jawab: Kedua grafik berpotongan di titik       2 2 1 , 4 1 π . ∫ ∫ − + − = π π π 4 1 4 1 cos sin sin cos dx x x dx x x L = [ ] [ ] x x x x sin cos 4 1 cos sin 4 1 − − + + π π π = 2 2 2 1 1 2 = + + − . Contoh 7 Tentukan luas daerah yang dibatasi grafik 1 3 2 − = y x , y x = dan sumbu X. Jawab: , 1 3 2 ≥ = − y y y ⇔ y y y 4 9 1 2 2 = + − ⇔ 1 4 1 4 2 = + − y y dx x g x f L b a ∫ − = 23 ⇔ 4 1 . 4 = − − y y Dari persamaan y x = berarti ≥ x , sehingga dari 1 3 2 − = y x diperoleh syarat 1 ≥ y . Dengan demikian y yang memenuhi persamaan 4 1 . 4 = − − y y adalah 4 = y yang dicapai untuk 2 = x . ∫ − − =       − − =     4 2 1 3 1 3 2 4 1 3 2 y y y dy y y L 3 2 2 3 1 9 . 3 1 8 . 3 2 = + − = L . Latihan 3 Tentukan luas daerah yang dibatasi oleh kurva berikut ini dengan membuat sketsa grafik kurva yang diketahui persamaannya terlebih dahulu dan mengarsir daerah yang dimaksud. 1. 2 2 + = x y , x y − = , 2 − = x dan 2 = x . 2. 3 2 2 − + = x x y , sumbu X 3. 2 2 x y − = dan x y = VOLUME BENDA PUTAR Jika suatu daerah bidang datar diputar mengelilingi sebuah garis lurus, maka akan terbentuk suatu benda putar. Garis tetap itu kita sebut sumbu putar. Sebuah contoh jika daerah segitiga ABC diputar mengelilingi sisi AC maka akan terbentuk kerucut lihat gambar. Jika daerah lingkaran diputar dengan sumbu garis m maka akan terbentuk torus seperti ban. C B A m 24 Volume benda putar yang terjadi jika daerah yang dibatasi oleh kurva x f y = , sumbu-X, garis a x = dan garis b x = diputar mengelilingi sumbu-X adalah: Contoh 1 Tentukan volume benda putar V yang terbentuk jika daerah yang dibatasi oleh kurva x y = , sumbu X dan garis 4 = x diputar mengelilingi sumbu X. Jawab: V = ∫ ∫ = 4 2 4 xdx dx x π π = π π 8 2 2 1 4 =     x . Contoh 2 Tentukan volume benda putar V yang terbentuk jika daerah yang dibatasi oleh kurva 3 x y = , sumbu Y dan garis 3 = y diputar mengelilingi sumbu Y. Jawab: V = ∫ ∫ = 3 03 3 2 2 3 3 dy y dy y π π = 5 9 9 3 5 3 3 5 3 π π =         y . Contoh 3 Tentukan volume benda putar V jika daerah yang dibatasi oleh parabola 2 x y = dan x y 8 2 = diputar mengelilingi sumbu X. Jawab: [ ] dx x x V 4 2 8 − = ∫ π = 5 48 5 5 2 2 8 2 π π = −       x x . ∫ = b a dx y V 2 π 25 Latihan 4 Tentuan volume daerah benda putar yang terjadi jika daerah yang dibatasi oleh kurva-kurva berikut ini dengan terlebih dahulu membuat sketsa daerah yang dimaksud. 1. 1 2 + = x y ; sumbu Y; sumbu X dan garis 2 = x diputar terhadap sumbu X. 2. x x y 4 2 + − = ; sumbu X dan garis 3 = x , diputar terhadap sumbu X. 3. 2 4 x y − = ; sumbu U dan sumbu X, diputar terhadap: a. Sumbu X b. Sumbu Y 4. 2 4 1 x y = ; 4 = = y dan x , diputar terhadap sumbu X 5. 2 ; 3 = = = y dan x x y , diputar terhadap sumbu X 26

G. PELUANG DAN STATISTIKA

1. Tujuan

Setelah mempelajari materi ini peserta diharapkan dapat: a. Menentukan permutasi b. Menentukan kombinasi c. Menentukan peluang suatu kejadian d. Menyajikan data statistik dalam berbagai cara seperti diagram bar batang, diagram garis, diagram lingkaran. e. Membuat tabel frekuensi, histogram frekuensi, dan poligon frekuensi dari sekelompok data f. Membuat tabel frekuensi kumulatif dan poligon frekuensi kumulatif ogive g. Menentukan mean, median, dan modus dari sekelompok data h. Menentukan varians dan simpangan baku dari sekelompok data. 2. Uraian Mater i Materi yang akan dibahas pada modul ini meliputi materi permutasi, kombinasi, peluang, diagramm tabel frekuensi, ukuran tendency central dan ukuran penyimpangan ATURAN PERKALIAN Misal suatu plat nomor sepeda motor terdiri atas dua huruf berbeda yang diikuti tiga angka dengan angka pertama bukan 0. Berapa banyak plat nomor berbeda yang dapat dibuat? Huruf pertama dapat dipilih dari 26 huruf berbeda, Huruf kedua dapat dipilih dari 25 huruf berbeda, Angka pertama dapat dipilih dari 9 angka berbeda, Angka kedua dapat dipilih dari 10 angka berbeda, Angka ketiga dapt dipilih dari 10 angka berbeda. Jadi ada 26 × 25 × 9 × 10 × 10 = 585.000 plat nomor berbeda yang dapat dibuat. Secara umum Jika suatu prosedur dapat dibentuk dalam n 1 cara berbeda, prosedur berikutnya, yaitu prosedur kedua dapat dibentuk dalam n 2 cara berbeda, prosedur berikutnya, yaitu prosedur ketiga dapat dibentuk dalam n 3 cara berbeda, dan seterusnya, maka banyak cara berbeda prosedur tersebut dapat dibentuk adalah n 1 × n 2 × n 3 × . . . 1 FAKTORIAL Hasil kali dari bilangan-bilangan bulat positif dari 1 sampai dengan n, yaitu 1.2.3. ... n-2.n-1.n sering digunakan dalam matematika yang diberi notasi n dibaca n faktorial. Jadi 1.2.3. ... n-2.n-1.n = n 1.2.3. ... n-2n-1n = nn-1n-2 ... 3.2.1, sehingga Selanjutnya didefinisikan: Contoh 1 1 2 = 1.2 = 2.1 = 2 2 5 = 1.2.3.4.5 = 5.4.3.2.1 = 120 3 6 = 6.5.4.3.2.1 = 6.5 4 7 6 6 . 7 6 7 = = 5 56 6 6 . 7 . 8 6 8 = = PERMUTASI Suatu susunan n objek dalam urutan tertentu disebut suatu permutasi dari n objek tersebut. Susunan sebarang r obyek r ≤ n dari n objek dalam urutan tertentu disebut permutasi r atau permutasi r objek dari n objek yang diketahui. Contoh 2 Perhatikan huruf-huruf a, b, c dan d Maka : 1 Banyaknya susunan yang terdiri dari 4 huruf yang berbeda dari 4 huruf dengan memperhatikan urutan Jawab abcd abdc acbd acdb adbc adcb bacd badc bcad bcda bdac bdca cabd cadb cbad cbda cdab cdba dabc dacb dbac dbca dcab dcba 2 Banyaknya susunan yang terdiri dari 3 huruf yang berbeda dari 4 huruf yang memperhatikan urutan Jawab abc acb acd adc abd adb n = nn-1n-2 ... 3.2.1. 1 = 1 dan 0 = 1